Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Rasya Altaf Faizi

Privasi di Era Digital: Bahaya Tersembunyi Aplikasi

Teknologi | 2025-11-21 08:22:42

Di era digital , hampir setiap aplikasi yang kita unduh meminta berbagai macam izin akses kepada kita. Mulai dari lokasi, kamera, mikrofon, kontak, hingga galeri foto. Banyak pengguna pencet tombol “Izinkan” tanpa berpikir panjang karena ingin segera menggunakan aplikasi tersebut. Padahal, di balik kemudahan itu, ada ancaman serius terhadap privasi dan keamanan data pribadi kita.

sumber : https://www.istockphoto.com/id/foto/diagram-forex-dan-garis-kenaikan-pasar-saham-dengan-angka-gm1407983911-458988606

Apa Itu Data Pribadi?

Menurut regulasi perlindungan data (seperti UU PDP di Indonesia dan GDPR di Eropa), data pribadi adalah segala informasi yang dapat mengidentifikasi seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya:

  • Identitas (nama, email, nomor telepon, KTP)
  • Data biometrik (sidik jari, pemindaian wajah, suara)
  • Lokasi real-time dan riwayat pergerakan
  • Data kesehatan (detak jantung, langkah kaki, siklus menstruasi)
  • Data keuangan (riwayat transaksi, nomor kartu)
  • Perilaku digital (riwayat pencarian, situs yang dikunjungi, durasi penggunaan aplikasi)
  • Kontak, riwayat panggilan, bahkan pesan

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, banyak aplikasi meminta akses yang sama sekali tidak relevan dengan fungsi utamanya. Contoh:

  • Aplikasi senter meminta akses kontak dan mikrofon
  • Game sederhana meminta akses lokasi dan kamera
  • Aplikasi Al-Qur’an meminta akses galeri dan mikrofon

5 dampak Pengumpulan Data Berlebihan

  1. Profiling & Manipulasi Perilaku Data kita disusun menjadi profil lengkap. Hasilnya? Iklan yang “kebetulan” sangat sesuai selera, konten media sosial yang membuat kita semakin kecanduan, hingga manipulasi opini politik (seperti skandal Cambridge Analytica).
  2. Kebocoran Data Semakin banyak data yang disimpan perusahaan, semakin besar target bagi hacker liar. Kasus besar seperti kebocoran data Tokopedia (91 juta pengguna), Facebook (533 juta), hingga aplikasi BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa kebocoran bisa terjadi kapan saja. Akibatnya pencurian identitas, penipuan pinjol, pemerasan, hingga pengambilalihan akun bank.
  3. Penjualan Data ke Pihak Ketiga Banyak aplikasi menjual atau membagikan data kita kepada data broker dan perusahaan iklan tanpa sepengetahuan kita. Seakan kita kehilangan kendali terhadap penggunaan data pribadi kita
  4. Pengawasan & Pelacakan 24/7 Kombinasi data lokasi, giroskop, mikrofon, dan kamera memungkinkan pihak tertentu (perusahaan atau bahkan pemerintah) memantau aktivitas harian kita secara langsung.
  5. Ancaman Baru Deepfake & Penyalahgunaan Biometrik Data wajah dan suara yang bocor bisa digunakan untuk membuat deepfake pornografi, penipuan video call, atau membuka kunci ponsel orang lain.

Bagaimana dengan Penelitian ?

NowSecure Mobile App Security Report 2025 (scan 183.000 apps):

- 18% aplikasi sudah pakai AI, dan 2% kirim data sensitif ke server AI eksternal tanpa sepengetahuan kita.

- 75% apps iOS & 70% apps Android punya data sensitif + tracker pihak ketiga.

- 98% apps iOS punya privacy manifest tidak lengkap.

Verizon Data Breach Investigations Report (DBIR) 2025:

- Rata-rata biaya kebocoran data global: USD 4,44 juta (Rp 70+ miliar per kasus).

- 88% kebocoran melibatkan pencurian kredensial (password/akun) dari aplikasi mobile.

Zimperium Global Mobile Threat Report 2025:

- 23,5% perangkat enterprise punya aplikasi sideloaded yang berisiko tinggi.

- 23% aplikasi kerja kirim data ke negara berisiko.

IBM Cost of a Data Breach Report 2025:

- 16% kebocoran data tahun ini melibatkan AI (misal: data wajah/suara bocor untuk deepfake).

- Biaya cybercrime global diprediksi capai USD 10,5 triliun di akhir 2025.

Studi IMDEA Networks (Spanyol) 2025:

- Banyak apps Android lacak pengguna lewat scan WiFi/Bluetooth (bahkan saat aplikasi tidak dibuka), bypass pengaturan privasi sistem.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  1. Selalu baca izin aplikasi sebelum install.
  2. Gunakan pengaturan privasi ponsel, matikan akses yang tidak diperlukan (Settings → Privacy → Permission).
  3. Pilih aplikasi yang transparan dan punya reputasi baik.
  4. Gunakan VPN dan antivirus terpercaya (khususnya di Xiaomi, OPPO, realme).
  5. Pertimbangkan aplikasi open-source atau yang minim meminta izin.

Penutup

Aplikasi memang memudahkan hidup, tapi kemudahan itu tidak boleh dibayar dengan hilangnya privasi dan keamanan. Satu pencetan tombol “Izinkan” yang ceroboh bisa berakibat puluhan tahun penyesalan. Mulai hari ini, jadilah pengguna yang berpikir kritis dan jangan asal izinkan!

Privasi kita adalah hak, bukan komoditas.

Oleh Muhammad Rasya Altaf Faizi

Mahasiswa Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image