Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bayu Yudha Hidayatullah

Ironi Dokter Hewan: Profesi Mulia yang Terjebak Stereotip Lama

Pets and Garden | 2025-11-18 07:09:10

Dokter Hewan sejatinya ialah seseorang yang mengabdikan dirinya untuk menjaga kesehatan dan kelestarian hewan. Profesi ini didapat setelah menempuh pendidikan yang cukup panjang, sekitar 5 tahun bahkan lebih hingga menyandang gelar drh. Menjadi seorang dokter hewan tidak hanya diuntut untuk paham terhadap teori-teori yang ada. Namun, mereka juga harus mampu mengimplementasikan ilmu-ilmu yang didapat dalam bentuk praktik kesehatan pada hewan. Walaupun begitu, perjuangan yang menguras tenaga dan mental itu terkadang dipatahkan oleh stereotip-stereotip negatif yang berkembang di luaran sana.

Banyak yang beranggapan bahwa dokter hewan adalah profesi sepele karena pasiennya hanyalah hewan, bukanlah manusia. Padahal, tugas dan tanggung jawab seorang dokter hewan jauh lebih dari itu. Berbekal semboyan “Manusya Mriga Satwa Sewaka”, dokter hewan berkomitmen untuk menjaga kesejahteraan manusia melalui kesejahteraan hewan. Hal ini terbukti dengan terjaganya ketahanan pangan, pencegahan penyakit menular (zoonosis), hingga konservasi satwa liar untuk melestarikan spesies yang hampir punah.

Seorang dokter hewan dituntut untuk dapat bekerja secara profesional dan kompeten. Selain itu, mereka juga harus peka terhadap perubahan lingkungan yang mempengaruhi keberlangsungan hidup satwa. Mengingat jumlah dokter hewan di Indonesia yang masih tergolong sedikit dan kurang merata. Hingga saat ini, jumlah dokter hewan yang tercatat di PDHI sekitar 13.500 orang. Jumlah yang tergolong masih sedikit jika dibandingkan jumlah yang dibutuhkan saat ini, yaitu sekitar 50.000 dokter hewan. Hal ini yang harus digencarkan oleh pemerintah serta perguruan tinggi guna melahirkan bibit-bibit unggul dokter hewan yang berkualitas. Sehingga nantinya bisa mengatasi berbagai permasalahan satwa demi menjaga keseimbangan ekosistem.

Salah satu yang cukup menjadi perhatian kini yaitu penanganan penyakit zoonosis yang semakin bertambah banyak. Zoonosis merupakan penyakit yang ditularkan oleh hewan kepada manusia, ataupun sebaliknya (Halida, dkk., 2023). Contoh penyakit zoonosis yang pernah menggemparkan dunia yaitu Corona atau Covid-19. Di Indonesia sendiri, penyakit zoonosis yang kerap muncul yaitu rabies dan flu burung. Kondisi ini harus segera diatasi untuk menciptakan lingkungan masyarakat yang aman dan nyaman.

Namun dalam prakteknya, dokter hewan sering kali menjumpai hambatan/tantangan yang cukup menyulitkan dirinya. Salah satu hal yang menjadi tantangan bagi dokter hewan yaitu proses komunikasi dengan klien. Ditambah lagi dengan semakin meningkatnya minat masyarakat dalam memeliharana hewan, khususnya hewan kecil seperti anjing dan kucing. Oleh karena itu, dibutuhkan soft skill dan pemahaman yang baik tentang cara memahami perilaku pasien. Hal ini yang menjadi sorotan dan menuntut dokter hewan untuk dapat menguasai cara berkomunikasi dengan klien.

Mengingat pasien yang dihadapi adalah seekor hewan yang tentunya berbeda dengan manusia. Terlebih lagi, pasien yang ditangani bukan hanya satu jenis hewan, melainkan berbagai spesies yang tentunya memiliki ciri-ciri serta perlakuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi menjadi hal penting yang perlu dimiliki dokter hewan. Sehingga, proses diagnostik dan perawatan hewan dapat berjalan maksimal dan sesuai dengan harapan klien.

Tips menjalin komunikasi yang baik dan efektif dengan klien :

1. Dengarkan dengan penuh empati

Sering kali ketika klien datang dan membawa hewan peliharaan, mereka merasa cemas dan khawatir dengan kondisi hewan kesayangannya. Sebuah hal wajar bagi seorang pemilik hewan peliharaan. Seorang dokter hewan harus mampu menunjukkan rasa empati dan mendengarkan segala keluhan klien dengan penuh kesabaran. Dokter hewan harus mampu memposisikan dirinya sebagai tenaga medis professional dan mampu membuat klien merasa didengar. Dengan begitu, mereka akan percaya dan yakin terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh dokter hewan.

2. Sampaikan informasi dengan jelas

Ketika melakukan diagnostik, dokter hewan tentunya memperoleh beberapa informasi terkait gejala atau penyakit hewan yang ditanganinya. Segala data dan informasi yang didapat harusnya disampaikan dengan jelas kepada klien. Dokter hewan juga dilarang memanipulasi informasi medis yang didapat. Segala sesuatu harus disampaikan dengan jujur dan terbuka pada klien. Karena klien berhak mengetahui kondisi kesehatan dari hewan peliharaannya. Sehingga, akan timbul rasa kepercayaan oleh klien kepada dokter hewan yang menangani hewan miliknya.

3. Gunakan komunikasi non verbal

Sesekali dokter hewan perlu menggunakan komunikasi non verbal ketika berinteraksi dengan klien. Komunikasi non verbal yang dilakukan dapat berupa senyuman, kontak mata, hingga anggukan wajah sebagai tanda mendengarkan cerita klien. Hal-hal kecil seperti ini membantu dalam meningkatkan pemahaman klien terhadap informasi yang diberikan. Selain itu, penggunaan komunikasi non verbal seperti gerakan tangan dan nada lembut akan membantu dalam menenangkan kondisi emosional klien yang sedang cemas. Sehingga klien akan merasa lebih nyaman dan dihargai.

4. Ajukan pertanyaan terbuka

Berikan kesempatan pada klien untuk memberi informasi yang lengkap tentang kondisi hewan kesayangannya. Misalnya dengan awalan “apa” dan “bagaimana”. Pertanyan-pertanyaan seperti ini akan mendorong klien untuk memberi informasi detail seputar hewan peliharaannya. Selain memperkaya informasi, pertanyaan seperti ini juga bertujuan untuk menghemat waktu dan menghindari percakapan yang tidak perlu. Melalui informasi yang diberikan, dokter hewan dapat mengambil tindakan serta penanganan yang tepat.

Komunikasi adalah salah satu komponen penting yang harus dimiliki dokter hewan. Melalui cara komunikasi yang efektif, akan terbina hubungan baik antara dokter hewan dengan klien. Seorang dokter hewan profesional juga harus bersikap ramah dan loyal pada klien. Selain itu, informasi yang disampaikan hendaknya jelas dan detail. Hindari bahasa yang bisa membuat klien bingung. Komunikasi efektif juga penting untuk mencegah proses diagnostik yang keliru. Setelah terjalin komunikasi yang efektif, dokter hewan dapat melakukan eksekusi tindakan yang cepat dan tepat. Sehingga, pemilik hewan merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang diberikan.

“COBALAH TUK MENCINTAI HEWAN, MAKA DUNIA AKAN MENCINTAIMU”

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image