Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Chindy Falista

Hubungan Remaja dan Begadang: Gaya Hidup yang Diam-Diam Merusak Mental

Eduaksi | 2025-11-15 03:08:23

Siapa sangka, ternyata kebiasaan begadang yang sering dianggap sepele serta dianggap sebagai gaya hidup modern nyatanya mempunyai banyak sekali masalah serius ketika terus menerus dilakukan. Terutama para remaja yang menganggap bahwa begadang adalah hal keren. Anggapan itu muncul sebagai alasan bukti kerja keras atau bukti mereka “produktif”. Kebiasaan ini sudah melekat dan sulit dihindari, padahal kebiasaan ini memiliki dampak besar baik dari fisik maupun mental seseorang.

Aktivitas yang padat, hingga kebiasaan bermedia sosial membuat mereka terjaga di waktu malam bahkan bisa sampai melewati jam tidur yang dianjurkan sehingga menyebabkan waktu tidur berkurang dan tubuh tidak mendapatkan istirahat yang cukup. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes, 2023), remaja idealnya membutuhkan waktu tidur sekitar 8-9 jam setiap malam. Seharusnya dari pernyataan ini para remaja bisa mengintrospeksi diri apakah mereka sudah menjalankan atau belum.

Sebuah penelitian mengenai pola tidur remaja menemukan bahwa lebih dari separuh siswa SMA mengalami kualitas tidur yang buruk. Penyebab utamanya karena kebanyakan mereka tidak menerapkan kebiasaan tidur yang baik (sleep hygiene) dan tingginya tingkat stres. Mengerjakan tugas sekolah atau kuliah, bekerja, bermain gim, atau sekadar “scrolling” media sosial menjadi alasan menunda tidur. Notifikasi yang terus berbunyi menyebabkan mereka enggan meninggalkan dan beralih dari gadget.

Penggunaan gadget dapat menghilangkan rasa kantuk karena paparan cahaya biru yang dipancarkan oleh gadget yang akan mengahambat produksi melatonin. Yang mana melatonin adalah hormon alami sebagai pemberi sinyal mengatur waktu tidur. Tidak hanya itu, persepsi dan pikiran negatif membuat remaja sulit tidur. Hal ini dapat menjelaskan bahwa stres dan tidur memiliki hubungan yang cukup serius. Dimana ketika semakin seringnya menggunakan gadget dan stres yang meningkat maka tidur akan terganggu. Sehingga dapat dikatakan bukan hanya aktivitas yang menyebabkan terganggunya waktu tidur, tetapi juga kesehatan mental juga berpengaruh. Jika dibiarkan terus menerus, kebiasaan begadang dapat menurunkan konsentrasi, daya ingat, daya tahan tubuh dan sering tidak bisa mengontrol emosi diri.

Kasus begadang ini merupakan awal mula munculnya gejala risiko stres, depresi, dan gangguan metabolisme seperti obesitas. Dari pernyataan ini dapat dikatakan bahwa gangguan kesehatan menjadi penyebab utama masalah mental seseorang. Stres juga dapat menyebabkan pupil mata melebar, detak jantung dan laju pernapasan yang meningkat, meningkatkan tekanan darah, dan lain-lain. Secara fisik, tanda-tanda efek dari begadang pun dapat dilihat secara nyata, mulai wajah kusam, muncul ciri-ciri penuaan dini, lingkaran hitam di bawah mata, dan sebagainya.

Mengapa remaja sering begadang? Jawabannya adalah karena pada masa remaja inilah, fase dimana mereka sedang mencari jati diri, ingin mengeksplorasi hal baru, seseorang berusaha mengenal siapa dirinya, memperluas pergaulan, dan rasa ingin tahu akan minat dan bakat. Namun sebenarnya, kegiatan atau aktivitas seperti itu tidak perlu mempengaruhi waktu tidur. Otak yang dipaksa aktif dan dipaksa untuk terus bekerja dalam waktu yang lama membuat keseimbangan alami dari gangguan tubuh yang seharusnya juga memerlukan waktu untuk beristirahat. Tubuh tidak akan bisa berbicara ketika dia kelelahan jika digunakan terus menerus tanpa henti.

Upaya kecil yang dapat dilakukan untuk mengubah pola tidur yang benar yakni dengan memahami pentingnya tidur, mengurangi penggunaan gadget sebelum tidur, dan bisa mengatur waktu dengan baik. Memulai dengan langkah kecil itu lebih baik dari gerakan yang sama sekali. Karena proses keberhasilan itu tidak diukur dari seberapa cepat kamu sampai tetapi seberapa konsisten kamu melangkah dan berkembang.

 

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image