Beyond the White Coats: Ketika Dokter Perempuan Memperjuangkan Dirinya
Edukasi | 2025-11-12 23:17:47
Di balik jas putih dan gelar panjang, dunia medis sering terlihat netral yang menganggap keahlian adalah satu-satunya hal yang menentukan posisi seseorang, tetapi kenyataannya seringkali tidak begitu.
Banyak dokter perempuan yang masih menghadapi tembok tidak kasat mata, mulai dari perbedaan gaji, kesempatan, dan pengakuan yang tidak seimbang dibanding rekan laki-lakinya. Kesenjangan ini tidak selalu muncul dalam angka yang mencolok, tapi terasa dalam kehidupan keseharian. Dokter perempuan yang bekerja di rumah sakit besar sering mendapat pasien lebih sedikit, atau tidak dijadikan pembicara utama di konferensi medis, meskipun memiliki pengalaman dan kompetensi yang sama. Di beberapa kasus, promosi jabatan juga lebih mudah diberikan kepada laki-laki dengan alasan “lebih siap memimpin.”
Ironisnya, dunia medis yang berlandaskan pada keadilan dan kemanusiaan justru masih menyimpan ketidaksetaraan di dalamnya. Padahal, perempuan sudah membuktikan kemampuan mereka di setiap aspek, dari ruang operasi, laboratorium penelitian, hingga pelayanan kesehatan di pelosok. Mereka bukan sekadar pelengkap, tetapi fondasi dari sistem kesehatan yang menyentuh masyarakat paling luas.
Kesetaraan di dunia kerja medis bukan hanya tentang angka di slip gaji. Ini tentang pengakuan yang setara terhadap kompetensi dan kontribusi. Tentang memberikan ruang yang sama untuk tumbuh, diakui, dan dipercaya. Dokter yang pulang malam dari ruang jaga dengan mata lelah, yang tetap tersenyum pada pasien meskipun belum istirahat, layak mendapatkan penghargaan yang sama seperti siapa pun di ruangan itu, terlepas dari gender dokter tersebut.
Perubahan memang tidak bisa datang hanya dengan wacana. Dibutuhkan keberanian dari lembaga kesehatan, institusi pendidikan, dan masyarakat medis sendiri untuk meninjau ulang cara mereka menilai “profesionalisme.” Nilai seseorang sebagai dokter tidak ditentukan oleh gender, tapi oleh dedikasi, pengetahuan, dan tanggung jawab terhadap kehidupan manusia.
Sudah saatnya dunia medis benar-benar menerapkan prinsip yang diajarkannya sendiri bahwa setiap manusia memiliki nilai yang sama. Bagi seluruh perempuan di bidang kesehatan, kesetaraan bukanlah bentuk “keistimewaan,” melainkan hak yang seharusnya tak perlu diperjuangkan lagi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
