Analisis Perilaku Konsumsi Fast Food terhadap Status Gizi Remaja
Info Sehat | 2025-11-12 12:01:22Seiring berkembangnya zaman fast food sangat digemari oleh masyarakat karena kemudahan dan kepraktisan penyajiannya, khususnya untuk remaja. Fast food merupakan makanan cepat saji yang tergolong tidak sehat dengan kandungan makananannya yang tinggi lemak, tinggi natrium, dan tinggi gula, tetapi memiliki kandungan serat dan vitamin yang rendah. Remaja merupakan salah satu kelompok dalam masyarakat yang rentan mengalami masalah gizi, baik gizi buruk maupun gizi lebih. Apabila pola konsumsi tidak diperhatikan, maka remaja berisiko mengalami gizi buruk maupun gangguan kesehatan lain yang dapat berdampak pada kualitas hidup di masa depan. Kebiasaan ini dapat memengaruhi status gizi, baik menimbulkan obesitas maupun kekurangan zat gizi tertentu. Analisis terhadap perilaku konsumsi fast food penting dilakukan untuk mengetahui dampaknya terhadap status gizi remaja serta sebagai dasar upaya mempromosikan gizi seimbang.
Masalah kesehatan gizi di Indonesia mempunyai tiga permasalahan (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia. Berdasarkan data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa sekitar 25,7% remaja dengan rentang usia 13-15 tahun dan 26,9% remaja dengan usia 16-18 tahun memiliki status gizi pendek yang sangat memprihatinkan. Selain itu terdapat 8,7% remaja usia 13-15 tahun dan 8,1% remaja usia 16-18 tahun memiliki kondisi tubuh yang kurus. Sedangkan prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0% pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5% pada remaja usia 16-18 tahun. Dari hasil penelitian menunjukan salah satu penyebab remaja memiliki status gizi buruk yaitu karena fast food. Pengonsumsian fast food di kalangan remaja biasanya di konsumsi sekitar 4 – 27 kali dalam sebulan.
Kondisi tersebut cukup memprihatinkan, apalagi remaja di jaman sekarang memiliki kebiasaan yang mendukung status gizi buruk ini. Beberapa faktor yang mendukung status gizi buruk pada remaja adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi, pengaruh dari lingkungan terutama dari teman sebaya, tempat nyaman untuk berkumpul, rasa makanan enak yang cepat dan praktis, harga murah dan pengaruh uang saku, serta pengaruh dari brand atau influencer promosi makanan cepat saji. Untuk mengatasi hal tersebut di perlukan upaya khusus untuk mencegah peningkatan gizi buruk dikalangan remaja. Lingkungan sekitar maupun sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mengatasi permasalahan ini. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan perhatian khusus serta edukasi lebih lanjut bagi remaja dan masyarakat agar tumbuh kesadaran mengenai pentingnya memilih makanan yang berkualitas. Dengan adanya pembinaan dan pendampingan, diharapkan remaja serta masyarakat lebih peduli terhadap pola konsumsi, kesehatan gizi, dan dampaknya bagi tubuh dalam jangka panjang.
Konsumsi fast food yang berlebihan menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan gizi pada remaja, baik gizi kurang maupun gizi lebih. Kondisi ini diperparah oleh kurangnya pengetahuan gizi, pengaruh lingkungan, serta promosi yang masif dari industri makanan cepat saji. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk memberikan edukasi serta pembinaan berkelanjutan, sehingga remaja dapat memiliki pola konsumsi yang lebih sehat demi mendukung pertumbuhan dan kualitas hidup di masa depan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
