Meningkatnya Kasus Keracunan MBG di Tengah Kelut-Melut Tata Kelola Program
Politik | 2025-11-12 10:15:37
Makan Bergizi Gratis menjadi program prioritas pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang kerap kali mendapat sorotan dari publik karena beragamnya reaksi pro dan kontra. Sejak diluncurkan secara bertahap pada 6 Januari hingga 31 Oktober 2025, kasus keracunan makanan bergizi gratis yang dilaporkan oleh Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia telah mencapai angka 16.109 orang. Hal tersebut memicu semakin banyaknya respon negatif dari masyarakat karena usaha pemerintah untuk mengevaluasi dan menutup sebagian dapur justru mendatangkan bukti di lapangan berupa laporan kasus keracunan yang terus melonjak secara signifikan.
Kasus yang paling sering dilaporkan akibat keracunan MBG ialah para korban yang mengalami gejala seperti pusing, badan lemas, mual, muntah, dan sakit perut, hingga harus dilarikan ke instalasi gawat darurat. Kondisi tersebut setelah diselidiki dapat terjadi karena makanan bergizi gratis yang diberikan masih dalam keadaan mentah, terkontaminasi mikroorganisme berbahaya, sudah basi, atau bahkan dijumpai kasus dimana terdapat hewan seperti ulat belatung di dalam makanan yang disajikan. Selain itu, seiring meningkatnya kasus keracunan MBG, para korban yang dilaporkan bukan hanya berasal dari kalangan para siswa, melainkan juga menimpa para guru, balita, orang tua, hingga ibu hamil.
Meningkatnya kasus keracunan MBG belum terlihat akan mendapatkan hilal berupa langkah solutif yang baik dan optimal dari pemerintah. Sebagai dampak dari hal tersebut, kini, sebagian masyarakat, khususnya para orang tua yang anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar, merasa khawatir apabila anak mereka harus mengonsumsi MBG. Di sisi lain, rasa trauma atas pengalaman pernah menjadi korban keracunan MBG juga memperkuat alasan mengapa terjadi penurunan tingkat kepercayaan sebagian masyarakat dalam mengonsumsi makanan bergizi gratis yang dicanangkan pemerintah tersebut.
Setelah lebih dari 10 bulan berjalan, program MBG justru memberikan data jumlah korban keracunan yang kian meningkat dan meluas. Akibatnya, beberapa pihak menganggap program MBG yang sudah terlaksana sejauh ini belum dapat merealisasikan secara optimal tujuan program ini dicanangkan pada awalnya, yakni terkait usaha perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan & keselamatan anak. Koordinator Nasional FIAN Indonesia, Marthin Hadiwinata, berargumen bahwa program MBG yang bertujuan guna memenuhi kecukupan gizi anak justru pada kenyataannya kini lebih banyak melanggar hukum dan hak asasi manusia.
Pemerintah perlu mengambil tindakan nyata berupa perbaikan sistem dan tata kelola program bernilai triliunan tersebut. Mulai dari perbaikan tahap perencanaan yang memprioritaskan anak-anak dengan gizi buruk yang perlu diperbaiki hingga memperkuat tahap pengawasan dengan mempertegas standardisasi pelaporan dalam penyediaan makan bergizi gratis. Lebih lanjut, beberapa aspek lainnya yang perlu diperhatikan pemerintah dalam upaya memperbaiki kualitas MBG diantaranya, memperbaiki kemitraan yang kompeten, pelatihan higienitas, dan penyediaan sarana pendukung seperti sanitasi air yang baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
