Sendy, Satu Kata Seribu Makna di Media Sosial
Trend | 2025-11-11 19:44:09
Beberapa waktu terakhir, media sosial dipenuhi kata “sendy”, satu kata yang awalnya terdengar asing tapi cepat sekali dikenal. Kata ini muncul secara tiba-tiba pada berbagai postingan TikTok dan X, dilengkapi dengan ekspresi berlebihan atau emoji lucu. Contohnya, seseorang mengungkapkan, “Aku lagi sendy banget sama minuman ini.” Warganet sepakat memahami kata “sendy” sebagai perasaan kecanduan yang diungkapkan dengan nada bercanda meski tidak ada kamus atau penjelasan resmi mengenai arti kata ini. Istilah slang seperti “sendy” menjadi bagian dari kata-kata populer yang muncul dan menyebar cepat di dunia digital.
Tidak ada sumber yang jelas menyebutkan siapa yang pertama kali membuat kata "sendy". Namun, banyak orang menduga bahwa kata ini muncul melalui percakapan spontan di TikTok, lalu menyebar cepat melalui komentar dan video parodi. Sejak awal, kata "sendy" digunakan sebagai sarana untuk menggambarkan seseorang yang sangat terobsesi atau ketagihan terhadap sesuatu, bisa saja makanan, minuman, atau hal yang seseorang sukai tanpa nuansa serius. Makna kata ini lalu berkembang menjadi cara baru untuk menyampaikan rasa ketagihan dengan penuh kesadaran dan humor. Saat seseorang berkata, “aku sendy banget”, itu berarti ia mengakui bahwa dirinya memang terjebak dalam sesuatu, tetapi memilih untuk tertawa dan tidak menganggapnya sebagai masalah. Dalam konteks ini, "sendy" bukan hanya sekadar istilah gaul, melainkan bagian kecil dari budaya digital yang memengaruhi cara generasi muda menyampaikan perasaan mereka melalui humor.
Istilah “sendy” hanya akan menjadi salah satu dari banyak istilah viral yang akan segera tergantikan oleh tren baru. Meski demikian, kehadirannya menunjukkan bahwa generasi muda terus bereksplorasi dengan bahasa sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Istilah seperti “sendy” menjadi simbol kecil dari kemampuan generasi muda untuk mengubah kecanduan atau kebiasaan menjadi sesuatu yang lucu dan layak untuk dibagikan. Ia muncul dari algoritma, berkembang melalui tawa, lalu menghilang begitu saja, namun meninggalkan jejak mengenai bagaimana bahasa terus mengalami perubahan mengikuti irama kehidupan digital manusia masa kini.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
