Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Linauri Fajwah

Antara Viral dan Kehidupan Nyata

Teknologi | 2025-12-07 11:53:57
Sumber: Gemini AI

Saat ini kita hidup di zaman di mana satu video viral di media sosial seperti TikTok, bisa lebih berpengaruh daripada berita resmi atau bahkan pelajaran di kelas. Setiap hari, timeline Instagram dan X penuh dengan opini panas, gosip, meme, hingga drama selebritas.

Informasi datang begitu cepat, namun kapasitas kita untuk memilah mana yang benar, penting, dan bermanfaat seringkali tertinggal. Generasi muda zaman sekarang atau yang sering disebut “generasi scroll” sangat terbiasa menilai segala sesuatu dengan cepat, hanya dari apa yang dilihat, tanpa mencari tahu mendalam tentang hal tersebut.

Jumlah likes dan views seringkali menjadi tolak ukur apakah sesuatu itu “benar” atau “penting”. Namun, di balik angka-angka itu, ada risiko besar, yaitu kita kehilangan kemampuan berpikir kritis dan juga empati. Budaya cancel, hujatan di kolom komentar, hingga perdebatan hebat di media sosial seringkali dianggap sebagai hiburan dan bagian dari rutinitas sehari-hari. Banyak orang lupa bahwa opini yang tidak bertanggung jawab bisa melukai orang lain, bahkan menghancurkan reputasi tanpa sempat klarifikasi.

Sumber: Gemini AI

Namun disisi baiknya, kita juga hidup di dunia di mana peluang terbuka lebar. Teknologi memungkinkan siapa pun menjadi konten kreator, pengusaha digital, atau influencer. Bahkan kini tidak sedikit orang yang sukses dikarenakan kontennya yang viral. Namun, sebagian besar lainnya masih tertinggal akibat keterbatasan akses pendidikan dan informasi yang berkualitas. Inilah paradoks: dunia digital semakin maju, tapi tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Di tengah keramaian ini, ada tantangan besar bagi generasi muda, yaitu bagaimana agar bisa tetap berpikir kritis, empatik, dan tetap sadar akan nilai-nilai.

Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah ataupun di kampus, tetapi juga dari cara kita berperilaku sehari-hari. Bagaimana kita berkomentar di media sosial, bagaimana kita menerima perbedaan pendapat, dan bagaimana kita menyikapi isu penting tanpa terjebak drama viral.

Dan yang paling sulit adalah menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata.

Terlalu lama tenggelam dalam trending topik membuat kita lupa akan tanggung jawab pribadi dan sosial. Kita bisa tahu seluruh gosip selebritas, tapi tidak tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Kita bisa ikut viral, tapi tidak ikut peduli pada masalah nyata seperti pendidikan yang tidak merata, kemiskinan, atau isu lingkungan.

Sumber: [Hans] di pixabay (https://pixabay.com/id/photos/banjir-ombak-tepi-sungai-guyuran-123203/)

Sebagai contoh: melihat bagaimana kasus tumbler di KAI yang sampai membuat petugas hampir dipecat, hal itu viral dan ramai di mana-mana, ditambah lagi dengan beredarnya rumor Inara Rusli yang terus menjadi perbincangan. Media sosial penuh dengan opini, pembelaan, dan hujatan. Sementara itu, banjir di Aceh dan banyak wilayah di Sumatra hanya terdengar seperti berita biasa, bahkan tidak mendapat perhatian yang cukup. Padahal, di sana ada banyak warga yang rumahnya terkena musibah, anak-anak yang tidak bisa sekolah, dan ekonomi yang lumpuh total. Kita ribut soal barang dan gosip, tapi diam saat ribuan orang kehilangan rumah dan masa depan mereka. Media sosial telah mengajarkan kita apa yang viral, tapi belum tentu mengajarkan kita apa yang paling penting untuk dipedulikan. Ini bukan soal salah atau benar viralnya suatu kasus, tapi ke mana sebenarnya arah empati publik sedang bergerak?

Dan sistem ini tau satu hal tentang manusia: alihkan mata mereka, maka kamu alihkan hidup mereka. Masyarakat kita mudah dikendalikan. Cukup dengan sedikit drama, sedikit air mata, dan sedikit chat "bocor", semua orang langsung lupa. Lupa bahwa ada keputusan menteri yang bisa naikin harga pangan, lupa ada perusahaan yang merusak hutan, lupa ada konflik kepentingan pejabat yang seharusnya diusut. Dan hanya butuh satu video selebritas untuk menghapus semuanya.

Yang membuat saya geram adalah mereka yang punya kuasa untuk menentukan apa yang publik bahas saat ini. Dan publik menurut, bahkan menikmati manipulasi itu. Mereka bilang rakyat bodoh, padahal rakyat itu dibutakan secara sistematis. Politik memang membuat cemas, tapi drama selebritas membuat mereka merasa lebih waras. Drama orang kaya lebih menarik daripada memahami kondisi negara yang semakin hari semakin tidak masuk akal. Banyak artis yang dijadikan tameng. Pecah, ramai, viral. Dan justru itu yang diinginkan mereka agar ruang gelap di belakang panggung tetap aman. Ruang yang berisi pengkhianatan, bukan soal cinta, tapi soal bangsa.

Jika generasi ini bisa belajar memilah mana yang penting, menyikapi informasi secara kritis, dan tetap menjaga empati serta etika, maka kekuatan digital kita tidak hanya viral, tapi juga mampu memberikan dampak nyata. Bukan hanya trending topik sesaat, tapi perubahan positif bagi kehidupan sehari-hari.

Generasi scroll memang memiliki kekuatan dan potensi yang luar biasa, yaitu mampu memengaruhi opini publik, menciptakan tren, dan membentuk budaya. Namun potensi itu tidak berarti apa-apa jika kita tidak menyeimbangkan viralitas dan tanggung jawab. Karena tanpa kesadaran akan etika dan nilai moral, dunia digital bisa berubah menjadi tempat kebencian, bukan sarana untuk membangun. Dan di dunia yang penuh distraksi ini, kemampuan kita untuk tetap kritis, peduli, dan beretika adalah kekuatan sejati yang bisa menentukan masa depan kita lebih dari sekadar likes dan views.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image