Pempek Asli Palembang: Lembut Ikan, Kental Cuko, dan Rasa yang Tak Tergantikan
Kuliner | 2025-11-11 14:29:04
Asap tipis mengepul dari wajan panas. Aroma gurih ikan berpadu dengan minyak wangi yang baru saja dipakai menggoreng pempek lenjer. Di sudut ruangan, botol berisi cairan kecokelatan tampak menggoda—cuko khas Palembang yang pedas, manis, dan kental, siap menyempurnakan setiap gigitan. Dari aromanya saja, sudah terasa: ini bukan sembarang pempek.
Begitu potongan pempek itu masuk ke mulut, sensasinya langsung terasa. Teksturnya lembut namun kenyal, dengan rasa ikan yang begitu kuat nyaris memenuhi setiap sudut lidah. Kuah cukonya pun tak kalah menggoda: pedas, manis, dan kental, berpadu sempurna dengan gurihnya pempek yang baru saja diangkat dari minyak panas. Semua terasa pas, seimbang, dan meninggalkan jejak rasa yang lama hilang.
Pempek bukan sekedar camilan khas palembang. Ia adalah perpaduan antara tradisi dan cita rasa yang diwariskan lintas generasi. Di balik kelezatannya, ada kesabaran dalam mengaduk adonan ikan dan sagu, serta ketelitian dalam meracik cuko hingga mencapai kekentalan yang pas. Bagi orang Palembang, cuko bukan sekadar saus pelengkap, tapi jantung dari pempek itu sendiri jiwa yang memberi nyawa pada setiap gigitan.
Keunikan pempek terletak pada rasa ikannya yang dominan namun tidak salah. Dalam pempek yang dibuat dengan bahan berkualitas, rasa ikan bisa mencapai 99 persen terasa di lidah. Itulah mengapa ikan segar, terutama tenggiri, menjadi bahan yang tak tergantikan. Saat digoreng, aroma gurihnya berpadu dengan wangi khas ikan laut, menghasilkan cita rasa yang sulit ditiru oleh masakan lain.
Cuko-nya pun punya karakter yang khas: kental, pedas, manis, dan sedikit asam. Campuran gula merah, bawang putih, dan cabai rawit menjadi rahasia kelezatan yang menggigit, namun tetap harmonis. Di beberapa tempat, seperti yang dilakukan oleh Miftahul Jannah seorang pelajar perantau asal Palembang bahan-bahan seperti cabai, gula merah, dan tepung sagu bahkan dikirim langsung dari Palembang agar rasa aslinya tak berubah. Ia percaya, cuko buatan luar daerah seringkali kehilangan “jiwa” Palembang yang sesungguhnya.
Rasa itulah yang membuat pempek tetap bertahan di hati banyak orang. Makanan ini bukan hanya simbol kuliner, tetapi juga pengingat tentang rumah, sungai, dan hangatnya kota Palembang. Dalam setiap potongan pempek, tersimpan cerita panjang tentang bagaimana cita rasa bisa menjadi identitas, dan bagaimana kelezatan bisa menyatukan rindu di tanah asal.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
