Delapan Prioritas Tanpa Teknologi: Tantangan Indonesia di Era Transformasi Digital
Teknologi | 2025-11-08 08:48:58
Pemerintah Prabowo–Gibran sudah menyiapkan delapan program prioritas untuk tahun 2026. Fokusnya jelas: dari ketahanan pangan, energi, pertahanan, pendidikan, sampai kesehatan dan ekonomi rakyat. Semua itu tentu penting, tapi ada satu hal yang menarik perhatian. Tidak ada satu pun yang menyoroti teknologi secara khusus.
Padahal, kita hidup di masa ketika hampir semua hal bergantung pada teknologi. Dari petani yang menggunakan sensor cuaca, siswa yang belajar lewat platform digital, sampai UMKM yang bertahan lewat media sosial. Tanpa dukungan digital yang kuat, program besar pemerintah akan sulit berjalan optimal.
Bayangkan saja, program ketahanan pangan tanpa teknologi pertanian modern, atau pemerataan pendidikan tanpa infrastruktur internet yang memadai. Teknologi bukan hanya pelengkap, tapi mesin utama yang menggerakkan efisiensi dan pemerataan pembangunan.
Masalahnya, kesadaran ini belum terlihat dalam arah kebijakan nasional. Fokus pembangunan masih tradisional membangun yang tampak, bukan yang menopang. Padahal, negara-negara lain sudah menjadikan transformasi digital sebagai prioritas utama. Jika Indonesia terus tertinggal dalam inovasi, kita hanya akan jadi pasar bagi produk luar, bukan penciptanya.
Karena itu, penting bagi pemerintah untuk mulai menempatkan teknologi sebagai fondasi dari semua prioritas pembangunan. Transformasi digital bukan sekadar urusan kementerian komunikasi, tapi urusan semua sektor. Pangan, energi, pendidikan, dan pertahanan semuanya akan lebih kuat jika dibangun di atas pondasi digital.
Teknologi bukan hanya tentang alat, tapi tentang cara berpikir tentang bagaimana bangsa ini bisa lebih cepat, efisien, dan transparan. Tanpa itu, delapan prioritas 2026 mungkin berjalan, tapi tidak akan melaju secepat dunia yang terus berlari di jalur digital.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
