Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Gizi: Kunci Keberhasilan Pemulihan Pasien
Hospitality | 2025-11-06 21:10:30
Pelayanan gizi merupakan bagian penting dalam sistem kesehatan yang memiliki peran besar terhadap pemulihan kondisi pasien. Menurut World Health Organization (WHO) 2019, gizi merupakan bagian penting dari kesehatan dan perkembangan, gizi yang lebih baik berkaitan dengan peningkatan kesehatan bayi, anak, dan ibu, dan sistem kekebalan tubuh. Namun, pelayanan gizi sering dipandang hanya sebatas pemberian menu atau asupan makanan yang tidak terlalu penting.
Dalam penyampaian aturan makanan kepada pasien dibutuhkan skill komunikasi yang baik, sebab keberhasilan diet dan terapi nutrisi tidak hanya bergantung pada perhitungan kebutuhan energi, tetapi juga pada bagaimana pesan gizi disampaikan kepada pasien. Pasien perlu memahami alasan di balik setiap anjuran dan pembatasan makanan, agar mereka memiliki kesadaran dan motivasi untuk mematuhi program yang telah dianjurkan. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES) 2025, komunikasi efektif dalam pelayanan kesehatan merupakan aspek fundamental yang berperan dalam meningkatkan kualitas layanan medis, kepuasan pasien, serta efisiensi kerja tenaga kesehatan.
Dalam praktiknya, seorang ahli gizi tidak hanya menyampaikan apa yang boleh atau tidak boleh dikonsumsi, tetapi juga menjelaskan kandungan gizi dari setiap bahan makanan serta kaitannya dengan kondisi kesehatan pasien. Cara penyampaian yang tenang, ramah, dan sabar sangat dianjurkan karena hal ini membuat pasien merasa dihargai dan lebih mudah memahami pesan yang telah diberikan.
Melalui komunikasi yang efektif, hubungan antara tenaga gizi dan pasien dapat terjalin dengan baik. Pasien merasa didampingi, bukan diatur, sehingga mereka lebih termotivasi untuk menjalankan aturan makan yang dianjurkan. Di sinilah komunikasi berperan sebagai jembatan antara ilmu gizi dengan perilaku makan pasien.
Era digital membuka ruang baru bagi komunikasi dalam pelayanan gizi. Kini, banyak ahli gizi memanfaatkan media sosial, aplikasi kesehatan, dan konsultasi daring sebagai sarana edukasi gizi yang lebih luas dan fleksibel. Namun, teknologi tidak sepenuhnya menggantikan komunikasi tatap muka yang mengandung unsur empati dan interaksi langsung.
Meski penerapan komunikasi efektif penting dalam pelayanan gizi, tetapi tidak terlepas dari beberapa tantangan. Waktu pelayanan yang terbatas, jumlah pasien yang banyak, serta tekanan administratif sering kali membuat tenaga gizi kesulitan untuk melakukan konseling yang mendalam
Dengan demikian, komunikasi yang efektif bukan sekadar kemampuan berbicara, melainkan seni menyampaikan pesan dengan empati dan kejelasan. Di balik setiap kata yang diucapkan seorang ahli gizi, tersimpan harapan agar pasien mampu memahami, menerima, dan menerapkan pesan tersebut untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
