Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Kayyisa Luzza Al Fayyadie

Dari Uang Tunai ke QRIS: Ancaman Atau Peluang untuk Masa Depan Keuangan?

Eduaksi | 2025-11-06 19:09:13

Seiring berkembangnya teknologi finansial, pola pikir dan kebiasaan masyarakat Indonesia kini mengalami perubahan besar. Teknologi digital payment yaitu QRIS (Quick Response Code Indonesia Standard) merupakan sebuah inovasi terbaru dalam sistem pembayaran yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Jika diamati lebih dalam, hampir di setiap sudut kota di Indonesia kita dapat menemukan kode atau QR Code terpampang jelas, mulai dari restoran, kafe, hingga pusat perbelanjaan modern. Menariknya, QRIS tidak hanya hadir di tempat-tempat formal, melainkan juga terdapat di lapak pedagang kaki lima, warung makan, pasar, hingga jasa tukang parkir. Adanya fenomena tersebut menunjukkan betapa cepatnya masyarakat beradaptasi dengan perkembangan teknologi finansial melalui sistem pembayaran digital.

Awalnya QRIS dianggap sebagai tambahan dalam sistem pembayaran, namun nyatanya kini beralih menjadi penunjang kebutuhan sehari-hari. Perubahan ini menggambarkan kemudahan dan efisiensi dari adanya kemajuan teknologi dan menandai bergesernya paradigma masyarakat Indonesia terhadap uang. Dahulu uang tunai dianggap sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah dan praktis, tetapi perlahan posisinya digeser oleh transaksi digital yang lebih simpel dan serba instan. Dengan adanya kondisi ini, apakah uang tunai akan bertahan di tengah derasnya arus digitalisasi pembayaran?.

Bagi para generasi muda yang cakap teknologi pastinya QRIS sangat mempermudah kehidupan sehari-hari. Kepraktisan dan kecepatan menjadi alasan utama mengapa QRIS masih ramai digunakan sampai saat ini, sehingga masyarakat tidak perlu repot membawa dompet tebal berisi uang tunai, kartu kredit atau debit, serta menghabiskan waktu hanya untuk menunggu uang kembalian. Dengan satu kali scan pada layar ponsel, transaksi yang dilakukan bisa selesai dalam hitungan detik.

Penggunaan QRIS juga memberi rasa aman yang lebih tinggi. Risiko kehilangan uang tunai, pencopetan, atau kesalahan dalam menghitung kembalian dapat diminimalisir. Bahkan, sistem ini dapat membantu pelaku usaha dalam mengurangi potensi kecurangan karena setiap transaksi tercatat secara otomatis. Transparansi tersebut bermanfaat bagi konsumen dan pelaku usaha dalam mengelola keuangan dengan terkontrol.

Namun, realitanya tidak semua hal dapat diselesaikan dengan QRIS. Uang tunai masih mempunyai peran penting dalam kehidupan masyarakat, terutama di Indonesia yang masih memiliki wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Di daerah-daerah tersebut, tidak semua orang memiliki smartphone, rekening bank, dan akses internet yang stabil. Kondisi tersebut membuat uang tunai masih menjadi alat pembayaran utama yang mudah dijangkau tanpa bergantung pada teknologi. Selain faktor geografis, sebagian kelompok seperti lansia atau mereka yang belum terbiasa teknologi finansial juga lebih nyaman menggunakan uang tunai. Bagi mereka, uang fisik terasa lebih nyata, mudah dikendalikan, dan dapat diandalkan dalam aktivitas sehari-hari. Bahkan, dalam tradisi pemberian uang saat hari raya, acara pernikahan, penyaluran bantuan sosial, uang fisik masih dianggap jauh lebih bermakna dibandingkan uang digital. Di sisi lain, terkadang muncul rasa khawatir terhadap penggunaan transaksi digital.

Jejak digital yang ditinggalkan dalam setiap transaksi keuangan kerap menimbulkan rasa waspada, karena berisiko bocor tau disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Maka dari itu, meskipun digitalisasi pembayaran berkembang pesat dan menghadirkan kemudahan, uang tunai tetap memiliki nilai penting yang belum sepenuhnya bisa digantikan.

Sumber: https://www.instagram.com/p/DEbV4zvR4fu/?igsh=aTcyOG94NmhtYnBi

Melihat kedua sisi tersebut, QRIS memang membawa inovasi baru bagi transaksi yang lebih cepat, praktis, mudah, dan selaras dengan perkembangan zaman. Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan realitas sosial dan budaya yang tidak dapat diabaikan, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang bisa dan siap beradaptasi dengan sistem digital meskipun zaman terus berubah dan berkembang. Masih banyak masyarakat di daerah 3T, lansia, hingga para pekerja informal yang sangat bergantung pada uang tunai akibat keterbatasan akses maupun keterampilan dalam penggunaan teknologi yang begitu canggih.

Bagi sebagian kalangan, menyimpan uang di dompet dapat memberikan rasa aman yang belum tergantikan oleh deretan angka di layar ponsel. Sehingga, faktor kebiasaan dan kepercayaan yang telah lama terbentuk tidak serta-merta dapat dihapuskan. Uang digital perlahan mengambil posisi sebagai arus utama, terutama di perkotaan dan kalangan muda yang terbiasa dengan gaya hidup yang serba instan. Sementara itu, uang tunai tetap hadir sebagai penopang untuk kebutuhan darurat atau transaksi sederhana. Dengan kata lain, uang digital dan uang tunai akan tetap berdampingan dan saling mengisi kekosongan fungsinya masing-masing untuk menjaga roda ekonomi agar terus berputar dalam segala situasi. Oleh karena itu, hadirnya QRIS bukanlah akhir dari uang tunai, melainkan sebagai transformasi budaya transaksi modernitas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image