Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image idelia freya

Gula, Gengsi, dan Generasi Muda: Siapa yang Menang?

Gaya Hidup | 2025-11-04 13:42:12
Sumber: beautynesia.id

Perkembangan teknologi di era modern membawa perubahan besar dalam cara manusia berinteraksi dan memperoleh informasi. Media sosial kini menjadi ruang utama bagi masyarakat untuk berbagi aktivitas sehari-hari, mulai dari tempat yang dikunjungi hingga makanan dan minuman yang dikonsumsi. Fenomena ini kemudian dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka. Melalui kerja sama dengan content creator, berbagai produk dikemas dengan cara yang menarik dan mudah menarik perhatian, khususnya di kalangan remaja.

Remaja merupakan kelompok usia yang sedang berada pada masa pencarian jati diri. Pada fase ini, mereka cenderung mudah terpengaruh oleh tren yang sedang populer di lingkungan sebayanya. Gaya hidup yang terbentuk sering kali tidak didasarkan pada kebutuhan, melainkan pada keinginan untuk diakui dan mengikuti arus. Inilah yang disebut perilaku konsumtif, yaitu pola membeli tanpa pertimbangan rasional dan lebih mengutamakan keinginan dibanding kebutuhan. Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat menumbuhkan sifat boros dan mengaburkan prioritas hidup.

Dorongan untuk tampil mengikuti tren semakin kuat dengan maraknya promosi digital yang menyasar remaja. Melalui media sosial, berbagai iklan dan konten review dikemas sedemikian rupa agar terlihat menarik. Promo seperti “beli satu gratis satu” atau “harga spesial hari ini” menimbulkan dorongan impulsif untuk membeli, meski produk tersebut tidak benar-benar dibutuhkan. Akibatnya, banyak remaja yang menjadikan kebiasaan membeli minuman kekinian sebagai bagian dari gaya hidup modern tanpa memikirkan kandungan gula di dalamnya.

Padahal, di balik rasa manis dan kemasan menarik, minuman semacam itu dapat mengandung hingga belasan sendok teh gula dalam satu porsi. Konsumsi gula berlebih secara terus-menerus akan membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring darah. Jika berlangsung lama, hal ini dapat menurunkan fungsi ginjal dan meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis. Terlebih lagi, banyak remaja masa kini yang lebih memilih minuman manis tinggi gula dibanding air putih, sehingga memperbesar risiko terjadinya gangguan ginjal di usia muda. Menurut survei Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), satu dari lima remaja berusia 12–18 tahun berpotensi mengalami kerusakan ginjal. Kondisi ini banyak dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat, terutama pola makan tinggi gula akibat seringnya mengonsumsi makanan dan minuman manis.

Meskipun kasus penyakit ginjal kronis pada remaja belum sebanyak pada orang dewasa atau lansia, kebiasaan hidup yang tidak sehat bila terus dilakukan dapat menjadi ancaman serius di masa depan. Gaya hidup serba instan, konsumsi minuman manis berlebihan, serta kecenderungan mengikuti tren tanpa mempertimbangkan dampaknya perlahan dapat merusak fungsi ginjal tanpa disadari. Sangat disayangkan jika masa muda yang seharusnya diisi dengan semangat dan produktivitas justru harus dijalani di ruang rumah sakit akibat kebiasaan yang diabaikan sejak dini.

Remaja perlu didampingi dan diberi pemahaman tentang pentingnya menjaga kesehatan sejak sekarang. Perilaku konsumtif yang dipicu media sosial perlu dikendalikan agar tidak menjerumuskan mereka pada gaya hidup berisiko. Edukasi mengenai pola makan seimbang, aktivitas fisik, serta pembatasan konsumsi gula perlu terus digencarkan melalui sekolah, komunitas, maupun lingkungan sekitar.

Sudah saatnya kita yang peduli pada kesehatan masyarakat berperan aktif dalam membangun kesadaran generasi muda untuk lebih bijak dalam menjalani gaya hidup. Menjaga kesehatan bukan sekadar menghindari penyakit, tetapi juga membentuk kebiasaan baik yang berkelanjutan demi masa depan generasi yang lebih sehat.

 

 

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image