Al Aqsha di Ujung Bahaya, Terowongan yang Mengikis Fondasi Sejarah
Agama | 2025-11-04 07:52:30
Sejak Israel menduduki Yerusalem Timur pada tahun 1967, penggalian terowongan di sekitar Masjid Al-Aqsha terus berlangsung tanpa henti. Sudah lebih dari seratus titik penggalian dilakukan, bahkan sebagian di antaranya sudah menembus area bawah masjid. Aktivitas ini jelas mengancam kestabilan bangunan suci umat Islam tersebut.
Meski Israel beralasan penggalian itu untuk kepentingan arkeologi, banyak pihak melihatnya sebagai upaya tersembunyi untuk mencari “pembenaran sejarah” atas klaim mereka terhadap Yerusalem. Faktanya, penggalian itu justru menyebabkan keretakan di beberapa bagian kompleks Al-Aqsha dan menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan yang lebih besar.
Langkah ini tak bisa dilepaskan dari proyek besar yahudisasi Yerusalem. Usaha untuk mengubah wajah kota agar berkarakter Yahudi, bukan lagi Arab dan Islam. Jadi, penggalian itu bukan sekadar urusan arkeologi semata, tapi juga bagian dari strategi panjang untuk menghapus jejak peradaban Islam di jantung Palestina.
Terowongan-terowongan ini menghubungkan area yang disebut “Kota Daud”, melewati jalur air kuno yang dulunya mengalir di bawah tanah. Kini, lorong bersejarah itu dikeringkan dan diubah menjadi jaringan terowongan modern yang berfungsi sebagai museum sekaligus sinagoge.
Cara Licik Menguasai Palestina
Israel secara sengaja melakukan penggalian dan pembangunan lorong-lorong di bawah kompleks Masjid Al-Aqsha dengan dalih proyek arkeologi atau wisata sejarah. Namun, di balik alasan tersebut, tersimpan tujuan tersembunyi: melemahkan fondasi masjid dan perlahan meruntuhkan bangunannya. Upaya ini bukan sekadar proyek biasa, melainkan bagian dari strategi sistematis untuk menghapus jejak Islam di kawasan tersebut dan memperkuat klaim atas Yerusalem sebagai kota suci eksklusif bagi Yahudi.
Penggalian terowongan yang dilakukan Israel bukanlah kegiatan arkeologi biasa, melainkan bagian dari rencana besar untuk merusak dan menghapus landmark bersejarah Islam di kawasan Yerusalem. Dengan alasan penelitian sejarah, mereka menggali terowongan-terowongan yang saling terhubung di bawah Masjid Al-Aqsha dan sekitarnya. Padahal, aktivitas ini secara perlahan mengancam stabilitas struktur bangunan masjid dan situs-situs suci Islam lainnya. Tujuan akhirnya adalah mengubah wajah kawasan suci itu agar seolah-olah menjadi wilayah dengan jejak sejarah Yahudi semata, sekaligus menghapus simbol-simbol peradaban Islam yang telah mengakar di sana selama berabad-abad.
Runtuhnya bangunan Masjid Al Aqsha akan memuluskan kendali sepenuhnya Israel terhadap kawasan suci tersebut. Dengan hilangnya simbol utama umat Islam di jantung Yerusalem, Israel dapat dengan leluasa menguasai area itu, menghapus jejak sejarah Islam, dan mewujudkan ambisi mereka untuk menjadikannya pusat peribadatan Yahudi.
Ditambah lagi dengan kejahatan yang dilakukan Israel terhadap kaum muslim sangat keji, mereka terang-terangan memusuhi Islam dan menentang agama Allah. Mereka melakukan genosida sebagai upaya pemusnahan terhadap muslim palestina. Tragedi kemanusiaan ini menunjukkan bahwa penjajahan Israel terhadap Palestina jauh melampaui sekadar perselisihan teritorial. Karena itu, solusi dua negara saja tidak akan bisa menghentikan kejahatan mereka hingga akhir jaman.
Kewajiban Menjaga Kemuliaan Masjidil Aqsha
Rasulullah saw. menyampaikan banyak keutamaan tentang Masjid Al Aqsha dan bumi Syam dalam berbagai hadits. Keduanya disebut sebagai tempat yang diberkahi dan memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Masjid Al Aqsha merupakan kiblat pertama kaum muslimin dan tempat suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Dari sanalah Rasulullah saw. melakukan perjalanan Isra’ dan Mi’raj, peristiwa agung yang menunjukkan kemuliaan tempat tersebut.
Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjid Al Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, bumi Syam juga disebut sebagai wilayah yang penuh berkah dan akan menjadi tempat penting di akhir zaman.
Rasulullah saw. bersabda: “Beruntunglah Syam!” Para sahabat bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena para malaikat Allah membentangkan sayapnya di atas Syam.”(HR. Tirmidzi, Ahmad)
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa Masjid Al Aqsha dan bumi Syam memiliki keutamaan besar, bukan hanya secara sejarah dan spiritual, tetapi juga dalam konteks keimanan dan perjuangan umat Islam hingga akhir zaman.
Umat Islam wajib menjaga Masjid Al Aqsha sebagai kota suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Menjaga Al Aqsha bukan hanya berarti melindungi bangunannya, tetapi juga mempertahankan kehormatan dan kedaulatannya sebagai simbol kemuliaan Islam. Setiap upaya pembelaan terhadap Masjid Al Aqsha sejatinya merupakan bagian dari bentuk keimanan dan kecintaan kepada Allah, Rasul-Nya, serta tempat-tempat suci-Nya.
Kewajiban ini telah dicontohkan dalam sejarah oleh para khalifah Islam yang dengan sungguh-sungguh menjaga dan memuliakan Al Aqsha. Salah satunya adalah Khalifah Umar bin Khaththab ra., yang setelah penaklukan Baitul Maqdis, masuk ke Al Aqsha dengan penuh tawadhu, tanpa kesombongan. Beliau menolak menodai kehormatan kota suci itu, bahkan ikut membersihkan area masjid dengan tangannya sendiri. Di masa berikutnya, Shalahuddin Al Ayyubi juga menjadi teladan dalam menjaga dan membebaskan Masjid Al Aqsha dari penjajahan Tentara Salib. Dengan kekuatan iman, ilmu, dan kepemimpinan yang adil, ia berhasil mengembalikan Al Aqsha ke pangkuan kaum muslimin tanpa menumpahkan darah warga sipil. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa menjaga Masjid Al Aqsha bukan hanya tugas sejarah, melainkan amanah abadi umat Islam untuk membela kehormatan agama dan tempat-tempat sucinya dari segala bentuk penistaan dan penjajahan.
Dominasi dan tujuan jahat Israel meruntuhkan masjid Al Aqsha dan genosida umat Islam di Palestina akan bisa dibebaskan hanya dengan bersatunya umat Islam seluruh dunia dalam satu kepemimpinan global yaitu Khilafah. Khalifahlah yang akan memberi komando jihad melawan Yahudi laknatullah.
Wallahu a,lam bisshawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
