Tak Sekadar Hobi Berbahaya, Kandah Rosul Edukasi Masyarakat Tentang Ular
Edukasi | 2025-10-30 10:12:25
Di sebuah kamar sederhana berukuran 3x4 meter di kawasan Mauk, Tangerang. Suara desis halus terdengar memenuhi ruangan, bukan suara angin yang berhembus atau rintik hujan dipekatnya malam. Melainkan dari seekor ular Sumatera yang meringkuk dalam kandang besi. Tak jauh diranjang sana, seorang mahasiswa bernama Kandah Rosul tertidur lelap. Mungkin bagi sebagian orang, tidur satu ruangan dengan ular seperti mimpi buruk. Namun bagi Kandah, ini merupakan bagian dari rutinitas harian yang ia jalani dengan penuh rasa kasih terhadap makhluk hidup juga simbol ketenangan dan keberanian. “Alhamdulillah baru kemarin ular yang ada di kamar terjual. Sebelum terjual di kamar ada ular cobra sumatra, caloselasma rhodostoma, dan trimeresurus insularis. Alasan ular-ular tersebut di tempatkan di kamar, yaitu agar terhindar dari jangkauan anak-anak, karena semua ular itu tergolong ular berbisa tinggi. Tapi, walau pun di tempatkan di kamar, tentunya terdapat kandang yang di kunci rapat rapat pada setiap kandangnya, guna mencegah hal-hal yang tidak di inginkan,” jelas Kandah.
Kandah Rosul, 21 tahun, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Tangerang, sudah menyukai hewan sejak kecil. Menurutnya, setiap hewan memiliki keunikan tersendiri. “Karena bagi saya, tidak semua hewan liar itu menakutkan, justru seharusnya kita yang mengerti karakter mereka supaya tidak membahayakan,” ujarnya dengan nada tenang pada Senin (27/10/2025)
Rasa cintanya pada dunia hewan, seperti ular, memiliki alasan. Ia mengungkapkan bahwa ular ialah salah satu dari berbagai macam hewan yang sering disalahkan. Orang-orang menganggap jika ular itu berbahaya, padahal sebagian besar ular di Indonesia tidak berbisa. “Ular itu masih sering dijumpai, tapi tidak banyak orang yang paham tentang jenis ular berbisa atau tidak. Dari situ saya tertarik mempelajari lebih dalam,” imbuhnya.
Saat berinteraksi pertama kali dengan hewan liar, Kandah mengaku ada rasa cemas dan takut. Namun, dengan berjalannya waktu, rasa itu menjadi perasaan penasaran dan kagum. “Rasa cemas pasti ada, tapi ketika kita berinteraksi langsung dengan hewan, otomatis kita bisa mengetahui karakternya,” kenangnya.
Menjadi penjinak hewan liar sangat banyak resikonya. Kandah pernah mengalami kejadian tidak mengenakan yaitu tergigit ular kobra. “Itu jadi pelajaran besar buat saya. Dari situ, saya semakin sadar pentingnya edukasi tentang cara menangani ular dan penanganan pertama bila tergigit ular berbisa,” ungkapnya sambil tersenyum getir.
Sehari-hari, Kandah merawat beberapa jenis hewan reptil di rumahnya. Ia memberi makan, membuat set-up kandang yang sesuai dengan habitatnya, membersihkan kandang, serta melakukan kontrol kesehatan. Tetapi, tidak semua orang dapat memahami keinginannya, banyak yang menganggap aneh dan ini hal yang menyeramkan. “Keluarga dan teman-teman awalnya takut. Mereka pikir saya punya hobi yang berbahaya. Tapi lama-lama mereka mulai memahami bahwa ini bukan soal keberanian, tapi soal kepedulian,” ungkap Kandah.
Kecintaannya terhadap satwa liar membuatnya aktif di komunitas Big Reptile Community dan Yayasan Konservasi Satwa dan Lingkungan. Melalui organisasi tersebut, ia kerap ikut turun langsung dalam kegiatan penyelamatan hewan liar serta edukasi masyarakat. Bagi Kandah, edukasi masyarakat tentang satwa liar jauh lebih penting daripada sekadar “menjaga” mereka. Ia menekankan pentingnya pengetahuan dasar tentang cara menghadapi ular, mengenali jenis berbisa dan tidak berbisa, serta tindakan pertama bila terjadi gigitan. “Semua itu perlu edukasi rutin kepada masyarakat, supaya keamanan bersama bisa terjaga,” ujarnya dengan mantap.
Di balik tatapan tenangnya dan keberaniannya menghadapi reptil yang menakutkan, tersimpan pesan sederhana: takut bukan berarti harus menjauh. Kadang, memahami adalah cara terbaik untuk berdamai dengan ketakutan.
.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
