Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ihsan Abdurrahman

Apakah Kurikulum Dengan Pendekatan Deep Learning akan Melahirkan Pelajar yang Beriman dan Bertakwa?

Pendidikan dan Literasi | 2025-10-29 13:49:36

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti tegaskan kehadiran Permendikdasmen 13 Tahun 2025 tidak mengubah kurikulum, melainkan sebuah aturan yang menjadi bagian dari pelaksanaan pembelajaran mendalam atau deep learning.

Dengan kultur yang ada di Indonesia ganti menteri, ganti kurikulum menjadi satu hal yang lumrah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini di sektor pendidikan. Tercatat sepanjang sejarah kurikulum di Indonesia sebanyak 11-12 mengalami pergantian kurikulum mulai dari kurikulum 1947 s/d Kurikulum Merdeka Belajar.

Dengan peraturan baru di bawah kebijakan Abdul Mu’ti melalui pendekatan pembelajaran Deep learning menjadi rumusan awal ditetapkannya kurikulum baru. Lantas apa itu Deep learning? Dan ada mata pelajaran baru yang akan dimasukan kedalam kurikulum nasional ini yaitu coding dan kecerdasan buatan (AI) bagi jenjang sekolah dasar dan menengah, begitupun pelajaran matematika akan diajarkan sejak taman kanak kanak. (Dilansir oleh melintas.id pada Sabtu, 21 Desember 2024 | 20:16 WIB)

Deep Learning memiliki definisi pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman konsep penguasaan kompetensi dan materi secara mendalam. Dan pendekatan kurikulum ini dengan konsep deep learningnya memfokuskan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Menurutnya kurikulum tetap sama tidak ada perubahan namun pendekatan pembelajaran yang berbeda seperti ful-ful (mindful, meaningful, dan joyful). Alih alih dimana pembentukan karakter terutama kepribadian yang beriman dan bertakwa di dalam kurikulum tersebut. Karena itu tidak jauh berbeda dengan kurikulum sebelumnya bahkan menjadikan peserta didik ahli dibidang teknologi informasi dengan adanya mapel baru yaitu coding dan Ai padahal persoalan pendidikan saat ini adalah minimnya angka moralitas dikalangan pelajar.

Menurut BPS, jumlah pemuda di Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan berjumlah 64,16 juta jiwa atau sekitar 23,18% dari jumlah penduduk Indonesia. Kenakalan remaja di Indonesia mencapai angka 7007 kasus dengan 255 kasus tawuran antar pelajar pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 mencapai 7762 kasus. Dari tahun ke tahun jumlah kenakalan remaja meningkat sekitar 10,7%. Kasus kenakalan remaja umumnya tindakan pencurian, pergaulan bebas, pembunuhan dan narkoba. Kenakalan remaja diprediksi mencapai 12944,47 kasus pada tahun 2020.

Seharusnya pemerintah memperkuat nilai spiritual atau ruhiyah (nafsiyah) untuk mewujudkan insan kamil, beriman dan bertakwa atau bersyakhsiyah Islam, melalui kebijakan di sektor pendidikan dengan kurikulum berbasis Islam sebagai landasan utamanya. Akan tetapi kebijakan kurikulum dengan pembatasan mata pelajaran agama masih berlaku hingga hari ini bahkan ada upaya mendikotomikan atau memisahkan agama dan pelajaran umum, sebagaimana yang dimuat oleh Undang-undang pendidikan dari zaman dahulu sampai sekarang tampaknya masih terdapat dikotomi pendidikan. Dimana bila dicermati bahwa undang-undang pendidikan nasional masih membeda-bedakan antara pendidikan umum dan agama. (Dilansir oleh https://pendis.kemenag.go.id/halaman/sejarah)

Karena itu sepatutnya pemerintah mengganti sistem pendidikan yang berlandaskan sekulerisme yang justru menimbulkan masalah, contohnya pendidikan agama dibatasi di sekolah umum sehingga berdampak kerusakan moral, akhlak, maraknya kenakalan remaja (pacaran, tawuran, seks bebas, LGBT dll) ke arah sistem pendidikan Islam yang mana pandangan Islam mengenai pendidikan itu sangat penting dan menjadikan kebutuhan dasar bukan menjadikan sektor pendukung disamping itu sejarah pendidikan Islam membuktikan menjadi faktor utama dalam membangun peradaban bangsa, sebagaimana track record dalam sejarah Islam pada masa daulah abbasiyah melahirkan generasi yang hebat nan tangguh bukan hanya cerdas dalam dalam hal keduniawian (kedokteran, astronomi dll) melainkan ahli agama dalam hal ini sebagai ulama dan cendekiawan.

Dan di era daulah abbasiyah sekitar tahun 800 Masehi menjadi puncak kejayaan kaum muslimin lebih tepatnya dbaghdad ilmu pengetahuan berkembang pesat dengan perpustakaan baitul hikmah-nya hingga peradaban barat pun saat itu dalam masa kegelapan, sampai pada akhirnya daulah tersebut diserang oleh pasukan Mongol sampai laut pun menjadi berwarna hitam. Artinya generasi pada saat itu menjadi sebaik baik generasi karena menerapkan nilai nilai moral dan sosial terutama agama, para ilmuwan menyandang ahli agama itu memperhatikan konsep kebermanfaatan dalam melahirkan karya untuk ummat manusia.

Sudah saatnya sistem pendidikan Islam yang berlandaskan kepada Al-Qur'an dan As sunnah mampu melahirkan ekosistem yang baik bagi kehidupan masyarakat dan bernegara, sehingga tercipta keadilan dan kesejahteraan karena penguasa muslimnya menghargai para guru dan alim ulama serta cendekiawan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image