Penerapan Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan Saluran Akar
Pendidikan dan Literasi | 2025-10-27 08:55:46
Komunikasi memegang peranan penting dalam keberhasilan setiap tindakan medis, termasuk dalam pelayanan kedokteran gigi. Salah satu bentuknya dapat terlihat pada praktik perawatan saluran akar, yang menuntut ketelitian tinggi dan kerja sama baik antara dokter dan pasien. Saat melakukan pengamatan di praktik dokter gigi umum di daerah jombang, saya melihat bagaimana komunikasi terapeutik diterapkan secara efektif dalam setiap tahapan perawatan. Beliau memulai interaksi dengan sapaan hangat dan senyum ramah, menanyakan keluhan utama pasien, serta menciptakan suasana santai agar pasien merasa nyaman. Pendekatan awal ini menjadi kunci dalam membangun kepercayaan dan mengurangi rasa cemas pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Sebelum memulai pemeriksaan, drg tersebut menjelaskan secara singkat mengenai proses perawatan saluran akar, atau yang dikenal dengan root canal treatment. Beliau menyampaikan bahwa prosedur ini dilakukan untuk mengatasi infeksi pada jaringan pulpa gigi, sekaligus menyelamatkan gigi agar tidak perlu dicabut. Penjelasan disampaikan dengan bahasa sederhana tanpa istilah medis yang rumit, sehingga pasien mudah memahami maksud dan tujuannya. Di sela percakapan, beliau memastikan bahwa pasien telah mengerti apa yang akan dilakukan, dan memberikan kesempatan untuk bertanya. Hal ini mencerminkan penerapan prinsip informed consent, di mana komunikasi bersifat dua arah dan berorientasi pada pemahaman pasien.
Tahap pemeriksaan awal dimulai dengan observasi klinis dan foto rontgen gigi yang bermasalah. Selama proses ini, drg tersebut tetap menjaga komunikasi dengan menjelaskan setiap langkah yang dilakukan, seperti saat mengambil foto radiograf dan saat menguji respon gigi terhadap rangsangan. Ia memberi tahu pasien kemungkinan adanya rasa nyeri ringan, sehingga pasien tidak terkejut. Penjelasan yang tenang dan informatif ini membantu pasien memahami situasi dan meminimalisir rasa takut terhadap tindakan invasif yang akan dijalani.
Sebelum melakukan pembukaan akses saluran akar, drg tersebut memberikan anestesi lokal untuk mengurangi rasa nyeri. Sambil menunggu efek bius bekerja, beliau mengajak pasien berbicara ringan untuk menjaga suasana tetap tenang. Saat mulai melakukan tindakan, beliau tetap berkomunikasi, memberi tahu setiap tahap seperti “Sekarang saya mulai membuka bagian atas gigi, ya, supaya salurannya terlihat.” Nada suaranya lembut dan ritmis, menciptakan rasa aman bagi pasien. Komunikasi yang berkelanjutan seperti ini merupakan bentuk nyata dari reassurance, yaitu memberikan keyakinan dan rasa nyaman selama tindakan medis berlangsung.
Selama proses pembersihan saluran akar, drg tersebut menggunakan istilah sederhana untuk menjelaskan alat dan bahan yang digunakan. Misalnya, beliau menyebut cairan irigasi sebagai “obat pembersih untuk membunuh kuman di dalam gigi,” sehingga pasien dapat memahami tanpa merasa khawatir. Komunikasi edukatif seperti ini juga berfungsi memperluas wawasan pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut setelah perawatan. Di beberapa momen, beliau juga memastikan kondisi pasien dengan pertanyaan ringan seperti, “Masih nyaman, kan? Ada yang terasa nyut-nyutan?” Bentuk perhatian seperti ini mencerminkan empati dan kepedulian yang tulus.
Setelah proses pembersihan dan penutupan saluran akar selesai, drg tersebut menjelaskan kepada pasien bahwa perawatan ini biasanya membutuhkan beberapa kali kunjungan untuk memastikan kondisi benar-benar steril sebelum gigi ditambal permanen. Beliau juga memberikan edukasi mengenai kemungkinan rasa ngilu yang dapat muncul pascatindakan, serta menyarankan obat pereda nyeri jika diperlukan. Penjelasan dilakukan dengan nada tenang, disertai saran praktis seperti menghindari mengunyah di sisi gigi yang dirawat terlebih dahulu. Penyampaian yang informatif namun menenangkan membantu pasien memahami kondisi tubuhnya tanpa merasa cemas.
Di akhir sesi, drg tersebut menyampaikan jadwal kontrol berikutnya dengan nada yang positif dan memotivasi. Beliau menegaskan pentingnya kehadiran kontrol untuk keberhasilan perawatan, serta mengingatkan pasien agar menjaga kebersihan mulut secara rutin. Sebelum pasien meninggalkan ruangan, beliau kembali menanyakan apakah ada hal yang belum dipahami, memastikan semua informasi tersampaikan dengan baik. Sikap ini menunjukkan profesionalitas sekaligus perhatian pada aspek komunikasi interpersonal yang humanis.
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa drg tersebut tidak hanya menonjol dalam keterampilan teknis perawatan saluran akar, tetapi juga unggul dalam penerapan komunikasi terapeutik. Setiap langkah tindakan disertai penjelasan yang jelas, empatik, dan menenangkan. Pendekatan ini membangun rasa percaya, mengurangi kecemasan, serta meningkatkan kepatuhan pasien terhadap instruksi pascaperawatan. Melalui komunikasi yang efektif, pelayanan kesehatan gigi tidak hanya berfokus pada penyembuhan fisik, tetapi juga memperhatikan kenyamanan psikologis pasien. Hal ini menjadi bukti bahwa keberhasilan perawatan gigi berawal dari komunikasi yang baik, sebuah harmoni antara ilmu, empati, dan seni dalam praktik kedokteran gigi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
