Mengapa Akhir-Akhir Ini Indonesia Sering Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang?
Tangsel | 2025-10-25 14:47:58Akhir-akhir ini, banyak wilayah di Indonesia dilanda hujan lebat disertai angin kencang. Fenomena ini datang tiba-tiba, sering kali tanpa tanda-tanda yang jelas. Salah satu contohnya terjadi di Tangerang Selatan pada 7 Oktober lalu. Hujan deras disertai angin kencang melumpuhkan sejumlah ruas jalan akibat pohon tumbang, merusak rumah warga, serta menimpa beberapa fasilitas umum. Banyak warga panik karena perubahan cuaca berlangsung sangat cepat. Namun kejadian seperti ini ternyata bukan peristiwa tunggal, melainkan bagian dari pola cuaca ekstrem yang kini makin sering terjadi di Indonesia.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), meningkatnya frekuensi hujan lebat dan angin kencang akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor atmosfer global dan regional. Salah satunya adalah kondisi Dipole Mode Index (DMI) yang bernilai negatif, yang artinya pasokan uap air dari Samudra Hindia bagian timur ke wilayah Indonesia meningkat. Kondisi ini memperbesar peluang terbentuknya awan hujan. Selain itu, aktivitas atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin juga sedang aktif. Ketiganya memperkuat pembentukan awan konvektif yang berpotensi menghasilkan hujan deras dan angin kencang dalam waktu singkat.
Angin kencang yang sering terjadi sebenarnya merupakan efek dari awan cumulonimbus, awan besar penghasil badai. Ketika udara panas dan lembap naik ke atmosfer, terbentuklah awan tinggi yang menyimpan energi besar. Begitu uap air di dalamnya turun sebagai hujan, udara dingin dari dalam awan jatuh ke permukaan dengan kecepatan tinggi, menciptakan hembusan angin kencang yang bisa menumbangkan pohon dan merusak atap rumah. Fenomena ini kerap muncul pada masa peralihan musim kemarau ke musim hujan, seperti yang sekarang sedang berlangsung.
Selain faktor atmosfer, perubahan iklim global memperparah kondisi cuaca ekstrem. Kenaikan suhu permukaan laut membuat penguapan meningkat, sehingga kandungan uap air di atmosfer semakin besar. Energi ini kemudian memicu pembentukan badai dan hujan ekstrem lebih sering. Fenomena La Niña lemah serta monsun Asia yang aktif juga berperan dalam meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Jabodetabek dan sekitarnya. Akibatnya, hujan lebat dan angin kencang kini terasa lebih sering daripada beberapa tahun sebelumnya.
Namun, di balik semua penjelasan ilmiah itu, ada satu hal penting: kita tidak bisa hanya pasrah. Cuaca ekstrem memang tak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa dikurangi dengan kesiapsiagaan dan perubahan perilaku. Solusinya perlu dilakukan bersama-sama, dari tingkat individu hingga pemerintah.
Dari sisi pemerintah, langkah utama yang bisa dilakukan adalah memperkuat sistem peringatan dini cuaca ekstrem. Informasi dari BMKG harus cepat sampai ke masyarakat, terutama di daerah rawan seperti kawasan padat penduduk dan pesisir. Pemerintah daerah juga sebaiknya rutin memangkas pohon tua di tepi jalan, memperbaiki saluran drainase agar air cepat mengalir, serta menyiapkan tim tanggap darurat ketika terjadi bencana akibat cuaca buruk. Selain itu, infrastruktur publik seperti tiang listrik, atap pasar, atau papan reklame perlu diperiksa rutin untuk memastikan tidak mudah roboh saat diterpa angin kencang.
Di sisi masyarakat, ada banyak hal sederhana yang bisa dilakukan. Misalnya, memperkuat atap dan genteng rumah, tidak memarkir kendaraan di bawah pohon besar saat hujan deras, serta membersihkan saluran air di sekitar rumah agar tidak tersumbat. Warga juga bisa memantau informasi cuaca lewat aplikasi atau media sosial resmi BMKG agar tahu kapan harus waspada. Sekolah dan tempat kerja dapat mengadakan simulasi kesiapsiagaan bencana untuk mengajarkan langkah cepat ketika terjadi cuaca ekstrem.
Sementara dalam jangka panjang, menjaga keseimbangan lingkungan juga sangat penting. Penebangan pohon liar, pembangunan tanpa ruang hijau, dan buruknya tata kota memperparah dampak angin kencang dan banjir. Penanaman kembali pohon, perbaikan sistem resapan air, dan pelestarian ruang terbuka hijau bisa membantu menstabilkan iklim mikro di perkotaan.
Hujan deras dan angin kencang adalah bagian dari dinamika alam yang makin kompleks akibat perubahan iklim dan perilaku manusia. Namun, dengan pemahaman, kesiapsiagaan, dan langkah konkret yang konsisten, dampaknya bisa diminimalkan. Alam memang tidak bisa kita kendalikan, tapi kita bisa belajar hidup lebih bijak bersamanya, lebih peduli, lebih waspada, dan lebih tangguh menghadapi cuaca yang makin tak menentu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
