Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naifa

Kenangan yang Tak Mudah Hilang dan Cara Otak Menyimpan Ingatan Emosional

Pendidikan dan Literasi | 2025-10-25 11:22:05
source: pinterest." />
source: pinterest.

Setiap manusia memiliki kenangan yang membekas, bukan karena detail peristiwanya, tetapi karena emosi yang menyertainya. Aroma masakan ibu yang membangkitkan nostalgia masa kecil, lagu yang membawa ingatan kita pada seseorang, foto lama yang diam-diam menarik kita kembali ke masa yang penuh cerita atau suatu peristiwa yang tetap menghantui meski waktu telah lama berlalu. Di balik rindu dan kehangatan itu, otak kita bekerja menyimpan, memperkuat, dan mengenang kembali kenangan emosional yang menjadi dasar dari ikatan emosional kita terhadap orang yang kita sayangi, semuanya merupakan wujud nyata dari memori emosional. Dari sudut pandang biopsikologi, emosi dan kenangan tidak berakhir di hati, tetapi tersimpan rapi di dalam otak. Rasa kedekatan, cinta, dan keterikatan yang kita rasakan terhadap seseorang adalah hasil dari kerja kompleks sistem saraf yang menjaga memori emosional tetap aktif. Kekuatan ingatan ini bukanlah kejadian psikologis, melainkan hasil dari mekanisme biologi yang sangat kompleks di dalam otak.

Pada tingkat neurobiologis, otak manusia memiliki sistem khusus yang mengelola ingatan dan emosi. Organ utama dalam proses ini adalah sistem limbik, yang sering dijuluki “otak emosional”. Sistem limbik tidak hanya memproses informasi, tetapi juga menyimpan banyak informasi yang tidak tersentuh oleh indra sadar. Dalam sistem kompleks ini, dua struktur utama yang meliputi amigdala dan hipokampus. Hipokampus dan amigdala merupakan dua pusat penting dan memiliki fungsi yang berbeda. Hipokampus diidentifikasi sebagai “pusat memori intelektual” sementara amigdala berfungsi sebagai “memori afektif” yang merekam pengalaman emosional. Dengan kata lain, hipokampus menyimpan detail kejadian, seperti tempat dan waktu, sedangkan amigdala lebih fokus pada aspek emosional dari kenangan tersebut. Apakah menakutkan, sedih, gembira, atau cinta. Misalnya, hipokampus membantu menghubungkan ingatan dengan konteks sensoris (seperti aroma atau visual), sedangkan amigdala merespons rangsangan emosional dengan cepat (seperti ketakutan saat mendengar suara keras) dan memperkuat ikatan ingatan tersebut. Hipokampus bekerja bersama amigdala dalam pembentukan ingatan jangka panjang. Saat amigdala memberi “warna” emosional pada pengalaman, hipokampus menguatkan informasi detail peristiwa tersebut. Misalnya, jika kita mengalami peristiwa sangat bahagia, amigdala akan menandai memori tersebut penting sehingga hipokampus menyimpan detailnya dengan kuat. Sistem limbik ini saling bekerja sama dalam memproses ingatan dan pengaturan emosi. Inilah alasan mengapa ingatan emosional sering tersimpan lebih lama dibandingkan ingatan yang bersifat netral.

Struktur otak, hormon stres juga berperan dalam memperkuat ingatan emosional. Ketika amigdala mengenali adanya rangsangan emosional yang kuat, seperti ancaman atau kegembiraan yang berlebihan maka akan mengaktifkan fight-or-flight dan mengirim sinyal ke hipotalamus untuk melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Hormon inilah yang membuat hipokampus bekerja lebih efektif. Hasilnya, memori menjadi lebih kuat dan tahan lama, terutama jika memori tersebut mengandung emosi. Contohnya, belajar dengan perasaan semangat atau takut yang menyebabkan pelepasan hormon adrenalin yang membantu otak menyimpan materi pembelajaran lebih efektif. Sebaliknya, ingatan tanpa emosi biasanya memudar lebih cepat karena tidak mendapat dukungan hormonal.

Secara ringkas, otak menyimpan dan mempertahankan ikatan emosional dengan menggabungkan aspek struktural dan fisiologis. Struktur limbik (amygdala, hipokampus, hipotalamus) bekerja sama dengan korteks serebral untuk mencatat pengalaman emosional secara detail. Hormon dan neurotransmiter yang dilepaskan saat emosi tinggi berperan sebagai “pemberi sinyal” bahwa memori ini penting dan harus disimpan lebih kokoh. Dengan gaya komunikasi ini, otak dapat menyelaraskan memori afektif dengan pengalaman hidup sehari-hari. Hasilnya, kenangan-kenangan yang melibatkan emosi, seperti saat pertama kali jatuh cinta, saat menghadapi bahaya, atau saat tertawa lepas dengan sahabat itu akan terukir kuat dan menjadi bagian dari hubungan batin kita.

Mekanisme penting pada tingkat sel yang menjadi dasar terbentuknya ingatan jangka panjang adalah Long-Term Potentiation (LTP), yaitu proses penguatan hubungan antara neuron yang muncul ketika suatu pengalaman diulang, secara sadar atau tidak sadar memikirkan kenangan tersebut, membuat jalur sinaptik yang telah diperkuat menjadi aktif kembali. Pengaktifan yang berulang ini membuat ingatan tersebut menjadi semakin kuat dan jelas seiring waktu. Semakin sering pengalaman teringat, semakin lama memori tersimpan.

Namun, neurosains modern menunjukkan bahwa memori, terutama memori traumatis, bersifat dinamis. Proses ini disebut Rekonsolidasi memori. Saat memori yang sudah tersimpan diaktifkan ke jalur sinaptik neuron rentan putus, yang memungkinkan modifikasi. Pemahaman tentang Rekonsolidasi membuka jalan bagi upaya penanganan trauma, di mana tujuannya bukan untuk menghapus memori melainkan mengubah cara menyimpan memori tersebut supaya respons emosional negatif tidak mendominasi.

Dari semua hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa otak manusia memiliki kemampuan luar biasa untuk menyimpan dan mempertahankan ikatan emosional melalui interaksi kompleks antara struktur neural, hormon, dan pengalaman sosial. Pada akhirnya, kita mungkin baru menyadari bahwa keterikatan emosional bukan sekadar urusan perasaan melainkan cara otak bekerja menjaga hubungan yang berarti. Setiap tawa bersama, setiap perpisahan, setiap momen kecil yang membuat dada terasa hangat, tersimpan di dalam jaringan saraf yang menyatukan emosi dan ingatan. Amigdala memberi warna pada perasaan itu, sementara hipokampus merangkainya menjadi cerita yang bisa kita ingat kembali suatu hari nanti.

Begitulah otak menjaga hubungan yang berharga, tidak hanya melalui pikiran, tetapi lewat sensasi yang masih kita rasakan bahkan setelah waktu berlalu. Jadi ketika aroma masakan ibu, suara tawa teman lama, atau lagu dari masa lalu memunculkan rasa hangat yang sulit dijelaskan, itu bukan kebetulan. Itu adalah otak yang sedang membuka kembali memori emosional bukti bahwa ikatan yang tulus tidak pernah benar-benar hilang, hanya tersimpan dengan rapi di dalam diri kita.

REFERENSI

Dr. Dr. Adi W. Gunawan, S. M. (2019, Mei 23). Detraumatisasi, Neurosains, dan Hipnoterapi Klinis. Diambil kembali dari ASOSIASI HIPNOTERI KLINIS INDONESIA: https://ahki.or.id/news/shownews/33_detraumatisasi_neurosains_dan_hipnoterapi_klinis

ISA MULTAZAM NOOR, LUH PUTU SUTA HARYANTHI, & RATNA MARDIATI. (2021). Buku Acuan Psikologi Faal: Pendekatan Neurosains Dan Aplikasi Klinis. indomedia pustaka, 2021.

Jauhara, F. N. (2022, Oktober 29). Mengenal Amigdala, Bagian Otak yang Berfungsi Mengatur Emosi. Diambil kembali dari klikdokter: https://www.klikdokter.com/info-sehat/saraf/fungsi-amigdala?srsltid=AfmBOoop8L3aJpWhXlw6jjtIC790tKqy__qeqdYyhaJOtN1iahQvncdp

Mauliyani. (2025, September 11). Sistem Limbik dan Pengaturan Emosi: Sebuah Tinjauan Biopsikologi. Diambil kembali dari Keuangan Universitas Medan Area: https://keuangan.uma.ac.id/2025/09/11/sistem-limbik-dan-pengaturan-emosi-sebuah-tinjauan-biopsikologi/#:~:text=misalnya%2C%20sangat%20penting%20dalam%20deteksi,dan%20penilaian%20terhadap%20respons%20emosional

Murni, A. W. (2020). Jurnal Penyakit Dalam. Kadar Kortisol Plasma pada Dispepsia Fungsional dengan Gangguan Psikosomatik.

Nurulita, A. (2024, November 09). Amygdala Adalah Bagian Otak yang Mengatur Emosi dan Memori. Diambil kembali dari Liputan6: https://www.liputan6.com/feeds/read/5774712/amygdala-adalah-bagian-otak-yang-mengatur-emosi-dan-memori?page=2

Relly Maulita, Ermis Suryana, & Abdurrahmansyah. (2022). NEUROSAINS DALAM PROSES BELAJAR DAN MEMORI.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image