Antara Kebingungan dan Pertumbuhan
Sastra | 2025-10-24 00:37:47
Judul buku :Untuk Kamu yang Sedang Berada di Quarter-Life Crisis
Nama penulis ;Nora
Penerbit : Yash media, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun terbit :Cetakan pertama 2024
Tebal Halaman :xviii + 142
Ukuran :13 x 19 cm
ISBN :978-623-10-4864-6
Harga buku : 59.000
Presensi :Alyssa Shafa Fitriani/116*)
Buku “Untuk Kamu yang Sedang Berada di Quarter Life Crisis” merupakan karya reflektif dari penulis muda, Nora, tulisan reflektif yang membahas masa krisis yang sering dialami anak muda di usia dua puluhan. Dengan bahasa yang lembut dan menenangkan, Nora ingin memberikan dukungan bagi mereka yang merasa bingung, cemas, atau belum tahu arah hidupnya. Di tengah tekanan dan tuntutan hidup modern, ia menyampaikan bahwa perasaan seperti itu wajar dan merupakan bagian dari proses menuju kedewasaan.
Buku ini terbagi dalam beberapa bagian yang mengangkat beragam tema seputar proses menuju kedewasaan, seperti kekhawatiran tentang masa depan, perasaan tertinggal, serta kegelisahan karena belum mencapai impian besar. Melalui gaya bahasa yang ringan dan jujur, Nora menulis layaknya sahabat yang memahami perasaan pembacanya. Tiap bab menghadirkan nuansa hangat dan menentramkan, dilengkapi kutipan reflektif seperti “Kamu akan sampai pada tempat yang tepat pada waktunya,” yang mampu memberi kekuatan bagi mereka yang tengah merasa letih.
Selain memberi motivasi, Nora menekankan pentingnya beristirahat, bersyukur, dan menghargai setiap proses meski hasilnya belum terlihat. Ia juga mengingatkan bahwa rasa lemah dan ragu adalah hal manusiawi, menjadikan buku ini terasa dekat dengan kehidupan nyata pembaca. Melalui gaya penulisan yang lembut dan bermakna, Nora menunjukkan bahwa quarter life crisis bukan tanda kegagalan, melainkan proses tumbuh dan memahami arti hidup.
Kelebihan buku ini adalah bagaimana Nora menyampaikan nilai moral dan pesan kehidupan yang relevan bagi generasi muda, terutama di era media sosial yang sering menimbulkan rasa tertinggal. Nora mengingatkan bahwa setiap orang memiliki jalan dan waktu masing-masing, serta menegaskan bahwa hidup bukan perlombaan, melainkan proses mengenal diri. Pesan ini membuat pembaca merasa diterima dan tidak sendirian.
Gaya bahasa penulisan Nora yang sangat komunikatif, sederhana, dan mudah dipahami. Kalimatnya singkat, mengalir, dan menyentuh emosi pembaca. Dengan bahasa yang hangat dan reflektif, buku ini terasa akrab dan menenangkan bagi anak muda yang mencari semangat atau inspirasi tanpa kesan menggurui.
Secara visual, buku ini sederhana namun bermakna. Sampul bergambar perempuan muda yang merenung dengan nuansa warna lembut seperti krem dan hijau pastel menggambarkan suasana tenang dan reflektif. Desainnya minimalis namun efektif, selaras dengan isi buku yang menenangkan dan penuh makna.
Kekurangan utama buku ini terletak pada pembahasannya yang masih bersifat umum dan kurang mendalam. Walau sarat dengan pesan positif dan menenangkan, penulis belum banyak mengulas penyebab maupun solusi konkret dalam menghadapi quarter-life crisis. Beberapa topik seperti kekecewaan dan perasaan tertinggal hanya disinggung di permukaan tanpa contoh nyata atau langkah praktis yang bisa diterapkan. Selain itu, beberapa bagian terasa berulang dan kurang terstruktur, membuat isi buku tampak seperti kumpulan refleksi lepas tanpa alur yang jelas. Akibatnya, pembaca yang mengharapkan panduan lebih mendalam atau bersifat ilmiah mungkin merasa kurang puas.
Dari segi bahasa, gaya penulisan Nora yang lembut dan repetitif terkadang membuat bacaan terasa monoton. Meski sederhana dan menenangkan, beberapa bagian tampak datar karena penggunaan ungkapan yang serupa antar bab. Penulis juga lebih menonjolkan sisi emosional dibanding logika atau penjelasan runtut, sehingga alur bahasa terasa seperti kumpulan renungan pribadi. Hal ini membuat pembaca yang menyukai gaya penulisan yang kuat, dinamis, dan argumentatif mungkin merasa buku ini kurang bervariasi dan hidup.
Beberapa bagian buku menggunakan ungkapan yang mirip antar bab, membuat pesan yang disampaikan tampak diulang dan kehilangan daya tarik saat dibaca lebih lanjut. Selain itu, karena penulis lebih menekankan sisi perasaan dan renungan daripada penjelasan yang runtut dan logis, alur bahasa dalam buku ini terkadang tampak seperti kumpulan kutipan atau refleksi pribadi yang terpisah-pisah. Akibatnya, bagi pembaca yang menyukai gaya penulisan yang kuat, dinamis, atau argumentatif, buku ini mungkin terasa kurang hidup dari segi penggunaan bahasa.
Kelemahan pada penampilan buku terletak pada desain yang terbilang terlalu sederhana dan kurang mencuri perhatian saat pertama kali dilihat. Walaupun tampilan sampul yang minimalis sesuai dengan pesan ketenangan yang dibawakan penulis, kesederhanaan ini justru membuat buku tampak kurang menonjol dibandingkan karya sejenis yang memiliki warna lebih berani atau ilustrasi menarik. Selain itu, ukuran huruf pada beberapa bagian terasa agak kecil, sehingga bisa membuat pembaca cepat lelah ketika membaca dalam waktu lama.
Secara keseluruhan, buku Untuk Kamu yang Sedang Berada di Quarter-Life Crisis punya makna yang dalam dan bisa bikin pembacanya merasa tenang. Dengan gaya bahasa yang lembut dan jujur, Nora berhasil menunjukkan bahwa merasa bingung itu wajar dan bagian dari proses jadi dewasa. Walau ada sedikit kekurangan dalam isi dan variasi topik, buku ini tetap memberi banyak hal positif, terutama buat anak muda yang lagi merasa ragu atau kehilangan arah. Buku ini bukan cuma bacaan, tapi juga teman yang mengingatkan kalau merasa tersesat itu nggak salah, karena setiap langkah tetap membawa kita lebih dekat ke diri terbaik kita.
*) Mahasiswa Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang
Alyssa Shafa Fitriani
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
