Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aryanti Aulia Paramadani

Dampak Kurang Tidur terhadap Fungsi Otak dan Emosi

Eduaksi | 2025-10-22 11:25:38

Kurang tidur adalah menjadi salah satu masalah yang sangat relevan di era modern, terutama di kalangan remaja, mahasiswa, dan pekerja muda. Banyak orang secara tidak sadar mengabaikan pentingnya tidur demi mengejar produktivitas, pekerjaan, atau hiburan digital seperti media sosial dan game. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa tidur memiliki peran krusial dalam menjaga kesehatan otak dan kestabilan emosi. Karena itu, topik ini menarik untuk dibahas dari sudut pandang biopsikologi, yang menelaah hubungan antara proses biologis otak dengan perilaku dan pengalaman psikologis manusia.Selain itu juga, dari perspektif ilmiah, topik ini penting karena kurang tidur berdampak pada area otak tertentu, seperti korteks prefrontal (pengendali emosi dan pengambilan keputusan) dan amigdala (pemroses emosi). Pemahaman ini membantu menjelaskan secara ilmiah mengapa seseorang menjadi lebih emosional, mudah tersinggung, atau sulit fokus ketika kurang tidur. Dengan demikian, pembahasan ini tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga memiliki manfaat praktis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingna menjaga pola tidur.

Kebiasaan kurang tidur bukan hanya menimbulkan rasa kantuk di siang hari, tetapi juga memiliki dampak serius terhadap fungsi otak dan kestabilan emosi seseorang. Dari perspektif biopsikologi, kekurangan tidur memengaruhi kerja sistem saraf pusat, hormon, serta konektivitas antarbagian otak yang berperan dalam pengendalian emosi dan kognisi.
Pengaruh Kurang Tidur terhadap Fungsi Otak
Salah satu tanda paling umum dari utang tidur adalah merasa seperti berada dalam kabut otak, di mana segala sesuatunya tidak sejernih dan sefokus yang seharusnya. Kurang tidur juga dapat membuat kita lebih emosional dan dapat menyebabkan depresi. Lebih jauh lagi, memiliki utang tidur dapat merusak semua sistem otak Anda - sistem yang mendukung persepsi, ingatan, perhatian, pengambilan keputusan, dan bahkan pembelajaran. Secara neurologis, tidur berperan penting dalam menjaga fungsi otak, khususnya pada proses konsolidasi memori dan pengaturan perhatian. Saat seseorang tidur, terutama pada fase tidur REM (Rapid Eye Movement) dan tidur gelombang lambat (slow-wave sleep), otak memproses dan menyimpan informasi dari pengalaman sehari-hari. Kurang tidur mengganggu proses ini, sehingga kemampuan seseorang untuk belajar, mengingat informasi, dan berpikir logis menurun. Studi neuroimaging menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan aktivitas yang menurun di area korteks prefrontal, yaitu bagian otak yang berfungsi untuk pengambilan keputusan, konsentrasi, dan pengendalian diri. Akibatnya, individu menjadi mudah melakukan kesalahan, sulit fokus, serta mengalami penurunan kemampuan berpikir kritis. Kekurangan tidur juga menyebabkan otak tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan diri. Hal ini membuat otak kesulitan untuk berfungsi optimal, sehingga berujung pada ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi kondisi fisik dan mental.
Dampak Kurang Tidur terhadap Emosi
Selain menurunkan fungsi kognitif, kurang tidur juga berdampak besar pada kestabilan emosi seseorang. Salah satu efek paling nyata dari kurang tidur adalah meningkatnya aktivitas amigdala, bagian otak yang berperan dalam memproses emosi, terutama rasa takut dan marah. Dalam kondisi normal, amigdala dikendalikan oleh korteks prefrontal untuk menjaga respons emosional agar tetap proporsional. Namun, ketika seseorang kurang tidur, koneksi antara amigdala dan korteks prefrontal melemah, sehingga individu menjadi lebih reaktif terhadap rangsangan emosional. Akibatnya, seseorang menjadi mudah tersinggung, cepat marah, cemas, atau bahkan mengalami suasana hati yang tidak stabil.Menurut Zlatan Krisan, PhD, salah satu peneliti yang juga merupakan profesor di bidang psikologi dari Iowa State University, orang yang memiliki waktu tidur terbatas menunjukkan adanya peningkatan amarah dan tingkat stres. Seiring dengan berjalannya waktu, hal ini menyebabkan mereka kesulitan beradaptasi terhadap situasi tertentu. Kurangnya waktu tidur dan rendahnya kualitas tidur telah lama dikaitkan dengan berbagai gangguan fisik, mental, dan emosional. Dalam jangka pendek, kurang tidur dapat meningkatkan emosi negatif, seperti ansietas, kegelisahan, dan rasa sedih. Selain itu, hal ini juga dapat menurunkan berbagai emosi positif, seperti kebahagiaan, antusiasme, dan rasa gembira. Akibatnya, mereka menjadi kurang responsif terhadap pengalaman positif, kehilangan motivasi, dan cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Secara keseluruhan, kekurangan tidur menciptakan ketidakseimbangan emosional yang dapat mengganggu hubungan sosial, performa kerja, serta kualitas hidup secara umum.Efek Begadang yang Buruk Bagi KesehatanSelain menyebabkan Anda mudah mengantuk dan kelelahan, kurang tidur akibat begadang juga bisa berpengaruh pada kondisi emosi dan psikologis. Kebiasaan sering begadang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Upaya Mengatasi dan Mencegah Kurang Tidur
Untuk menjaga kesehatan otak dan keseimbangan emosi, penting bagi individu menerapkan higiene tidur (sleep hygiene) yang baik. Beberapa langkah sederhana seperti tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, menghindari penggunaan gawai sebelum tidur, serta menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dapat membantu memperbaiki kualitas tidur. Selain itu, mengatur pola makan, mengurangi konsumsi kafein, dan rutin berolahraga juga berkontribusi pada kestabilan ritme sirkadian tubuh. Jika gangguan tidur sudah berlangsung lama, sebaiknya seseorang berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan penanganan medis atau psikologis yang sesuai.
KesimpulanTidur bukan sekadar kebutuhan biologis, melainkan fondasi penting bagi kesehatan otak dan keseimbangan emosional manusia. Kurang tidur terbukti memengaruhi fungsi kognitif, mengganggu kerja neurotransmiter, meningkatkan hormon stres, serta melemahkan kemampuan otak dalam mengatur emosi. Dalam jangka panjang, kekurangan tidur dapat menimbulkan gangguan mental dan menurunkan kualitas hidup secara signifikan. Oleh karena itu, menjaga pola tidur yang teratur dan berkualitas adalah langkah sederhana namun sangat penting untuk menjaga kesehatan otak, kestabilan emosi, dan kesejahteraan psikologis secara menyeluruh.


Daftar Pustaka
Olave Krigolson (2023). Apa yang terjadi pada otak jika tidak cukup tidur?. https://theconversation.com/apa-yang-terjadi-pada-otak-jika-tidak-cukup-tidur-208580 dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, (05 Jan 2019). Mudah Marah Akibat Kurang Tidur, Mengapa?. https://www.klikdokter.com/info-sehat/kesehatan-umum/mudah-marah-akibat-kurang-tidur-mengapa?srsltid=AfmBOoo4TQ8_zcyYbGri5RB9vMZkHWq-91ViSBMHSNmzcp-0Id3P9gCB dr. Gracia Fensynthi (2024). 8 Efek Begadang yang Buruk untuk Kesehatan. https://www.alodokter.com/banyak-kondisi-buruk-menanti-anda-karena-efek-begadang Erinda Marlita (2025). Dampak Kurang Tidur pada Pengendalian Emosi. https://rri.co.id/bogor/kesehatan/1286418/dampak-kurang-tidur-pada-pengendalian-emosi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image