Mengapa Seseorang Merasa Stres dan Cemas Saat Presentasi di Depan Umum
Pendidikan dan Literasi | 2025-10-21 17:09:45Berbicara di depan umum merupakan aktivitas yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan akademik, pekerjaan, maupun kegiatan sosial. Meskipun tampak sederhana, banyak individu mengalami perasaan tegang, gugup, bahkan cemas ketika harus tampil di hadapan audiens. (Oktonika, 2024) menjelaskan kecemasan didepan umum sebenarnya bisa dikatakan suatu respons normal terhadap situasi yang sangat menegangkan dalam kehidupan seseorang, namun hanya berlangsung dalam waktu singkat.
Alasan saya menulis esai ini karena sering merasa cemas saat berbicara didepan publik. Kecemasan membuat saya gemetar, pikiran kacau, berkeringat, dan kadang tangan menjadi dingin. Selaras dengan (Nurhasanah et al., 2023) kecemasan pada individu dapat menimbulkan gejala seperti jantung berdetak cepat, berkeringat, dan respon kecemasan lainnya. (Nurdin et al., 2024) juga menjelaskan seseorang yang mengalami kecemasan dapat mengganggu keseimbangan pribadi seperti; tegang, resah, gelisah, takut, gugup, berkeringat, dan sebagainya.
Dalam konteks biopsikologi, stres dan kecemasan saat berbicara didepan umum dapat dipahami sebagai hasil interaksi antara sistem genetik, hormon, dan proses kognitif yang bekerja secara simultan. Sama seperti yang diungkapkan oleh (Sholihat, 2025) bahwa perspektif biopsikologi memandang gangguan kecemasan sebagai hasil interaksi antara faktor biologis (genetic, neurokimia, neuroanatomi) dan psikologis. Dalam konteks penatalaksanaan gangguan kecemasan, pendekatan biopsikologi memberikan landasan ilmiah untuk penggunaan farmakoterapi, terapi perilaku kognitif, serta intervensi neuromodulasi.
Biopsikologi menjelaskan bahwa setiap reaksi emosional memiliki dasar biologis. Ketika seseorang berdiri di depan publik, otak bagian amigdala — pusat pemrosesan emosi takut — akan mengirim sinyal bahaya ke hipotalamus, yang kemudian mengaktifkan sistem saraf simpatik (Hakamata et al., 2017) . Akibatnya, tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini mempersiapkan tubuh untuk menghadapi ancaman melalui reaksi “fight or flight” (melawan atau lari). Meskipun presentasi bukanlah ancaman fisik, otak manusia sering kali menafsirkannya sebagai bentuk ancaman sosial — seperti takut ditolak, dipermalukan, atau gagal di hadapan orang lain. Inilah sebabnya mengapa reaksi biologis yang muncul sama seperti ketika seseorang menghadapi bahaya nyata.
Faktor sosial dan budaya turut membentuk cara seseorang merespons tekanan sosial seperti presentasi. Dalam masyarakat yang sangat menilai kemampuan berbicara di depan umum sebagai indikator kompetensi, individu mungkin merasa tekanan yang lebih besar untuk tampil sempurna. Norma sosial ini memperkuat perasaan cemas, terutama bagi mereka yang belum terbiasa dengan publik.
Selain itu, budaya yang menekankan pentingnya prestasi dan penilaian orang lain dapat memunculkan kecemasan sosial, yaitu rasa takut yang intens terhadap situasi di mana seseorang bisa dinilai atau dikritik. Oleh karena itu, stres saat presentasi tidak hanya berasal dari diri sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sosial di sekitarnya.
Strategi Mengelola Stres dan Kecemasan:
Meskipun reaksi stres adalah alami, manusia memiliki kemampuan untuk mengelolanya. Pendekatan biopsikologi menekankan pentingnya menyeimbangkan antara kontrol fisiologis dan kognitif. Secara biologis, teknik pernapasan dalam, relaksasi otot, dan meditasi mindfulness terbukti dapat menurunkan kadar kortisol dan menstabilkan sistem saraf otonom.
Secara psikologis, pendekatan kognitif-behavioral therapy (CBT) dapat membantu individu mengubah pola pikir negatif menjadi lebih realistis dan adaptif. Misalnya, mengganti pikiran “Saya pasti gagal” dengan “Saya sudah mempersiapkan diri dengan baik” dapat menurunkan kecemasan secara signifikan. Selain itu, latihan rutin berbicara di depan umum, seperti melalui kegiatan diskusi atau organisasi, dapat membantu otak beradaptasi dengan situasi sosial, sehingga persepsi ancaman berkurang seiring waktu. Sebagai contoh, seseorang dapat memulai dengan mindfulness latihan selama 10 menit setiap pagi untuk menstabilkan emosi, diikuti dengan latihan berbicara di depan cermin untuk melatih kepercayaan diri, serta berdiskusi dengan teman mengenai pengalaman dan tips menghadapi audiens. Pendekatan semacam ini terbukti meningkatkan keseimbangan antara aktivitas amigdala dan korteks prefrontal, sehingga mengoptimalkan kontrol diri saat menghadapi situasi menegangkan.
Kesimpulan
Stres dan kecemasan saat presentasi di depan umum merupakan fenomena universal yang melibatkan interaksi kompleks antara biologi, psikologi, dan sosial. Dari sisi biologis, otak memicu reaksi pertahanan diri melalui sistem saraf simpatik dan hormon stres. Dari sisi psikologis, pola pikir negatif dan pengalaman masa lalu memperkuat reaksi emosional tersebut. Sementara itu, faktor sosial dan budaya membentuk persepsi individu terhadap tekanan sosial yang dirasakannya.
Dengan memahami mekanisme ini, kita dapat melihat bahwa kecemasan bukanlah kelemahan, melainkan bentuk adaptasi alami tubuh terhadap situasi yang penuh tekanan. Melalui latihan, kesadaran diri, dan teknik pengendalian stres, setiap individu dapat belajar mengelola rasa cemas dan mengubahnya menjadi energi positif untuk tampil lebih percaya diri di depan publik. Dengan demikian, berbicara di depan umum bukan lagi menjadi sumber ketakutan, melainkan kesempatan untuk tumbuh, belajar, dan berkomunikasi secara baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Hakamata, Y., Komi, S., Moriguchi, Y., Izawa, S., Motomura, Y., Sato, E., Mizukami, S., Kim, Y., Hanakawa, T., Inoue, Y., & Tagaya, H. (2017). Amygdala-centred functional connectivity affects daily cortisol concentrations: A putative link with anxiety. Scientific Reports, 7(1), 1–11. https://doi.org/10.1038/s41598-017-08918-7
Nurdin, A., Pengajar, D., & Kesehatan, S. (2024). Kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa di aceh : Literature review Saskia arsyva , Mahasiswa pada Program Studi Kesehatan Masyarakat , Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan , Universitas Abulyatama Jl . Blang Bintang Lama Km 8 , 5 Lampoh Keude Aceh Besa. Public Health Journal, 1(3), 443–451. https://teewanjournal.com/index.php/phj/index%0AKECEMASAN
Nurhasanah, D. M., Ukhyi, T. F., & Wirda, R. (2023). Tingkat Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa (Public Speaking Anxiety Level In College Students). Syiah Kuala Psychology Journal, 1(1), 32–41.
Oktonika, E. (2024). 216-Other-849-1-10-20240730. 5, 184–192.
Sholihat, N. (2025). BAB I Tata Laksana Gangguan Kecemasan Individu: Perspektif Biopsikologi. Bookchapter Jiwa, 2, 1–14.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
