Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rohmah Elfrida

Keadaan di Kala Terjatuh

Agama | Wednesday, 09 Mar 2022, 23:07 WIB
Sumber Foto : Koleksi Pribadi

Mengapa aliran air terjun itu memikat tiap pasang mata? Mengapa mendengar iramanya yang jatuh mendamaikan jiwa? Mengapa menyentuh tetesan airnya menyejukkan kulit sampai menembus kalbu?

Nyatanya, keadaan terjatuh tidak selalu buruk.

Ia akan lebih paham, kapan harus mengalir di arus tenang, kapan ia harus melewati kondisi yang terjal menghantam bebatuan, menghanyutkan ranting serta dedaunan kering untuk kemudian mengalir lagi dengan tenang.

Tatkala air menerobos pepohonan, akar-akar di sekelilingnya turut mengokohkan saling menopang, pada dedaunan yang disapanya memberi warna hijau segar menggiurkan, pada bebatuan yang diterjangnya membentuk rupa benda alami yang estetik. Curahan air yang mengalir memberikan kehidupan disekitarnya.

Ini pun soal seberapa kita menyelami bahwa kehidupan ada yang mengatur. Karena semua berawal dari kondisi terjatuh. Terjatuh yang tak selalu identik dengan keburukan.

Segala perihal rasa yang menimpa kita adalah kebaikan, begitupun pasang surutnya kehidupan ada dalam rahasia genggaman pengetahuan Tuhan Semesta Alam yang tak akan bisa digapai oleh akal fikiran makhluk-Nya.

Mengalir laksana air, inilah jawaban Tuhan. Tuhan tak menuntut mencari jalan keluar, tapi menyeru agar menjalani proses kehidupan dengan cahaya iman dan amal shaleh.

Cahaya iman akan terpancar dari kilauan sabar dan syukur. Ketika hati dirundung kesedihan, Allah menitipkan rasa sabar agar dikenakan bersama hati yang syukur. Mensyukuri himpitan beban agar iman tak lekas pudar. Ketika hati diliputi bahagia, bersegeralah menyambut rasa syukur beserta hati yang sabar dalam gelimang nikmat, agar iman tak tergoyahkan.

Sungguh, hidup ini memang pengembaraan rasa. Apabila kesedihan menghampiri, teruslah mendayung dengan kesabaran yang jelita, kelak di tempat persinggahan nanti kita akan disuguhkan pemandangan yang indah. Apabila bahagia menghampiri, berjedalah untuk merayakan syukur atas beragam nikmat-Nya yang paripurna.

Maka, kewajiban kita sesungguhnya sebagai hamba adalah ikhlas melakoni segenap ketetapan-Nya dengan sebaik-baik sikap.

Semoga dengan mengamalkan dua cahaya keimanan tersebut dapat menjadi anak tangga menuju rida Allah. Jika rida Allah sudah diraih, apa lagi yang diperlukan? Tak peduli selesai atau tidaknya ujian, bukan?

Menikmati setiap jatuh bangun dari setiap fase kehidupan adalah cara Allah menunjukkan perhatiannya kepada kita. Allah ingin selalu kita bergantung pada-Nya dan Allah pun cemburu jika kita terlena kepada selain-Nya. Aduhai, siapa yang lebih bahagia dari hamba yang demikian?

Maka dari itu, setiap peristiwa yang terjadi baik senang maupun sedih, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, bagi orang mukmin semuanya sama saja, kondisi apapun akan menjadi sarana untuk lebih dekat kepada Allah Yang Maha Penyayang.

Jika Allah menghendakimu terjatuh, hanya ada satu alasannya: karena Dia menyayangimu. Ketahuilah, Allah paling tahu apa yang terbaik untukmu, bahkan lebih dari dirimu sendiri. Allah menyayangimu, lebih dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Yakinlah, ada kebaikan yang Allah persembahkan untukmu duhai hamba yang sabar.

Berbahagialah hamba yang tengah dalam ujian penderitaan

Berbahagialah hamba yang tengah dalam ujian kenikmatan

Berbahagialah hamba yang tengah diuji menjumpai ketetapan-Nya.

Berbahagialah hamba yang senantiasa berhusnudzhon dan tetap memilih membersamai rida Allah.

Berbahagialah karena Allah selalu memeluk setiap baris do'a yang kita panjatkan.

Berbahagialah, karena kesabaranmu berpahala tiada batas di sisi-Nya.

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image