Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syaiful Abdy

Kenapa Mahasiswa Tidak Mendapatkan Makan Bergizi Gratis (MBG)?

Info Terkini | 2025-10-17 09:08:00
Sumber Foto : ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/Spt.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah pada awal 2025 menjadi salah satu kebijakan besar untuk mengatasi persoalan stunting dan ketimpangan gizi di Indonesia. Program ini menargetkan anak-anak sekolah dasar, ibu hamil, dan kelompok rentan lainnya dengan alokasi anggaran mencapai ratusan triliun rupiah. Namun di tengah gegap gempita peluncuran program tersebut, ada satu kelompok yang terabaikan, yakni mahasiswa, generasi muda yang juga menjadi bagian penting dari masa depan bangsa. Menurut data resmi pemerintah, mahasiswa memang tidak termasuk target utama program MBG.

Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa di Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pemenuhan gizi. Studi di Politeknik Kemenkes Bengkulu menemukan pola konsumsi sayur dan protein yang rendah, sementara riset Universitas Muhammadiyah Surakarta menunjukkan banyak mahasiswa yang melewatkan sarapan dan hanya mengandalkan makanan instan. Di kampus-kampus besar seperti Universitas Mulawarman, masalah “gizi ganda” juga muncul karena pola makan yang tidak sehat dan tidak teratur. Mahasiswa, khususnya yang hidup jauh dari keluarga atau mengandalkan pekerjaan sambilan, sering kali harus memilih antara membeli makanan bergizi atau membayar kebutuhan kuliah.

Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan mendasar: mengapa mahasiswa tidak dianggap bagian dari penerima manfaat MBG, padahal mereka juga anak didik bangsa? Jika tujuan program ini adalah menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan siap berkontribusi bagi pembangunan, maka mahasiswa seharusnya menjadi bagian dari strategi nasional ketahanan gizi. Mereka adalah kelompok transisi antara masa pendidikan dasar dan dunia kerja fase krusial yang menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

Tidak adanya dukungan gizi bagi mahasiswa berpotensi memperlebar kesenjangan sosial. Mahasiswa dari keluarga mampu dapat dengan mudah mengakses makanan sehat, sementara mereka yang kurang beruntung terpaksa bertahan dengan makanan murah dan kurang bergizi. Kondisi ini bukan hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada performa akademik, mental, dan produktivitas mereka di masa depan. Beberapa kampus seperti UNESA memang telah mencoba inisiatif sarapan gratis bagi mahasiswa, tetapi sifatnya masih insidental, belum menjadi bagian dari kebijakan nasional yang berkelanjutan.

Sebagai penulis dan bagian dari kalangan mahasiswa, saya percaya bahwa keadilan dalam pendidikan tidak hanya diukur dari akses terhadap ruang belajar, tetapi juga dari pemenuhan kebutuhan dasar seperti gizi. Mahasiswa berhak mendapatkan perhatian yang sama dalam kebijakan nasional, karena mereka adalah investasi jangka panjang bagi bangsa. Jika pemerintah serius ingin membangun Indonesia yang sehat dan berdaya saing, maka sudah saatnya “makan bergizi gratis” juga menjadi hak setiap anak didik bangsa termasuk mahasiswa.

kira-kira kalian (Mahasiswa) mau atau tidak kalau suatu saat ada program MBG di kampus kalian?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image