Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rohmah Elfrida

Secure Woman Energy: Tentang Perempuan yang Tak Lagi Sibuk Membuktikan Diri

Curhat | 2025-10-16 14:35:46
Ilustrasi Foto : Pixabay

Ada perempuan yang kehadirannya membawa ketenangan. Ia tidak selalu banyak bicara, tetapi setiap katanya berakar dari kesadaran diri. Ia tidak perlu tersenyum setiap waktu, namun sorot matanya menunjukkan rasa cukup dan damai. Perempuan seperti ini tidak lahir dari keberuntungan, melainkan dari perjalanan panjang menata batin dari luka, perenungan, hingga berdamai dengan masa lalu.

Namun, dunia sering keliru. Banyak yang mengira ketenangan itu bawaan lahir, padahal di balik sikap yang stabil tersimpan sejarah jatuh bangun yang tidak semua orang tahu. Ia pernah kecewa, gagal, bahkan merasa tidak cukup, tetapi setiap kali hidup memaksanya runtuh, ia memilih untuk tumbuh. Ia belajar menegakkan diri, bukan untuk dilihat orang lain, melainkan agar tetap utuh di dalam dirinya sendiri.

Proses Menemukan Ketenangan

Secure woman energy bukan hasil dari seminggu meditasi atau sebaris afirmasi harian di depan cermin. Ia lahir dari ratusan kali mencoba memahami diri, dari momen ketika seseorang menangis karena kesalahan yang sama, tetapi akhirnya belajar memaafkan diri tanpa syarat. Ketenangan bukan berarti hidup tanpa badai, melainkan kemampuan untuk tetap berpijak di tengah gelombang yang sama.

Perempuan yang tenang telah melewati banyak malam sunyi, ketika air mata menjadi bahasa paling jujur dan doa terasa seperti sahabat. Ia belajar bahwa memaafkan diri sendiri bukan kelemahan, melainkan keberanian yang lembut. Ia menyadari bahwa mencintai diri bukan berarti menutup mata dari kekurangan, tetapi menjaga batin agar tetap sehat di dunia yang gemar menilai.

Ketenangan batin tumbuh dari latihan berulang:

 

  1. Mengenali diri (self-awareness): memahami pola pikir, luka lama, dan reaksi terhadap tekanan.
  2. Mengelola emosi (emotional regulation): bukan menekan perasaan, melainkan memberi ruang bagi setiap emosi untuk lewat tanpa menguasai diri.
  3. Menjaga batas pribadi (personal boundaries): berani berkata "tidak" tanpa merasa bersalah.
  4. Berbelas kasih kepada diri sendiri (self-compassion): menerima bahwa kita bisa salah tanpa kehilangan harga diri.
  5. Menemukan kejelasan diri (self-concept clarity): mengetahui siapa diri kita, apa yang penting, dan mana hal yang sudah waktunya dilepaskan.

Konsep-konsep ini bukan sekadar teori. Dalam psikologi, proses semacam ini disebut kedewasaan emosional (emotional maturity) kemampuan memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi secara konstruktif. Penelitian di University of California (2019) menunjukkan bahwa individu dengan kesadaran diri tinggi dan batas pribadi yang sehat cenderung lebih stabil secara emosional, lebih bahagia dalam hubungan, serta lebih seimbang dalam hidup.

Luka yang Membentuk

Perempuan yang tenang bukan berarti tidak pernah terluka. Ia hanya tidak membiarkan luka menentukan arah hidupnya. Ia tahu bahwa tidak semua rasa sakit harus disembuhkan segera, beberapa cukup diterima sampai akhirnya tenang dengan sendirinya.

Ketenangan sejati tumbuh bukan karena kita menghindari rasa sakit, melainkan karena kita berani hadir di dalamnya tanpa kehilangan kendali. Ia tidak menolak kesedihan, tetapi juga tidak tenggelam di dalamnya. Seperti laut yang tenang di permukaan, namun menyimpan arus di kedalaman, batin perempuan yang matang pun demikian. Luas, dalam, dan menyimpan rahasia yang tidak perlu dijelaskan kepada siapa pun.

Dalam pandangan Islam, hal ini selaras dengan firman Allah:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d: 11)

Maknanya sederhana, tetapi kuat: ketenangan bukan datang karena keadaan membaik, melainkan karena kita berani memperbaiki diri di tengah keadaan yang belum sempurna.

Psikologi di Balik Ketenangan

Psikolog Kristin Neff (University of Texas, 2011) menjelaskan bahwa self-compassion merupakan kemampuan memperlakukan diri dengan kelembutan juga empati dan terbukti menurunkan tingkat stres, kecemasan, serta depresi. Penelitiannya menunjukkan bahwa orang yang berbelas kasih kepada diri sendiri lebih tangguh menghadapi tekanan emosional tanpa kehilangan arah.

Riset dari American Psychological Association (APA, 2020) juga menemukan bahwa individu yang memiliki kemampuan emotional regulation tinggi cenderung memiliki sistem imun lebih kuat dan kualitas tidur lebih baik. Dengan kata lain, ketenangan batin bukan hanya soal perasaan, tetapi juga berdampak langsung pada kesehatan tubuh.

Ketenangan bukan sekadar berpikir positif, melainkan kondisi ketika tubuh merasa aman. Aman untuk merasa, aman untuk diam, dan aman untuk beristirahat dari segala perbandingan.

Perempuan, Kelembutan, dan Ketangguhan

Ada keindahan khas yang muncul ketika seorang perempuan berdamai dengan dirinya sendiri. Ia tidak lagi mencari pembenaran atas kelembutannya, juga tidak melihat ketegasannya sebagai kesalahan. Ia tahu bahwa lembut bukan berarti lemah, dan kuat bukan berarti harus keras.

Perempuan yang tenang tidak membuktikan dirinya melalui pencapaian, melainkan melalui cara ia memperlakukan dirinya di tengah kekacauan. Ia mungkin masih takut, tetapi tidak dikuasai oleh rasa takut itu. Ia masih bisa menangis, tetapi tahu kapan harus berhenti dan melanjutkan langkah.

Ketenangan semacam ini adalah bentuk keanggunan baru, bukan yang terlihat di panggung, melainkan yang terasa dalam kehadiran. Ia tidak berusaha menginspirasi siapa pun, tetapi caranya hidup diam-diam membuat orang di sekitarnya merasa aman.

Menjadi secure bukan berarti tidak pernah rapuh. Artinya, kita tahu bagaimana menata kerapuhan agar tidak menenggelamkan diri. Artinya, kita mampu memilih diri sendiri tanpa menolak orang lain. Artinya, kita berhenti sibuk membuktikan dan mulai sungguh-sungguh menjadi.

Pada akhirnya, energi perempuan yang tenang adalah penyejuk bagi dunia yang terlalu bising. Ia tidak perlu banyak bicara atau menuntut pengakuan. Kehadirannya seperti cahaya sore, hangat, lembut, dan membuat siapa pun ingin berhenti sejenak untuk merasakan damainya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image