Perlunya Sastra Anak Menantang Wacana tidak Berkelanjutan
Sastra | 2025-10-16 11:06:57
Upaya untuk menganalisis pesan-pesan keberlanjutan ekologi dalam sastra anak menjadi hal menarik. Peta J. White, Glenn Auld, dan Muriel Wells menggunakan kerangka ini untuk melakukan analisis wacana kritis (CDA) terhadap tiga buku anak pemenang penghargaan dari daftar Children’s Book Council of Australia (CBCA) Notables 2015.
Ideologi keberlanjutan ekologi, yang didefinisikan sebagai kemampuan biosfer untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengganggu kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka, diperkuat melalui praktik budaya seperti sastra anak. Mereka mengamati bahwa wacana sosial dibentuk oleh gambar dan narasi dalam cerita. Mereka menemukan bahwa meskipun penulis, ilustrator, dan editor telah memberikan perhatian pada isu ras dan gender, tidak ada bukti bahwa mereka melakukan hal serupa untuk pesan keberlanjutan ekologi. Oleh karena itu, mereka merancang sebuah kerangka kerja untuk memfasilitasi pertimbangan ini.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa konten lingkungan dalam buku anak-anak telah berubah seiring waktu. Sebuah tinjauan dari tahun 1960-1982 menemukan bahwa sebagian besar buku anak memiliki konten lingkungan. Namun, penelitian yang melacak buku bergambar dari 1955-2014 menemukan bahwa gambar lingkungan alami menurun sementara gambar lingkungan perkotaan meningkat. Meskipun para penulis dan ilustrator memasukkan pesan lingkungan, pesan tersebut menjadi semakin terurbanisasi.
Artikel ini menyoroti perlunya sastra anak untuk menantang dan mengganggu wacana yang tidak berkelanjutan. Ini fungsional memperkenalkan kerangka kerja konseptual yang dapat digunakan untuk menganalisis praktik-praktik yang tidak berkelanjutan yang digambarkan dalam sastra anak. Para penulis berharap bahwa kerangka kerja ini akan membantu dalam mengembangkan mekanisme di mana teks dengan ideologi masa depan yang berkelanjutan akan diuntungkan dalam penghargaan di masa depan.
Kerangka kerja yang diusulkan mengintegrasikan tiga pilar keberlanjutan — lingkungan, masyarakat, dan ekonomi — dengan tujuh prinsip Pendidikan untuk Keberlanjutan dari Pemerintah Australia. Kerangka ini menghasilkan serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk mengkritik representasi keberlanjutan ekologi dalam sastra anak. Pertanyaan-pertanyaan ini dimaksudkan sebagai panduan bagi penulis, ilustrator, editor, guru, orang tua, dan anak-anak.
Tujuannya adalah untuk mendorong produksi sastra anak yang menampilkan praktik baik, pertimbangan etis, pertimbangan budaya, dan wacana sosial yang mendukung keberlanjutan ekologi. Para penulis mengakui bahwa keberlanjutan ekologi adalah ideologi yang kompleks dan terus berubah. Meskipun demikian, mereka memilih struktur tiga pilar karena mudah dikenali dan sederhana. Kerangka ini dirancang untuk memprovokasi pemikiran dan tindakan yang berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis (CDA) yang berfokus pada dominasi sosio-politik dan ketidakadilan sosial. CDA menganggap bahasa tidak netral, melainkan sebagai sesuatu yang membentuk posisi ideologis dalam praktik masyarakat22. Pendekatan ini cocok untuk menganalisis praktik-praktik yang sering dianggap remeh dalam sastra anak23.
Penulis menganalisis tiga buku dari daftar CBCA Early Childhood Notables 2015: Scary Night karya Gibbes dan King (2014); Go to Sleep Jessie karya Gleeson dan Blackwood (2014); dan Snail and Turtle are Friends karya King (2014). Mereka memilih buku-buku ini karena mengandung praktik yang tidak berkelanjutan dan mendapat izin dari penerbitnya untuk digunakan dalam analisis. Tiga narasi yang berbeda ini dianggap memberikan variasi yang cukup untuk menunjukkan aplikasi kerangka kerja tersebut.
Analisis menemukan bahwa ketiga teks pemenang penghargaan ini memiliki tema dan gambar yang tidak mendukung keberlanjutan ekologi.
Pertama, Scary Night. Cerita ini menggambarkan perayaan ulang tahun dengan dekorasi dan makanan yang berlebihan, seperti balon, pita, dan topi sekali pakai. Penggunaan barang-barang sekali pakai ini menormalkan praktik yang tidak berkelanjutan. Selain itu, cerita ini menggambarkan lingkungan sebagai sesuatu yang menakutkan, yang dapat menimbulkan implikasi budaya yang "membayangi" pengalaman anak-anak. Analisis ini berfokus pada prinsip partisipasi, dan menemukan bahwa penggambaran perayaan tersebut tidak menantang tindakan alternatif yang lebih berkelanjutan.
Kedua, Go to Sleep Jessie. Buku ini berisi saran dari ayah untuk mengendarai mobil keliling sampai bayi tertidur. Analisis wacana kritis menyoroti bahwa teks ini tidak memberikan analisis kritis tentang implikasi ideologis dari pemborosan sumber daya tak terbarukan. Praktik ini, meskipun hanya sebuah saran, mewakili penggunaan sumber daya yang sembrono yang tidak sejalan dengan prinsip transformasi dan perubahan yang diperlukan untuk masa depan yang berkelanjutan.
Ketiga, Snail and Turtle are Friends. Dalam cerita ini, siput dan kura-kura melukis daun-daun yang masih hidup. Analisis ini menantang prinsip berpikir sistem. Tindakan melukis tanaman menyiratkan bahwa dunia alami tidak cukup indah tanpa sentuhan manusia. Lebih jauh lagi, tindakan ini menghambat respirasi dan fotosintesis tanaman dan dapat menyebarkan racun ke dalam ekosistem. Penulis berpendapat bahwa mereplikasi praktik ini di kelas akan mengindoktrinasi anak-anak ke dalam praktik yang tidak berkelanjutan secara halus.
Penulis menyimpulkan bahwa kurangnya perhatian eksplisit terhadap tempat dan keberlanjutan ekologi merupakan kelemahan dalam pendekatan terhadap literasi. Mereka berpendapat bahwa sastra anak harus dinilai dengan kriteria yang mencakup keberlanjutan ekologi. Kerangka kerja yang mereka sajikan berfungsi untuk memproblematisasi fokus yang terbatas pada keberlanjutan ekologi dalam teks-teks pemenang penghargaan dan menawarkan serangkaian pertanyaan untuk mendukung penilaian teks-teks ini.
Penulis berharap bahwa kerangka kerja ini akan membantu para guru dalam mengajar anak-anak tentang praktik-praktik yang berkelanjutan. Mereka berargumen bahwa sastra anak harus merepresentasikan cita-cita keberlanjutan ekologi, bahkan jika praktik-praktik tersebut belum sepenuhnya dijalankan dalam wacana sosial yang lebih luas. Jika teks-teks pemenang penghargaan terus memediasi pesan-pesan yang tidak berkelanjutan, maka agenda keberlanjutan ekologi di sekolah akan tergelincir. Artikel ini menyajikan argumen kuat bahwa representasi keberlanjutan ekologi harus memainkan peran yang lebih besar dalam mendefinisikan apa yang dianggap sebagai "kualitas" dalam sastra anak.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
