Samalengoh Camp, Hidden Gem Populer di Sumedang
Wisata | 2025-10-15 19:12:41Sumedang - Di tengah padatnya aktivitas dan kebisingan kota, terdapat satu tempat di Sumedang yang menawarkan ketenangan alami. Namanya Samalengoh Camp, sebuah kawasan perkemahan yang terletak di perbukitan selatan Kecamatan Tanjungkerta, sekitar sepuluh kilometer dari pusat kota Sumedang. Lokasinya yang dikelilingi hutan dan hamparan hijau menjadikan tempat ini pelarian sempurna bagi siapa pun yang ingin beristirahat dari rutinitas.
Perjalanan menuju Samalengoh Camp bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jalanannya sedikit menanjak, tetapi pemandangan sepanjang perjalanan membuat rasa lelah terbayar lunas. Begitu tiba di lokasi, udara sejuk khas pegunungan langsung menyapa kulit, disertai hembusan angin dan suara burung yang berkicau dari pepohonan.
“Ya, pertama kali datang ke sini enak ya, suasananya adem gitu,” ujar Sidqi, salah satu pengunjung asal Sumedang.
Tak jauh dari pintu masuk, terdapat area perkemahan luas dengan shelter dan kursi kayu sebagai tempat bersantai. Pengunjung bisa menikmati pemandangan sambil menyeruput kopi hangat. Fasilitas pendukung seperti musala dan WC umum juga tersedia untuk menjaga kenyamanan para tamu. Bagi yang ingin berlama-lama, warung kecil di area camp menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau.
“Di sini enak sih, udah ada kursi juga jadi bisa nyantai. Kalau soal makan, bisa beli di warung, harganya juga pas lah, nggak mahal,” sambung Sidqi.
Saat matahari tenggelam, suasana Samalengoh Camp berubah semakin syahdu. Di kejauhan, cahaya lampu kota Sumedang terlihat berkelap kelip seperti bintang di kaki langit. Dari kejauhan, lalu-lalang kendaraan di jalan utama terlihat seperti garis cahaya yang bergerak pelan, memberi kesan damai yang jarang ditemukan di kota. Pengunjung biasa menyalakan api unggun di tengah area camp, duduk melingkar sambil bercanda dan bernyanyi.
“Kalau malam enaknya gini, bisa lihat city light sambil ngobrol dan nyanyi-nyanyi sama teman,” ujar Sidqi.
Ketika malam semakin larut, suasana berubah tenang. Suara jangkrik dan burung hantu terdengar bersahut sahutan, menemani para pengunjung yang beristirahat di tenda. Dinginnya udara malam terasa menenangkan, seolah alam sengaja menidurkan setiap orang yang datang.
Pagi hari menjadi momen yang paling ditunggu. Mentari perlahan muncul dari balik Gunung Tampomas, menembus kabut tipis yang masih menggantung di udara. Sinar keemasan menyelimuti area camp, menciptakan pemandangan yang memanjakan mata.
“Kalau pagi di sini enak banget, apalagi sunrisenya dari balik Gunung Tampomas. Beuh, cantik banget pokoknya,” ujar Sidqi.
Bagi kamu yang berencana datang ke Samalengoh Camp datanglah lebih awal, terutama jika berkunjung di akhir pekan. Lokasi ini mulai ramai sejak sore, dan datang lebih cepat memberi waktu untuk memilih spot terbaik untuk mendirikan tenda. Selain itu bagi kamu yang tidak tahan dingin, diharapkan untuk membawa jaket tebal dan perlengkapan hangat. Udara malam di kawasan ini cukup dingin, terutama menjelang dini hari. Api unggun memang bisa menghangatkan, tapi tetap lebih baik menyiapkan perlindungan ekstra agar tidur tetap nyaman. Kamu juga harus menyiapkan perlengkapan pribadi sendiri, seperti alat makan, senter, dan obat-obatan ringan. Meskipun fasilitas dasar sudah tersedia, membawa perlengkapan pribadi akan membuat pengalaman berkemah lebih praktis. Selain itu kamu juga harus menjaga kebersihan dan ketenangan lingkungan. Samalengoh Camp terkenal karena keasriannya, jadi penting untuk tidak meninggalkan sampah dan tetap menghormati pengunjung lain yang datang untuk menikmati ketenangan.
Dengan alam yang masih asri dan suasana yang bersahabat, Samalengoh Camp menawarkan lebih dari sekadar pemandangan indah. Samalengoh Camp menghadirkan ketenangan yang sederhana, tapi sulit dicari. Di sini, waktu seolah berjalan lebih lambat dan memberi ruang bagi siapa pun untuk benar-benar beristirahat, jauh dari kebisingan kota.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
