Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Sirajuddin, M.MT -Dosen UIN KHAS Jember

Tips Hidup Produktif ala Ilmu Fisika

Gaya Hidup | 2025-10-15 12:32:48


Di dalam ilmu fisika, kita diajarkan bahwa kecepatan benda bergerak bukan menandakan penghematan waktu, tapi bagaimana gaya gesekan antara benda dengan bidang datar dan gaya gesekan udara bisa diminimaliasi sehingga beban kerja mesin menjadi ringan dan nilai kecepatannya bisa optimal. Semakin kecil gaya gesekan, semakin cepat mesin bekerja. Itulah sebabnya kereta peluru bisa melaju begitu kencang—karena desainnya mengurangi gesekan terhadap udara dan bidang datar yang kasar.

Sama halnya dengan hidup. Kerja cepat dan kerja banyak tidak selalu berarti menghemat waktu. Menyelesaikan pekerjaan dalam waktu dua jam, bukan tiga jam, seolah memberi kita pemahaman hemat waktu satu jam. Namun itu perhitungan yang tidak sepenuhnya bijak, karena yang diuntungkan nanti adalah sepenuhnya atasan kamu dan tempat kerja kamu. Semakin banyak beban yang kamu simpan di kepala, semakin cepat energimu terkuras. Akhirnya lelah dan burnout yang akan kamu dapatkan, produktivitas pun jadi menurun.

Itulah kondisi yang saya hadapi dalam seminggu yang lalu, dari kejadian minggu lalu, saya belajar tentang “multitasking paradox”, yakni sebuah ilusi di mana seorang membagi perhatian ke beberapa pekerjaan yang diharapkan bisa meningkatkan produktivitas, tapi justru malah menurunkannya secara drastis.

Dalam perspektif psikologi, hal ini dikenal sebagai mental friction, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh Cal Newport dalam bukunya Deep Work (2016). Cal Newport menyebutnya sebagai hambatan kognitif yang muncul ketika otak berpindah dari satu konteks ke konteks lain. Setiap kali kita berganti fokus, ada sisa perhatian (attention residue) yang tertinggal di pekerjaan sebelumnya. Sisa (residu) inilah yang akan menimbulkan gesekan halus yang menguras energi mental dan menghancurkan kedalaman dan ketajaman berpikir seseorang.

Dalam literatur lain, ada pula istilah working memory, yang diperkenalkan oleh Alan Baddeley dan Graham Hitch (1974). Mereka menjelaskan bahwa working memory adalah sistem kognitif dengan kapasitas terbatas yang hanya mampu menahan dan memproses sedikit informasi dalam satu waktu. Ketika otak dijejali terlalu banyak hal sekaligus, kapasitas itu cepat penuh, dan kemampuan fokus pun menurun drastis.

Maka, jika ingin produktif tanpa terbakar energi (burnout), setidaknya ada 3 tips yang saya rangkum dari berbagai literatur, kitab salaf, artikel, dan pengamatan pribadi:

1. Don't manage time, manage focus & Energy,

statemen tersebut saya kutip dari Savinda Ranathunga dari Tamasaat University, Thailand yang dia sampaikan dalam acara TedxTalk, bahwa yang dikelola itu energi dan fokus, bukan waktu. Kebanyakan strategi produktivitas berfokus pada efisiensi waktu, bukan energi dan fokus. Waktu tanpa energi itu percuma, waktu tanpa fokus hasilnya pun sia-sia. Bagi saya pribadi, pagi sebelum subuh sampai matahari terbit adalah waktu paling jernih. Di saat itu pikiran mengalir, keputusan terasa ringan. Fokuskan penggunaan waktu itu untuk tugas strategis paling berdampak jangka panjang. Intinya: jaga pagi untuk hal terpenting buatmu dan masa depanmu sebelum dunia “menyerbu” kepalamu. Seperti membaca, menulis, mengaji, mutolaah, berzikir, meditasi. Lakukan sesuatu hal mulai dari yang paling penting dalam hidupmu dan untuk kepentingan masa depanmu (fid dunya wal akhirah), sebelum hal-hal kecil mencuri waktumu.

Saya membuktikan sendiri: dulu sewaktu di bangku SMA, saya ikut program menghafal Al-Qur’an, saya menambah hafalan sebelum dan setelah subuh, hasilnya hafalan terasa jauh lebih cepat melekat. Bahkan ketika menulis tesis, saya memilih waktu sebelum subuh untuk mengerjakannya—dan Alhamdulillah, hasilnya mengalir dengan baik, banyak progres, dan pikiran terasa jernih.

Kitab Ta’limul Muta’allim pun menegaskan hal yang sama—bahwa waktu yang penuh keberkahan ada di sepertiga malam. Bahkan dalam syairnya disebutkan:

اتَّخِذِ اللَّيْلَ جَمَلًا تُدْرِكْ بِهِ أَمَلًا Jadikan malam sebagai kendaraan (untuk mencapai cita-cita), maka kelak engkau akan sampai pada apa yang engkau cita-citakan.

Kembali ke topik mengelola energi dan fokus, Intinya, cari tahu apa yang penting dalam hidupmu, cari tahu kapan jam krusialmu, dan jaga waktu itu sebaik mungkin. Bagi hemat saya pribadi, pagi hari (sebelum dan setelah subuh) itu waktu krusial, it’s like a golden hour, Jangan buka daftar pekerjaan (yang menjadi beban pikiran) terlalu pagi, sebab pikiran akan langsung terbebani untuk sibuk menaruh perhatian ke orang lain dan mengerjakan urusan orang lain.

2. Jauhkan medsos dari jangkauan. Perhatian kita itu mudah rapuh — satu konten ataupun notifikasi saja bisa menghancurkan fokus kita dan akhirnya mudah terdistraksi. Kalau yang pertama kamu lihat adalah ponsel atau konten VT di tiktok yang berseliweran, fokusmu sudah bocor sebelum memulai awal hari. cobalah menaruh ponsel di airplane mode dan menjauhkannya selama berjam-jam, at least bangun tidur sampai jam 9 pagi. Efeknya luar biasa — tanpa notifikasi, tanpa jejalan konten di linimasa, pikiranmu akan tenang, mengalir, dan proses berpikir akan jauh lebih cepat. memang, tanpaknya sepele, tapi efeknya begitu besar. Setiap ikon, tab, atau jendela yang terbuka adalah pemicu distraksi dalam pikiran kita.

3. Make to do List Jika ada ide / to do list, jangan taruh di pikiran, Kalau ide kamu simpan terus di pikiran, itu akan menambah beban working memory di otak dan mengurangi fokus. Metodenya bisa apa saja: GTD (Getting Things Done) yakni metode manajemen produktivitas yang dikembangkan oleh David Allen (2001) dalam buku best seller-nya yang berjudul “Getting Things Done: The Art of Stress-Free Productivity”, Zettelkasten (metode mencatat seperti mind map, cocok buat yang ingin ide-idenya terus berkembang dan bercabang) yang bisa kita gunakan di aplikasi https://obsidian.md/ , atau sekadar catatan to-do list sederhana yang bisa kita gunakan di aplikasi Sticky notes windows. Yang penting: jangan simpan ide di kepala. Tulislah, coretlah, catatlah dan ubah jadi bentuk nyata.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image