Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shinta Silvia

Kebijakan Lingkungan Global dan Ekosistem Berkelanjutan

Kebijakan | 2025-10-15 11:52:00

Sejak dekade 1990-an, arah kebijakan lingkungan global mengalami perubahan besar. Momentum penting seperti Deklarasi Rio dan Agenda 21 menjadi titik balik yang menempatkan isu keberlanjutan sebagai agenda utama dalam pengelolaan lingkungan. Dalam konteks ini, para ahli ekologi dan aktivis lingkungan dituntut untuk tidak hanya merespons kerusakan alam, tetapi juga merancang model pembangunan yang lebih manusiawi dan berorientasi jangka panjang. Perspektif keberlanjutan ini sangat sejalan dengan pandangan Islam yang menempatkan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, dengan tugas memakmurkan dan tidak merusaknya.

Save the planet adalah konsep penting hari ini untuk kemaslahatan manusia. Ilustrasi foto: www.pexels.com

Konsep keberlanjutan memiliki makna mendalam memenuhi kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan hak generasi mendatang untuk hidup layak. Prinsip ini menuntut semua pihak untuk bertindak secara ekonomis menguntungkan, sosial dapat diterima, dan ekologis sesuai daya dukung lingkungan. Dalam Al-Qur’an, prinsip ini tercermin dalam larangan membuat kerusakan setelah Allah memperbaiki bumi. Artinya, keberlanjutan bukan sekadar konsep teknis, melainkan tanggung jawab moral dan spiritual umat manusia.

Deklarasi Rio menegaskan peran sentral ekosistem dalam pembangunan berkelanjutan. Negara-negara dunia diingatkan untuk bekerja sama menjaga kesehatan dan integritas bumi. Meski tanggung jawab tiap negara berbeda, negara maju didorong mengambil peran lebih besar karena konsumsi sumber daya dan kapasitas teknologinya lebih tinggi. Prinsip keadilan ini sejalan dengan nilai Islam yang mendorong kolaborasi internasional dan pembagian tanggung jawab secara proporsional, agar kerusakan lingkungan tidak ditanggung sepihak oleh negara yang lebih lemah.

Langkah lanjutan dari komitmen global ini adalah Konvensi Keanekaragaman Hayati tahun 2000, yang memperkenalkan 12 prinsip Pendekatan Ekosistem. Prinsip-prinsip tersebut menempatkan ekosistem sebagai dasar pertimbangan dalam kebijakan lingkungan. Beberapa di antaranya menekankan pentingnya memperhatikan pilihan sosial masyarakat, pelimpahan kewenangan pengelolaan ke tingkat lokal, serta keharusan mempertimbangkan dampak lintas ekosistem. Pendekatan ini mengajak masyarakat untuk melihat alam bukan sekadar objek eksploitasi, tetapi sistem kehidupan yang saling berhubungan.

Pendekatan ekosistem juga menyoroti pentingnya dimensi ekonomi dalam pelestarian alam. Biaya dan manfaat ekosistem harus diinternalisasi ke dalam kebijakan pembangunan, sehingga konservasi menjadi bagian dari perencanaan, bukan beban tambahan. Prinsip ini bertujuan menjaga keanekaragaman hayati dan struktur ekosistem agar tetap berfungsi memberi layanan vital seperti air bersih, pangan, pengendalian banjir, serta ruang spiritual dan rekreasi. Dalam Islam, semua itu merupakan nikmat Allah yang wajib dijaga dengan rasa syukur dan tanggung jawab.

Ekosistem bukan entitas statis. Ia adalah kesatuan dinamis yang terdiri dari tumbuhan, hewan, mikroorganisme, serta lingkungan fisik yang saling berinteraksi. Manusia merupakan bagian integral dari sistem ini, bukan pihak eksternal. Ketika interaksi terganggu oleh aktivitas manusia yang berlebihan, ketidakberlanjutan pun muncul. Karena itu, para pengelola lingkungan perlu menetapkan tujuan jangka panjang, memahami sifat dasar ekosistem, serta merancang intervensi yang selaras dengan ritme alam.

Pertanyaan mendasar perlu terus diajukan: sejauh mana teori dan kebijakan ekosistem saat ini mampu menjelaskan respons alam terhadap intervensi manusia? Apakah pendekatan ilmiah kita cukup matang untuk menjadi dasar manajemen yang efektif? Jorgensen dkk. (2007) menekankan pentingnya teori ekosistem yang kuat untuk merancang strategi konservasi dan kebijakan lingkungan yang lebih tajam. Ilmu pengetahuan yang baik harus diterjemahkan ke dalam aksi nyata yang melibatkan pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dan komunitas keagamaan.

Alhasil, keberlanjutan ekosistem merupakan fondasi bagi kelangsungan hidup umat manusia. Pendekatan terintegrasi dan kolaboratif menjadi kunci untuk memastikan struktur dan fungsi ekosistem tetap terjaga. Dalam perspektif Islam moderat, pelestarian alam bukan hanya kewajiban ekologis, tetapi juga bentuk ibadah sosial dan amanah ilahiah. Upaya menjaga bumi hari ini adalah warisan yang akan kita titipkan kepada generasi mendatang, sebuah tanggung jawab yang tidak boleh diabaikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image