Karakter Manusia
Agama | 2025-11-27 21:27:27Sejatinya, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sejak lahir sampai meninggal dunia manusia butuh bantuan orang lain. Maka manusia tidak pantas untuk sombong, karena kesombongan hanya milik Allah SWT. Dengan tegas Allah melarang, jangan berjalan di permukaan bumi ini dengan sombong (QS al-Isra [15]: 37).
Interaksi sosial atau hubungan antarsesama manusia, baik individu maupun kelompok, bertujuan untuk menjalin hubungan silaturrahim, tolong menolong maupun kerjasama dalam kehidupan bermasayarakat.
Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda saat berinteraksi, baik secara vertikal maupun horizontal. Saat manusia bergaul, berinteraksi atau bersosialisasi antarsesama manusia, Imam al-Ghazali membagi tiga macam karakter manusia.
Pertama, karakter manusia seperti makanan. Manusia yang selalu dibutuhkan setiap saat. Karakter manusia jenis ini selalu dicari, dibutuhkan dan dirindukan. Sungguh, berbahagilah jika kita tergolong manusia seumpama makanan ini. Kehadiran dan keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR Ahmad). Ini merupakan impian setiap manusia. Bermanfaat disini tidak hanya bagi mereka yang dermawan, memiliki banyak uang untuk disedekahkan. Tapi, bisa juga berbagi ilmu, berbagi tenaga atau berbagi waktu. Berlomba-lombalah untuk melakukan kebaikan (QS al-Baqarah [2]: 148). Karena, kebaikan itu juga bermanfaat untuk diri kita sendiri (QS al-Isra’ [15]: 7).
Kedua, karakter manusia seperti obat. Tidak selamanya dibutuhkan, kebutuhannya berkala seperti obat dibutuhkan hanya ketika sakit. Mayoritas manusia berada dalam karakter ini. Seorang bidan dibutuhkan saat ingin melahirkan, seorang guru dibutuhkan saat belajar, seorang mekanik dibutuhkan saat perbaikan mesin dan tetangga dibutuhkan saat hajatan atau pesta.
Manusia butuh kebersamaan dalam hidupnya, saling memberi, saling membantu, dan saling mengambil manfaat. Aktivitas timbal balik ini sangat penting bagi kehidupan manusia meskipun secara berkala.
Ketiga, karakter manusia seperti penyakit. Dijauhi dan dibenci orang. Dalam kondisi dan situasi apapun, manusia semacam ini tidak pernah diharapkan kehadirannya. Jika perlu dicampakkan sejauh mungkin, karena tidak bermanfaat.
Celakalah, jika dianggap tidak berguna, tidak bernilai bahkan menjijikkan. Inilah tingkatan manusia paling rendah. Karena sikapnya, perbuatannya atau perkataannya selalu menyakiti dan melukai hati orang lain.
Dalam hadis Rasulullah SAW dijelaskan “Wahai Rasulullah, sesungguhnya fulanah (seorang wanita) rajin mendirikan shalat malam, gemar puasa di siang hari, mengerjakan (kebaikan) dan bersedekah, tapi sering menyakiti tetangganya dengan lisannya.” Rasulullah SAW berkata: “Tidak ada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka” (HR Bukhari).
Hadis lain juga berbunyi “Allah tidak mengasihi orang yang tidak mengasihi manusia (lainnya).” (HR Bukhari). Jelaslah bahwa interaksi secara vertikal tidak bermanfaat jika interaksi secara horizontal tidak baik.
Wallahu a’lam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
