Ketika Guru Bersemangat Belajar, Murid Pun Gemar Belajar
Eduaksi | 2025-10-14 15:36:55Ditulis oleh : Eti Qamarijati
Tahun 2025, sekolah kami mulai menggalakkan “7 Kegiatan Anak Hebat." Saat itu, saya teringat perjalanan panjang lima tahun sebelumnya, ketika saya berusaha menumbuhkan semangat belajar murid lewat kegiatan menulis.
Sejak tahun 2020, langkah kecil itu saya mulai dengan sederhana: membiasakan anak-anak membaca nyaring dan menulis jurnal harian. Siapa sangka, dari kebiasaan sederhana itulah tumbuh kegemaran belajar yang kini terasa dampaknya di kelas-kelas kami.
Di sekolah Al-Fityan, tempat saya mengajar, saya sempat kesulitan mengajak anak-anak untuk belajar menulis. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat membaca. Padahal, menulis dan membaca merupakan dua hal yang saling berkaitan. Kebiasaan membaca dan menulis adalah bagian penting dari kegemaran belajar. Oleh karena itu, perlu dipikirkan secara serius model atau metode pembelajaran yang tepat agar semangat belajar itu tumbuh secara alami. Minat baca yang rendah membuat kosakata murid terbatas, sehingga mereka kesulitan menulis narasi sederhana. Berdasarkan permasalahan itu, saya mencoba mencari cara agar anak-anak terbiasa membaca dan menulis. Di setiap awal pembelajaran, saya menyisipkan kegiatan membaca nyaring selama 5–10 menit secara bergantian setiap hari. Kebetulan, di kelas juga terdapat pojok baca. Buku-buku di sana berasal dari sumbangan para murid sendiri. Selain itu, setiap sepekan sekali, anak-anak menulis jurnal harian sederhana yang berisi kegiatan belajar mereka.
Agar murid lebih tertarik dengan kegiatan menulis, saya sering memberi tugas membuat narasi sederhana. Setelah selesai menulis, naskah itu dibacakan di depan kelas. Sambil mendengarkan, saya sesekali memberi arahan dan masukan terhadap teks yang mereka tulis. Saya juga selalu memberikan pujian bagi anak yang sudah menulis dengan menarik, sebagai bentuk apresiasi seorang guru terhadap muridnya.
Teks narasi yang sudah dipresentasikan kemudian dibawa pulang untuk diketik ulang. Semua naskah yang terkumpul saya edit dan simpan dalam file pribadi. Tak hanya murid-murid yang menulis, saya pun berusaha menulis lebih dahulu dan memberikan contoh naskah karya saya yang telah dimuat di majalah Al-Fityan maupun dalam buku antologi. Dengan begitu, bukan hanya murid yang didorong untuk gemar belajar melalui kegiatan menulis, melainkan guru pun harus bersemangat melakukan hal yang sama.
Selain itu, saya membiasakan diri menulis sendiri teks bacaan sederhana untuk soal Bahasa Indonesia. Ada kebahagiaan tersendiri ketika anak-anak bertanya, “Bu, ini teks bacaannya Ibu yang buat, ya?”
Hati saya begitu bersyukur jika bisa mencontohkan hal yang baik kepada anak-anak, apalagi jika mereka langsung menirunya. Seperti pepatah yang mengatakan, “Perbuatan guru adalah pelajaran pertama bagi muridnya.” Pepatah ini mengingatkan kita bahwa keteladanan lebih kuat daripada seribu nasihat. Sebagai guru, kita harus bersikap dan berbuat yang pantas ditiru oleh murid.
Karena gemar menulis, saya pun berusaha menularkan kegemaran itu kepada murid-murid. Awalnya, di Sekolah Al-Fityan belum ada kegiatan literasi yang terstruktur. Akhirnya, saya mencoba membuat proyek menulis: naskah murid-murid saya kumpulkan, lalu saya bekerja sama dengan salah satu penerbit untuk membukukan karya mereka dalam bentuk buku antologi.
Penerapan proyek tersebut tidak serta-merta mendapat dukungan penuh dari sekolah maupun orang tua. Sering kali saya harus menjelaskan berulang kali mengenai pentingnya membukukan karya anak-anak. Masih ada orang tua yang beranggapan bahwa menulis naskah dan membaca buku bukanlah hal yang terlalu penting.
Miris hati saya ketika melihat kenyataan bahwa anak-anak sekarang lebih mudah dibelikan barang-barang mahal yang kurang bermanfaat, tetapi jarang didukung ketika ingin membeli buku. Namun, semua itu tidak membuat saya putus asa. Sudah tertanam dalam diri saya bahwa jika melakukan sesuatu yang positif untuk murid, insyaallah akan dimudahkan oleh Allah.
Alhamdulillah setelah melalui proses yang cukup panjang, pada tahun 2020 untuk pertama kalinya murid-murid kelas 5 memiliki dan membaca buku yang berisi karya mereka bersama saya. Tak terbayangkan sebelumnya, ketika bukunya diterima, mereka tampak antusias membaca dan mencari naskah karyanya di buku tersebut.
Sekolah dan para orang tua pun mulai mengapresiasi dan percaya bahwa anak-anak bisa digali potensinya melalui kegiatan membaca dan menulis. Bahkan, banyak murid yang awalnya merasa tidak bisa menulis kini menjadi lebih sering menulis dan makin percaya diri mengikuti lomba menulis cerpen, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tahun ini, sudah lima hingga enam buku antologi yang dihasilkan murid-murid kelas 4 sampai 6. Anak-anak yang awalnya pemalu dan pendiam pun mulai menunjukkan kemampuannya menulis.
Salah satunya adalah murid saya, Ratu Keira, seorang anak pendiam dan pemalu, tetapi setelah digali potensinya, ia memiliki bakat menulis yang luar biasa. Pada tahun 2024, Ratu Keira berhasil meraih juara 1 lomba menulis cerpen. Hal itu menjadi prestasi yang sangat membanggakan bagi guru, sekolah, dan orang tua.
Buku-buku antologi karya murid-murid juga banyak mendapat testimoni positif yang memotivasi mereka untuk terus rajin menulis. Salah satunya datang dari Menteri Agama RI, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, M.A., melalui buku antologi We Love Al-Qur’an. Beliau menuliskan apresiasinya, “Buku ini sangat bagus dan inovatif. Semoga anak-anak kita, generasi bangsa, bisa lebih mencintai Al-Qur’an dan senang membacanya.”
Selain itu, dalam buku antologi Aku Anak Saleh, Cerdas, dan Mandiri, terdapat testimoni dari dosen Unindra, Prof. Dr. Bambang Sumadyo, yang sangat konsen terhadap dunia literasi. Beliau menulis, “Kutemukan oase di tengah gurun pasir yang tandus. Begitu polosnya kalimat mereka, tetapi penuh dengan karakter mulia.”
Masih banyak testimoni lainnya dari para praktisi pendidikan yang memberi dukungan luar biasa terhadap karya anak-anak. Ucapan dan apresiasi itu menjadi penyemangat bagi mereka untuk terus menulis.
Kini, setelah terlihat hasilnya yang membanggakan, pihak sekolah makin giat meningkatkan kegiatan literasi. Masih teringat, dulu untuk membukukan naskah anak-anak, saya harus merogoh kocek sendiri. Namun sekarang, proyek literasi murid sebagian besar sudah difasilitasi oleh sekolah.
Bagaimanapun juga, jika seorang guru berusaha menumbuhkan kegemaran belajar murid melalui kegiatan menulis, insyaallah akan mendapatkan hasil yang diharapkan. Mari kita bersama-sama menjadi contoh dalam meninggalkan jejak kebaikan melalui tulisan. Sebab lewat menulis dan membaca, akan terbuka cakrawala ilmu para murid secara luas, dan mereka akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berilmu, dan berakhlak mulia.
Kegemaran belajar anak-anak akan tumbuh dengan sendirinya ketika mereka terbiasa melihat gurunya gemar belajar. Meskipun buku mengajarkan banyak hal, semangat seorang guru tetaplah sumber inspirasi terbesar bagi muridnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
