Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Dilema Para Guru Dengan Progrom Sekolah Inklusif

Eduaksi | 2025-10-14 15:34:51

Ditulis oleh : Nurwati, S.Pd.

Penyelenggaraan sekolah inklusif ini mulai terapkan tahun 2000-an di Provinsi bangka Belitung seiring dengan perubahan paradigma pendidikan dari model segregatif ke integratif dan munculnya peraturan pemerintah yang mendukung konsep tersebut. Berdasarkan Perda Bangka Tengah No 4 tahun 2025 tentang penyelenggaraan Pendidikan Inklusif di semua tentang Pendidikan yang ada di Bangka Tengah, hal ini juga berlaku di SMPN 2 Namang , dimana 3 ( tiga )terakhir ini sudah menerima siswa yang berkebutuhan khusus ( ABK), dengan berbagai ragam gangguan fisik,emosi atau perilaku, gangguan kognitif , kesulitan belajar dan sebagainya.

Adapun syarat menjadi peserta didik SMPN 2 Namang bagi anak yang berkebutuhan khusus (ABK) harus melampirkan surat keterangan dari dokter psikolog, namun ada juga orang tua yang tidak melampirkan surat keterangan tersebut karena kurangnya informasi selain itu juga mereka malu kalau anaknya berkebutuhan khusus. Namun kebanyakan siswa yang mendaftar tidak nampak kalau mereka itu berkebutuhan khusus, karena tidak tes akademik atau seleksi siswa baru dari pihak sekolah namun setelah mengikuti pelajaran baru ketahuan, dimana kelemahannya,kebanyakan dari mereka mengalami gangguan kognitif yaitu kesulitan belajar, sulit menyesuaikan diri dan sebagainya.

Sebagai guru yang mengajar di SMPN 2 Namang, hal ini merupakan momok terbesar buat para guru dimana harus mengajar anak yang tidak bisa mengikuti pelajaran seperti siswa-siswa lainnya contohnya tidak bisa membaca, tidak memahami materi yang disajikan, kadang penyakit penyakit yang mereka derita kambuh, hal ini merupakan hambatan bagi guru apalagi wali kelas yang harus terlibat menangani ketidaknyamanan tersebut,belum lagi mereka mendapat bullyan dari teman-temannya sehingga proses pembelajaran terganggu.

Penyelenggaraan pendidikan inklusif ini penerapannya sangat mempengaruhi proses pembelajaran bagi siswa yang lain, mereka beranggapan siswa yang ABK saja bisa naik kelas apalagi mereka, sehingga minat belajar mereka berkurang ,hal ini saya alami sendiri sebagai guru yang mengajar di sekolah tersebut ,disamping itu kita tidak bisa maksimal mendisiplinkan mereka karena mereka selalu membandingkan diri mereka dengan siswa ABK, inilah menjadi dilema para guru walaupun kita sebagai guru sudah memberikan pemahaman tentang siswa ABK dalam arti menghargai kekurangan tiap individu sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, namun mereka malah menjadikan bahan bulyian sehingga anak ABK merasa terkucilkan.

Dinamika ini sangat terlihat sejak 3 (tiga) tahun terakhir ini dimana meningkatkan kasus bullying baik verbal maupun fisik serta pencapaian tingkat kemampuan siswa dalam memperoleh nilai kognitif dan sikap menurun. Sebagai guru tugas terberatnya adalah menjadikan peserta didik bisa ber attitude baik serta cerdas dalam memahami pelajaran,namun itu sangat sulit di dapat karena pengaruh teknologi (HP) serta pengaruh lingkungan yang paling mendasar yaitu merokok ,menggunakan lem Aibon dan sebagainya yang ada zat adiktif sehingga mengganggu mental peserta didik.

Metode pembelajaran bagaimanakah yang harus diterapkan pada siswa ABK?

Dalam menyikapi proses pembelajaran bagi anak ABK kami sebagai guru masih bingung metode apa yang harus diterapkan untuk megimbangi kekurangan mereka sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai,karena kurikulum di sekolah kami merupakan standar umum atau pembelajaran akademis umum sedangkan untuk anak ABK semestinya mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa ( SLB) karena pembelajarannya disesuaikan secara menyeluruh untuk kebutuhan khusus dengan fokus yang lebih dominan pada keterampilan hidup dan kemandirian.

Penyelenggaran Pendidikan inklusif yang diterapkan di Bangka Tengah ini setidak ada pelatihan dan pembinaan bagi para guru baik dari segi pembelajaran,serta cara penanganan anak ABK yang ada di lingkungan sekolah,sehingga para guru memiliki dasar dalam mengambil tindakan apabila ada anak ABK di lingkungan sekolah,karena sering ada anak ABK yang tantrum sehingga guru panik bagaimana solusinya menghadapi situasi tersebut dan akibatnya kadang mengganggu proses pembelajaran.

Meningkatnya anak ABK di sekolah kami beberapa tahun ini salah satu penyebabnya adalah anak dan para orang tua siswa tidak mau masuk SLB dengan alasan malu,jauh dari tempat tinggalnya,hal ini akibat kurang pemahaman orang tua tentang kebutuhan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus dan belum ada tindakan dari pihak terkait tentang cara penangan pendidikan bagi masyarakat yang memiliki anak berkebutuhan khusus serta cara mendeteksi dini gejala anak berkebutuhan khusus,apabila pemerintah terkait memberikan edukasi kepada masyarakat,kemungkinan akan terakomodir sejak dini sehingga bisa mengurangi anak berkebutuhan khusus apabila terdeteksi sejak awal dengan memberikan pengobatan atau terapi dan sebagainya.

Pada hakekatnya semua manusia itu sama di mata Allah SWT, kita di ciptakan dengan berbagai kelebihan dan kekurangan untuk saling melengkapi keberpihakan terhadap penyandang disabilitas ini juga disebutkan dalam Al-Quran surah An-Nur ayat 61

لَيْسَ عَلَى الْأَعْمَى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَنْ تَأْكُلُوا مِنْ بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ ... (النور: 61)

Artinya, “Tidak ada halangan bagi tunanetra, tunadaksa, orang sakit, dan kalian semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah bapak kalian atau rumah ibu kalian ” (Surat An-Nur ayat 61).

Apabila anak didik sesuai kebutuhannya maka akan tergali potensi yang mereka miliki dengan mengikuti alur pendidikan yang tepat,banyaknya para ilmuwan yang berkebutuhan khusus tapi karena didik sesuai dengan kemampuan/skill mereka dan berhasil contoh Albert Einstein (Diduga diseksia), Thomas Alva Edison ( gangguan pendengaran) dan masih banyak lagi. Apabila orang tua mendapat edukasi sejak dini tentang anak ABK kemungkinan berkurang anak berkebutuhan khusus di Bangka Tengah, khususnya di SMPN 2 Namang ini. Sehingga angka putus sekolah berkurang.

Apakah penyelenggaraan pendidikan inklusif di Bangka Tengan ini sudah tepat diterapkan ?

Apabila program ini sudah tepat terapkan kami sebagai guru perlu bimbingan dan pelatihan khusus untuk anak mendidik anak yang berkebutuhan khusus karena kami masih minim memiliki keilmuan di bidang tersebut.Serta peran pemerintah terkait memberikan edukasi kepada masyarakat tentang penangan anak ABK sejak dini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image