Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

Kesadaran Generasi Z Terhadap Politik, Menjadi Tombak Perubahan di Masa Depan

Politik | 2025-10-14 13:41:07

Oleh Nia Karmila

Aktivis Muslimah

Kepala Bandan Reserse Kriminal Polri Komjen Syahardiantono mengumumkan hasil penindakan hukum terhadap kerusuhan saat demontrasi 25 Agustus-31 Agustus 2025 di berbagai daerah di Indonesia. Demonstrasi terjadi di berbagai daerah, bermula dari demontrasi buruh dan mahasiswa di depan gedung MPR/DPR RI, Senayan, yang mengkritik tunjangan fantastik bagi anggota parlemen. Ujuk rasa itu awalnya berjalan dengan tertib. Namun, menjelang sore kericuhan terjadi. Upaya polisi membubarkan massa berujung pada tewasnya pengemudi ojek online, Affan kurniawan, yang ditabrak kendaraan Brimob Polda Metro Jaya, kematian Affan memicu amarah publik.

Dalam konferensi persnya beliau mengatakan, "Total ada 959 tersangka, dengan rincian 664 dewasa dan 295 anak," semua tersangka tersebut merupakan pelaku kerusuhan dan bukan peserta demonstrasi.

Mereka ditetapkan sebagai tersangka atas tindakan penghasutan untuk membuat kerusuhan, menyebarkan dokumentasi kerusuhan lewat media sosial dengan maksud memprovokasi, menghasut massa, menyimpan dan menggunakan bom molotov saar kerusuhan serta tindakan penjarahan. (tempo.co)

Peristiwa demontrasi ini memperlihatkan fenomena baru di tengah masyarakat, di mana generasi Z mulai sadar polotik dan berani menuntut perubahan atas ketidakadilan yang mereka rasakan. Generasi ini tumbuh di tengah derasnya arus informasi digital, sehingga lebih cepat menyadari adanya jurang kesenjangan sosial, ketidakadilan ekonommi, serta ketidakberesan tata keloloa negara. Mereka tidak lagi sekadar diam, melainkan berani turun ke jalan, menyuarakan keresahan masyarakat, tapi kesadaran politik yang mulai tumbuh ini justru dikriminalisasi dengan lebel anarkisme. Alih-alih dipahami sebagai ekspresi politik dari generasi muda, aksi mereka diberi stigma negatif, agar kehilangan pemgakuan di mata publik. Narasi anarkis sengaja digiring untuk menutupi fakta, bahwa ada tuntutan serius dari rakyat, khususnya anak muda atas rusaknya tatanan politik dan ekonomi yang mereka alami sehari-hari.

Penetapan ratusan anak sebagai tersangka pada akhirnya bisa dibaca sebagai bentuk pembungkaman agar generasi muda tidak kritis terhadap penguasa. Negara lebih memilih menakut-nakuti mereka dengan jerat hukum dari pada mengarahkan untuk membangun kesadaran politik yang sehat, hal ini menunjukan adanya ketakutan penguasa terhadap generasi yang sadar, lantang dan berani melawan ketidakadilan. Generasi Z sebenarnya menyimpan potensi besar untuk menjadi agen perubahan, tetapi potensi itu dipatahkan sedini mungkin, agar mereka tidak berubah menjadi kekuatan politik yang mengancam penguasa. Inilah wajah asli demokrasi kapitalisme.

Demokrasi mengusung sebagai sistem yang menjungjung tinggi kebebasan berpendapat, padahal faktanya kebebesan itu bersyarat. Ketika suara rakyat, terutama generasi muda hanya sebatas mengikuti arus wacana yang aman bagi penguasa, maka ruang itu dibuka lebar akan tetapai ketika suara itu mulai mempertanyakan akar ketidakadilan, mengkritik, menuntut kekayaan yang adil, ruang itu menyempit bahkan berubah menjadi jeruji hukum, karena itu domokrasi kapitalisme sejatinya sistem rusak, karena tunduk pada akal manusia yang lemah dan terbatas.

Pemuda adalah tonggak perubahan. Kesadaran politik yang mulai tumbuh di kalangan Gen Z hari ini, seharusnya tidak dipatahkan atau dibelokan. Kesadaran itu justru harus diarahkan menuju jalan yang shahih yaitu jalan yang sudah ditetapkan oleh Allah, jalan itulah yang akan menghantarkan kepada penerapan Islam kaffah, yang hanya mungkin terwujud dengan tegaknya khilafah. Itulah satu-satunya yang akan membawa perubahan hakiki pada umat. Islam telah menetapkan kewajiban amal makruf nahi mungkar bagi setiap muslim yang salah satunya yaitu mengoreksi penguasa, ketika berbuat zalim. Inilah karakter masyarakat dalam Islam di mana suara kritis tidak boleh dibungkam, karena itu tugas besar generasi muda hari ini bukan sekadar mengekspresikan kekecewaan dalam bentuk demonstrasi penuh emosi atau tindakan anarkis, tetapi mengerahkan potensi politik mereka agar selaras dengan visi Islam dalam sistem Islam. Khilafah menjadi institusi penting bagi pembinaan pemuda, pendidikan berbasis akidah Islam di tanamkan sejak dini, pendidikan seperti ini melahirkan generasi yang memiliki kesadaran politik yang tingggi sekaligus terarah, tidak liar dan tidak emosional. Pemuda yang lahir dari sistem khilafah tidak hanya lantang melawan ketidakadilan tetapi juga hadir membawa tawaran perubahan yang menyeluruh, pemuda diarahkan untuk perjuangan panjang membangun peradaban.

Wallahualam bissawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image