Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nadiansa

Sampah Plastik dan Budaya Kita: Dari Limbah ke Lumbung Harapan

Gaya Hidup | 2025-10-12 10:30:09

Plastik merupakan tanda daripada kemajuan namun juga krisis. Di Indonesia, konsumsi plastik terus meningkat seiring dengan evolusi perkotaan dan gaya hidup serba cepat. Menurut Ghosh (2020), sistem ekonomi linear yang mendominasi ekstraksi, produksi, konsumsi, lalu buang, telah menciptakan siklus limbah yang tidak berkelanjutan. Indonesia sendiri menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah per tahun, dengan plastik sebagai penyumbang utama kedua yang tertimbun di TPA tanpa pengolahan. Namun, di balik statistik itu, ada refleksi budaya yang perlu dibongkar.

Sampah bukan hanya sekadar barang yang buangan, akan tetapi mencerminkan nilai dan kebiasaan. Studi oleh Fitri & Ferza (2020) menunjukkan bahwa kebijakan pengelolaan sampah plastik di daerah belum produktif karena minimnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Di banyak kampus dan komunitas, budaya buang masih lebih dominan daripada budaya olah.

Padahal, pendekatan ekonomi sirkular menghadirkan perspektif baru: mengubah limbah menjadi sumber daya. Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang telah umum kita dengar bukan hanya jargon, tapi strategi transformatif yang bisa dimulai dari ruang-ruang kecil seperti kelas dan komunitas mahasiswa.

Langkah minimum yang dapat kita mulai sebagai mahasiswa adalah dengan menggunakan tumbler air minum, seperti yang kita tahu bahwa di banyak sudut Universitas Airlangga telah disediakan fasilitas untuk mengisi ulang air minum kita. Selain untuk berhemat, hal tersebut juga merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai. Dengan begitu kita tidak perlu membeli ulang air kemasan botol plastik yang mana pasti akan menghasilkan limbah ketika kita haus.

Ghosh (2020) menekankan bahwa teknologi ekonomi sirkular yang diterapkan sesuai konteks lokal dapat meningkatkan efisiensi sumber daya dan menciptakan lapangan kerja. Kampus sebagai ekosistem pembelajaran bisa menjadi laboratorium perubahan budaya, tempat inovasi sosial tumbuh dari bawah.

Sampah plastik adalah tantangan, tapi juga bisa jadi peluang. Ia mengajak kita untuk merefleksikan budaya konsumsi, membangun inovasi, dan merajut harapan. Jika kita mampu mengubah cara pandang, dari buang menjadi bangun, maka Indonesia tidak hanya bersih, tapi juga bijak.

Mari kita mulai dari diri sendiri, dari kampus, dari komunitas. Karena perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil yang konsisten.

Referensi

Ghosh, S. (2020). Waste Management in Indonesia: Strategies and Implementation of Circular Economy. In: Decarbonization and Circular Economy. Springer. Link

Fitri, S.E., & Ferza, R. (2020). Dinamika, Problematika, dan Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Plastik di Daerah (Studi Kasus Kota Bogor dan Bekasi). Jurnal Kebijakan Pembangunan, 15(1), 11–24. Link PDF

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image