MBG: Katanya Program Unggulan, Nyatanya Berujung Semrawut
Guru Menulis | 2025-10-10 07:26:25
Oleh: Rini
Keracunan MBG (Makan Bergizi Gratis) yang terjadi di berbagai daerah, seperti di Kabupaten Lebong, Bengkulu (427 anak), Lampung Timur (20 anak), dan di SMP 3 Berbah Sleman (135 siswa), membuat banyak pihak cukup kalangkabut untuk memeriksa apa yang menjadi penyebabnya. Terutama dinas kesehatan dan kepolisian setempat. Setelah diperiksa, diungkapkanlah dugaan penyebab dari keracunan tersebut berbeda-beda tiap daerahnya.
Semisal keracunan yang terjadi di Berbah Sleman diduga terjadi karena makanan baru dikonsumsi 5,5 jam setelah makanan selesai dimasak, hal ini diduga berpotensi menyebabkan perubahan kandungan makanan sehingga bersifat racun. Berbeda dengan keracunan yang terjadi di Sragen, dari hasil uji laboratorium di Sragen ditemukan bahwa sanitasi lingkungan tersebut menjadi permasalahan utama.
Demikianlah gambaran pelaksanaan program yang dicanangkan pemerintah sebagai program unggulan yang dijanjikan pada saat kampanye pemilu. Dimana sejatinya program tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah malnutrisi dan stunting pada anak-anak, alhasil malah jadi korban keracunan, dan menghambat aktifitas belajarnya karena harus melakukan pemeriksaan medis secara masal.
Terjadinya keracunan berulang, menunjukkan adanya ketidakseriusan dan kelalaian negara, khususnya dalam menyiapkan SOP dan mengawasi SPPG. Bukannya terhindar dari malnutrisi malah kesehatan terganggu bahkan nyawa siswa terancam. Kelalaian inilah yang harus dipertanggungjawabkan oleh seorang pemimpin secara tuntas. Tidak boleh ada normalisasi angka bahwa satu nyawa hanya menjadi kelalaian kecil.
Semua rakyat berhak menuntut atas kelalaian yang dilakukan oleh pemerintah, sekecil apapun, bukan malah berlepas tangan. Sejatinya, semua program yang dilakukan oleh pemerintah adalah semata-mata untuk memenuhi kesejehateraan rakyat, bukan memperkaya pejabat rakyat.
Islam menetapkan negara berperan sebagai pelayan umat, bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan rakyat, di antaranya dengan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dengan berbagai mekanisme yang sesuai dengan syariat. Jika seorang penguasa bertakwa kepada Allah dan selalu merasa terawasi oleh-Nya dalam keadaan rahasia dan terang-terangan, semua itu akan mencegahnya bersikap tirani terhadap rakyat. Meski demikian, takwa tidak akan menghalanginya bersikap tegas dan disiplin.
Ia senantiasa berpegang pada perintah dan larangan-Nya. Karena dia adalah seorang penguasa maka di antara tabiat pekerjaannya adalah menegakkan kedisiplinan dan tegas. Oleh karena itu, Allah memerintahkannya agar bersikap lemah lembut dan tidak menyusahkan rakyat. Dengan jaminan kesejahteraan negara, disertai edukasi tentang Gizi, maka kasus stunting akan dapat dicegah demikian juga masalah gizi lainnya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
