Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Az Zahra Intan Azizia

Rendahnya Literasi Kesehatan: Masalah Lama yang tidak Kunjung Selesai

Pendidikan dan Literasi | 2025-12-10 14:48:46

Di tengah kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi, rendahnya literasi kesehatan di Indonesia masih menjadi masalah yang belum juga terselesaikan. Banyak masyarakat yang masih bingung membedakan mana informasi medis yang valid, mana yang hanya opini, atau bahkan hoaks. Hal yang seharusnya sederhana—seperti memahami cara minum obat, mengenali gejala penyakit, atau membaca hasil pemeriksaan—sering kali menjadi sesuatu yang membingungkan bagi sebagian besar orang. Sayangnya, kondisi ini berdampak langsung pada kesehatan mereka sendiri.

Rendahnya literasi kesehatan terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari. Ada pasien yang menghentikan pengobatan karena merasa “sudah mendingan”, orang tua yang menolak imunisasi karena membaca berita menyesatkan, atau individu yang lebih percaya pada tips kesehatan di media sosial daripada saran dari tenaga kesehatan. Di era digital seperti sekarang, informasi memang mudah diakses, tetapi tidak semuanya benar. Ketika kemampuan masyarakat untuk memilah informasi lemah, risiko salah paham dan salah penanganan meningkat.

Bagi tenaga kesehatan, tantangan ini terasa sangat nyata. Di lapangan, perawat sering menjadi orang pertama yang harus menjelaskan ulang instruksi dokter, menenangkan keluarga yang panik karena membaca berita yang tidak akurat, atau meluruskan kesalahan persepsi tentang penyakit dan pengobatan. Banyak waktu yang seharusnya bisa dipakai untuk tindakan klinis, tetapi harus dialokasikan untuk edukasi dasar yang seharusnya sudah dipahami masyarakat. Padahal, pemahaman pasien tentang kondisi mereka dapat memengaruhi hasil pengobatan secara signifikan.

Masalah literasi kesehatan bukan hanya soal kemampuan membaca, tetapi kemampuan memahami, menganalisis, dan menerapkan informasi kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Faktor penyebabnya pun beragam: tingkat pendidikan, kebiasaan masyarakat yang lebih percaya kabar “katanya”, kurangnya akses edukasi kesehatan yang mudah dipahami, hingga budaya yang masih menganggap kesehatan sebagai urusan tenaga medis semata. Padahal kesehatan adalah tanggung jawab bersama.

Lalu, apa yang bisa dilakukan? Perubahan besar tentu membutuhkan waktu, tetapi langkah kecil bisa dimulai dari mana saja. Pemerintah dan fasilitas kesehatan dapat meningkatkan kampanye edukasi dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. Tenaga kesehatan bisa memperkuat pendekatan edukatif yang lebih ramah dan tidak menggurui. Sementara masyarakat perlu membiasakan diri untuk mencari sumber informasi yang kredibel dan bertanya langsung kepada tenaga kesehatan jika ragu. Peran keluarga, sekolah, dan lingkungan juga tidak kalah penting dalam membangun kebiasaan sadar kesehatan sejak dini.

Rendahnya literasi kesehatan memang masalah lama, tetapi bukan berarti tidak bisa diubah. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat bisa menjadi lebih mandiri dalam menjaga kesehatannya, mengambil keputusan yang tepat, dan mengurangi risiko kesalahan akibat informasi keliru. Pada akhirnya, upaya meningkatkan literasi kesehatan adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat, kritis, dan siap menghadapi tantangan kesehatan di masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image