Program MBG: Niat Mulia yang Terkendala Realita
Ekspresi | 2025-10-09 23:08:53Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah merupakan sebuah langkah strategis untuk mengatasi masalah gizi terutama stunting dan malnutrisi pada anak-anak Indonesia. Sasaran program ini meliputi anak sekolah, ibu hamil, ibu menyusui, serta balita, yang membutuhkan asupan gizi berkualitas untuk menunjang proses tumbuh kembang.
Pemberian MBG pada pelajar diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi belajar sekaligus memperbaiki status gizi mereka. Sedangkan untuk kelompok rentan lainnya yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, pemberian makanan bergizi gratis bertujuan agar sang janin maupun balita tercukupi gizinya sehingga dapat mengurangi angka stunting sejak dini. Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK), mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun merupakan periode emas pertumbuhan. Gizi yang cukup pada fase ini dapat mengurangi angka stunting dengan lebih signifikan, apalagi melihat tingginya prevalensi stunting di Indonesia yaitu sekitar 19,8% (Kemenkes RI, 2025). Meski sudah menurun dibanding tahun sebelumnya, angka itu masihlah tergolong tinggi dan membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Keberhasilan program MBG tentu akan berdampak besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia demi terciptanya Indonesia Emas 2045. Namun, berdasarkan perkembangannya sejauh ini, pelaksanaan program MBG masih jauh dari harapan. Banyak masalah yang menyertai di balik tujuan besar tersebut, misalnya kasus keracunan massal pada anak sekolah di berbagai daerah. Beberapa siswa bahkan harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengonsumsi makanan 'bergizi' tersebut. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang kesiapan pemerintah dalam merealisasikan program MBG. Tergesa-gesanya pelaksanaan program tanpa kesiapan dan pengawasan yang memadai justru hanya menciptakan masalah baru bagi mereka yang menjadi sasaran program MBG.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa penyebab utama keracunan diduga berasal dari dapur penyedia yang tidak memenuhi standar keamanan pangan, proses distribusi yang tidak steril, maupun minimnya keterlibatan ahli gizi dalam penyusunan dan pengawasan menu. Dalam banyak kasus, makanan dimasak jauh sebelum waktu penyajian, sehingga rentan terjadinya pertumbuhan bakteri. Selain itu, masih banyak dapur yang belum memenuhi syarat higienis sesuai standar. Pelaksanaan program yang terkesan terburu-buru untuk mengejar target nasional ini memperbesar peluang terjadinya berbagai risiko yang tidak diharapkan bahkan merugikan. Akibatnya, makanan bergizi seimbang yang dicanangkan dapat menjadi sarana meningkatkan gizi masyarakat hanya akan menjadi sumber penyakit baru.
Program yang sasarannya juga mencakup ibu hamil, ibu menyusui, dan balita ini masih membutuhkan perhatian lebih lanjut. Pengimplementasian untuk kelompok tersebut tergolong masih sangat rendah, sangat ketimpangan dengan pengaplikasiannya pada para anak sekolah. Padahal masalah stunting dapat dicegah secara maksimal dengan pemberian makanan bergizi seimbang pada kelompok ini sehingga dapat menunjang pertumbuhan otak, fisik, dan sistem imun anak pada masa awal pertumbuhan (Hartini dkk., 2023). Bila kelompok ini terabaikan, maka akar masalah gizi buruk akan terhambat penyelesaiannya meskipun anak sekolah sudah mendapatkan makanan bergizi gratis.
Pemerintah hendaknya segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG agar kasus yang sama tidak terulang lagi dan cakupannya semakin merata. Program ini dasarnya memang memiliki banyak manfaat, tetapi kematangan perencanaan juga dibutuhkan agar program ini bukan menjadi sekadar target semata, namun langkah nyata untuk memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kualitas gizi. Keracunan massal dan belum terjangkaunya program MBG secara merata menjadi bukti bahwa kebijakan ini masih belum ideal. MBG harusnya bisa menjadi simbol kepedulian negara terhadap kualitas gizi masyarakat, bukan sekadar proyek yang menciptakan penderitaan baru. Dengan komitmen untuk terus berbenah terutama pada aspek kualitas, MBG masih memiliki potensi besar untuk menjadi program unggulan untuk mewujudkan Generasi Emas 2045 yang sehat dan terbebas dari stunting.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
