Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Septa Yunis

Job Hugging: Fenomena Orang Bertahan di Kerjaan yang Nggak Disuka

Politik | 2025-10-09 08:44:17

Pernah Dengar Job Hugging?
Bayangin gini deh: ada kakak kelas SMA yang baru lulus kuliah, akhirnya dapat kerja. Awalnya seneng banget. Tapi lama-lama kerjaan itu bikin capek, bosen, bahkan nggak sesuai sama minatnya. Tapi dia tetap bertahan. Kenapa? Karena takut kalau keluar, malah jadi pengangguran.Nah, itulah yang disebut job hugging. Istilah ini lagi sering dibahas, bukan cuma di Indonesia, tapi juga di luar negeri kayak Amerika.

Kenapa Bisa Terjadi?

Fenomena ini muncul karena kondisi dunia kerja sekarang memang lagi nggak menentu. Coba kita lihat beberapa faktanya:Ekonomi lesu – banyak perusahaan nggak bisa berkembang maksimal.PHK meningkat – banyak pekerja yang harus keluar karena perusahaan merugi.Pasar kerja sempit – lowongan kerja nggak sebanding dengan jumlah lulusan sekolah dan kampus.Kurikulum kampus udah menyesuaikan dunia kerja, tapi dunia kerja itu sendiri penuh ketidakpastian.Akhirnya, banyak orang memilih aman: bertahan di pekerjaan yang ada meskipun udah nggak bikin mereka berkembang.Bahasa gampangnya: daripada nganggur, mending tetap kerja meskipun nggak happy.

Apa Hubungannya Sama Kapitalisme Global?

Kalau ditarik lebih jauh, ternyata fenomena job hugging ini nggak bisa dilepaskan dari sistem besar bernama kapitalisme global.Di sistem ini:Negara sering lepas tangan soal lapangan kerja.Perusahaan swasta jadi penopang utama ekonomi.Sumber daya alam sering dikuasai segelintir kapitalis, bukan untuk rakyat.Banyak praktik ekonomi ribawi (berbasis bunga/utang) yang nggak bikin lapangan kerja baru.Makanya, orang-orang akhirnya jadi “korban sistem”. Mereka harus bekerja keras hanya demi bertahan hidup, bukan karena pekerjaan itu sesuai passion atau cita-cita.

Islam Punya Solusi Berbeda

Kalau kita bandingin dengan Islam, cara ngatur kerjaan dan pendidikan tuh beda banget.Negara hadir penuh Dalam Islam, negara (khilafah) wajib jadi penanggung jawab utama urusan rakyat, termasuk lapangan kerja. Jadi, rakyat nggak dibiarkan cari kerja sendiri tanpa jaminan.Kelola SDA dan Industrialisasi Sumber daya alam dikelola negara buat kepentingan rakyat. Selain itu, negara juga dorong industrialisasi, kasih tanah produktif, bantuan modal, sampai skill training biar orang bisa kerja atau usaha.Kerja = Ibadah Dalam Islam, kerja bukan sekadar cari uang. Niatnya ibadah, jadi semangatnya bukan cuma materi, tapi juga pahala dan manfaat buat masyarakat.Negara melayani dengan ibadah Pemimpin dalam Islam ngurus rakyatnya karena tanggung jawab di hadapan Allah, bukan sekadar ngejar angka ekonomi atau pencitraan.

Apa Pelajaran Buat Kita Sebagai Pelajar?

Mungkin kita mikir, “kan kita masih sekolah, belum kerja. Jadi apa hubungannya sama kita?” Justru banyak banget pelajaran yang bisa kita ambil:Belajar serius biar punya skill dan ilmu yang bermanfaat nanti.Kenali tujuan hidup – jangan cuma mikirin “asal kerja”, tapi kerja yang bikin kita berkembang dan bermanfaat.Jangan gampang nyerah – dunia kerja memang penuh tantangan, tapi kalau kita niat ibadah, semangat itu beda rasanya.Sadar sama sistem – ngerti kalau fenomena kayak job hugging muncul karena sistem kapitalisme. Artinya, kita perlu mikir solusi jangka panjang, bukan sekadar pasrah.
Penutup
Job hugging itu realita yang banyak dialami anak muda zaman sekarang. Mereka bertahan di kerjaan yang nggak disuka demi keamanan finansial. Tapi kalau sistem ekonomi terus kayak sekarang, fenomena ini akan makin banyak.Islam kasih gambaran lain: negara hadir penuh, kerja dibingkai ibadah, dan rakyat diberi kesempatan untuk berkembang. Jadi, bukan cuma asal kerja, tapi kerja yang bermakna dan bikin hidup lebih tenang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image