Sektor Properti sebagai Motor Penggerak Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global
Properti | 2025-10-07 21:56:57Artikel ini diambil dari The Role of Real Estate Development in Employment Creation in Emerging Economies (Journal of Property Research) dan Cross-Cultural Management and Property Development in Global Contexts lalu dari buku Principles of Economics Cengage Learning.Dan juga dari Materi Ekonomi Properti dan Pertumbuhan Ekonomi
Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian, sektor properti sering kali menjadi cermin dari kondisi ekonomi suatu negara. Di Indonesia, geliat pembangunan kawasan hunian, pusat bisnis, dan proyek infrastruktur besar seperti Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi bukti nyata bahwa sektor ini mampu menggerakkan roda perekonomian secara signifikan. Lebih dari sekadar urusan developer dan harga tanah, properti memiliki peran penting dalam memperkuat fondasi ekonomi nasional serta menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih luas.
Menurut Mankiw (2020) dalam Principles of Economics, investasi di sektor konstruksi dan properti merupakan bagian dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang menjadi salah satu indikator utama pertumbuhan ekonomi. Ketika aktivitas pembangunan meningkat, kebutuhan terhadap tenaga kerja, bahan bangunan, dan jasa pendukung juga ikut naik. Dampaknya, tercipta efek berantai atau multiplier effect yang memperkuat kinerja sektor-sektor lain dalam perekonomian. Data Badan Pusat Statistik (BPS, 2024) juga menunjukkan bahwa kontribusi sektor real estate terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 13,5% dengan pertumbuhan tahunan sebesar 5,1%. Fakta ini membuktikan bahwa meskipun menghadapi tekanan inflasi global dan dampak pasca-pandemi, sektor properti tetap menjadi salah satu penopang utama stabilitas ekonomi Indonesia.
Selain berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor properti juga memiliki efek berganda dalam menciptakan lapangan kerja. Pembangunan gedung, perumahan, dan kawasan industri melibatkan banyak pihak, mulai dari arsitek, kontraktor, hingga pelaku industri kecil seperti penyedia bahan bangunan dan furnitur. Penelitian oleh Kurekova & Skrivanek (2021) dalam Journal of Property Research menunjukkan bahwa pengembangan sektor real estate di negara berkembang berperan penting dalam menurunkan pengangguran struktural dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Di Indonesia sendiri, Kementerian PUPR (2023) mencatat bahwa program One Million Houses telah menciptakan lebih dari 400 ribu lapangan kerja baru sejak tahun 2022, yang sekaligus mendorong peningkatan ekonomi masyarakat di berbagai daerah.
Pertumbuhan sektor properti juga berhubungan erat dengan pembangunan infrastruktur dan peningkatan konektivitas ekonomi. Pembangunan yang terintegrasi dengan jaringan transportasi publik serta fasilitas umum dapat memperluas akses ekonomi masyarakat dan meningkatkan produktivitas wilayah. Contohnya terlihat pada kawasan transit-oriented development (TOD) di Jabodetabek, di mana properti menjadi katalis untuk efisiensi mobilitas dan peningkatan nilai ekonomi kawasan. Hal ini sejalan dengan pandangan Calvelli & Cannavale (2019) yang menegaskan bahwa keberhasilan sektor properti tidak hanya bergantung pada pembangunan fisik, tetapi juga pada strategi tata ruang dan kebijakan lahan yang berkelanjutan. Dengan perencanaan yang tepat, pembangunan properti dapat menjadi instrumen pemerataan pembangunan antarwilayah dan mengurangi kesenjangan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Namun, di balik potensi besar yang dimiliki, sektor properti Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kenaikan harga tanah di kota-kota besar yang membuat kepemilikan rumah semakin sulit dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Berdasarkan survei Bank Indonesia (2025), harga rumah tapak di kawasan Jabodetabek meningkat sebesar 6,2% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama akibat keterbatasan lahan dan tingginya permintaan. Di sisi lain, regulasi pertanahan yang tumpang tindih dan proses perizinan yang panjang juga menjadi hambatan bagi investor maupun pengembang lokal. Oleh karena itu, reformasi tata kelola lahan, percepatan digitalisasi perizinan, serta perluasan program perumahan rakyat menjadi langkah strategis agar pertumbuhan sektor ini dapat lebih inklusif dan berkeadilan.
Pada akhirnya, sektor properti tidak dapat dipandang hanya sebagai kegiatan pembangunan fisik, melainkan sebagai bagian integral dari strategi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Ketika dikelola dengan visi jangka panjang yang menyeimbangkan antara investasi, lingkungan, dan kebutuhan sosial, sektor ini dapat menjadi motor penggerak ekonomi yang sesungguhnya. Proyek-proyek besar seperti pembangunan IKN dan kawasan industri baru membuktikan bahwa properti mampu menjadi instrumen transformasi ekonomi Indonesia. Dengan kebijakan yang tepat, sektor ini bukan hanya membangun gedung-gedung tinggi, tetapi juga membangun fondasi ekonomi yang tangguh, produktif, dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
