Visi Pendek, Kerugian Panjang: Mengapa Proyek Hari Ini Merusak Masa Depan Kita?
Politik | 2025-10-06 14:44:58Perencanaan pembangunan seharusnya menjadi sebuah arah bagi negara, dimana arah tersebut bertujuan untuk mencapai masa depan yang diimpikan. Namun, di Indonesia, arah ini sering diatur ulang setiap lima tahun sekali, dan disesuaikan dengan arah politik dan keinginan pemimpin baru.Inilah kelemahan kronis pada perencanaan kita dimana terjebak dalam siklus politik jangka pendek, yang secara langsung mengabaikan visi transformatif dan berkelanjutan bagi generasi yang akan datang. Akibatnya, alih - alih membangun fondasi yang kuat, kita hanya menumpuk proyek yang tidak ada keberlanjutannya sehingga, rentan untuk dihentikan, diubah, bahkan diabaikan ketika kepemimpinan berganti.
Setiap pergantian kepemimpinan, program unggulan yang menelan triliun rupiah seringkali mengalami nasib yang mengenaskan, terbengkalai atau dirombak total. Sikap ketidakserasian ini menciptakan pemborosan anggaran yang masif. Dana yang seharusnya bisa digunakan untuk sektor krusial eperti pendikan yang berkualitas atau layanan publik lainnya, justru habis untuk memulai awal proyek yang mangkrak. Ironisnya, pemimpin justru lebih sibuk mengejar realisasi fisik dalam satu periode, hanya demi warisa politik, bukan demi dampaknya pada kualitas hidup, ketahanan ekologi, dan daya saing dalam dua puluh tahun yang akan datang.
Fokus yang terlalu sempit pada periode lima tahunan ini juga membuat kita terabaikan pada urgensi pembangunan berkelanjutan. Misalnya, proyek - proyek yang didorong cepat demi pertumbuhan ekonomi sesaat yang seringkali mengorbankan kelestarian lingkungan, memicu adanya tebang liar, atau memperparah krisisnya air bersih. Dampak negatif dari perencanaan yang terlalu terburu - buru ini baru akan dirasakan sepenuhnya oleh generasi yang akan mendatang, saat sumber daya alam mulai menipis dan berbagai bencana alam terjadi. Pembangunan yang ideal tiddak hanya dapat diukur dari angka Produk Domestik Bruto hari ini, tetapi dari seberapa besar kita berhasil dalam menjaga semua asset dari alam dan sosial untuk diwariskan.
Lalu, bagaimana kita dapat keluar dari jebakan visi pendek ini? Kuncinya adalah penguatan pada kelembagaan dan komitmen politik terhadap Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Program tersebut seharusnya diperlukan sebagai konstitusi pembangunan, sebuah pakta suci lintas partai yang harus ditaati oleh pemimpin, terlepas dari warna benderan politiknya. Badan perencanaan, seperti Bappenas dan Bappeda harus diberi kekuasaan yang lebih besar untuk membatalkan usulan program yang tidak sejalan dengan visi jangka panjang yang telah disepakati.
Jika kita tidak segera mengubah paradigma ini, kita akan terus berputar di dalam zona perencanaan yang mahal dan sia -sia. Sudah saatnya bagi para pemangku kepentingan untuk mengesampingkan ambisi elektoral jangka pendek. Prioritas harus dialihkan dari proyek yang menarik secara politis menjadi investasi strategis yang dapat menjamin masa depan bangsa. Hanya dengan visi pembangunan yang kuat, matang, dah dihormati lintas periode, maka kita akan bisa memastikan bahwa proyek hari ini benar - benar menjadi tangga menuju kemajuan, bukan menuju kerugian panjang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
