Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image kirani putri khairunnisa

Pertemuan Ke Lima Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Info Terkini | 2025-10-05 12:54:44

Pertemuan kali ini dilaksanakan di teater Fdikom lantai 6. Kali ini kita mendengarkan presentasi kelompok 1 dari ke lima kelas, kelas A, B, C, dan D. Setelah kelasnya selesai tentunya Bapak Rizal tidak lupa memberikan tugas mingguan yaitu menulis artikel. Artikel milik Bapak Rizal yang saya ringkas kali ini berjudul

"Pelajaran dari Nepal: Demokrasi yang Berlumur Darah"

Artikel ini cerita soal tragedi di Nepal, yang jadi contoh pilu banget gimana demokrasi bisa ambruk gara-gara pemerintah gak peka sama suara rakyat. Demo gede-gedean dimulai dari larangan akses medsos, yang lalu nyebar jadi aksi protes massal di Kathmandu buat bela hak bicara dan keadilan sosial. Sayangnya, respons pemerintah malah pake kekerasan brutal dari aparat keamanan, bikin banyak korban jiwa, dan kejadian ini jadi simbol penindasan yang kejam.

Awal mula masalahnya adalah blokir platform medsos, yang dianggap cara buat bungkam kebebasan berpendapat, dan langsung nyulut amarah besar dari masyarakat. Lebih dalam lagi, ini akarnya dari kekecewaan rakyat yang udah numpuk soal korupsi, nepotisme, plus kesenjangan ekonomi-sosial yang makin parah. Medsos itu kan tempat favorit buat mereka curhat dan nyuarain pendapat, jadi diblokir malah putusin jalur komunikasi antara pemerintah dan warganya.

Pemerintah lebih suka main otoriter satu arah daripada dialog bareng, balas protes pake gas air mata, peluru karet, sampe tembakan nyata. Kekerasan kayak gini ngerusak fondasi legitimasi politik mereka, ubah demokrasi yang seharusnya forum diskusi jadi alat buat nindas aja. Larangan medsos akhirnya dicabut setelah kejadian, tapi udah telat buat sembuhin luka hati yang dalam di kalangan masyarakat secara keseluruhan.

Demokrasi yang asli gak cuma soal pemilu rutin doang; harus ciptain lingkungan komunikasi yang terbuka, biar warga bisa kritik tanpa takut. Aspirasi rakyat itu dasar utama buat negara yang sah; kalo diabaikan, risikonya chaos besar. Nepal sekarang butuh keadilan buat korban-korbannya, pertanggungjawaban polisi, dan pemerintah yang lebih transparan biar kepercayaan bisa pulih. Buat negara lain kayak Indonesia, ini jadi cermin buat inget-inget sejarah represi dulu, supaya suara oposisi gak lagi dianggap ancaman dan kita bisa hindarin "demokrasi berdarah" di masa depan.

Sekian,

Terima Kasih.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image