Napak Tilas Malaka: Persimpangan Sejarah, Islam, dan Perdagangan Global (Part. 1)
Ekonomi Syariah | 2025-09-26 16:46:36
Perjalanan menuju Malaka Sebagai Pusat Perdagangan Global pada 10 September 2025, dimulai dari keikusertaan kami pada Kolokium Antarbangsa Siswazah Pengajian Islam (KASPI 2025) Cabaran Multidisplin dan Kecerdasan Buatan yang diselenggrakan oleh Fakulti Pengajian Islam Universiti Kebangsaan Malaysia yang dilaksanakan pada 09 September 2025.
Seminar internasional tersebut melibatkan kerja sama 2 universitas pada 2 negara, yaitu Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia dan Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia. Kolokium ini mencakup berbagai program studi, di antaranya Jabatan Alquran dan Alsunnah, Jabatan Bahasa Arab dan Tamadun Islam, Jabatan Dakwah dan Kepemimpinan, Jabatan Shariah, dan Jabatan Usuluddin dan Falsafah. Adapun dari instusi kami melibatkan Prodi Doktor Ekonomi Syariah, Doktor Pendidikan Agama Islam, Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagai Panitia Pelaksana dari institusi.
Sedikit alur mundur saat kedatangan kami di Bandara Internasional KLIA 1-Kuala Lumpur pada 8 September 2025 Pukul 08.10 setelah menempuh perjalanan sekitar hampir 2 jam dari Bandara Soekarno Hatta.
Perjalanan kemudian dilanjutkan ke pusat pemerintahan negara Malaysia, yaitu Putrajaya yang berarti Putra (anak lelaki yang berhasil). Didirikan oleh Mantan Perdana Menteri Mahathir Mohammad, Semoga Allah Menjaganya, dengan dana negara sendiri tanpa bantuan pihak asing. Sosok yang sangat penulis kagumi sedari kecil, senang menonton beliau bersama Kakek Rahimahullah dan usia keduanya sepantaran di TVRI pada program Dunia dalam Berita yang khusus mewartakan kejadian luar negeri saat itu. Kini beliau sudah berusia 100 tahun tetapi masih produktif menulis dan menjadi pembicara di forum nasional dan internasional. Semoga Allah mengaruniakannya usia yang panjang dan berkah.
Pada pukul 04.00 petang lawatan singkat karena hujan akan segara turun dilanjutkan ke Ibu Kota Negara Malaysia yang akrab disingkat dengan KL, Kuala Lumpur tepatnya ke Twin Tower Menara Petronas yang ramai dikunjungi wisatawan asing, hampir-hampir kami tidak menemukan wajah etnis Melayu kecuali sangat sedikit sekali. Lagi-lagi mereka mampu menjadikan ikon negaranya menjadi pusat warisata internasional.
Hari berikutnya, merupakan acara inti kegiatan kami untuk memperesentasekan artikel pada Jabatan Syariah Doktor Falsafah di Bilik Mesyuarat Aras I, bermakna Ruang Rapat Lantai 1, Fakulti Pengajian Islam sejak pukul 08.00 pagi sampai dengan 04.00 petang waktu Malaysia yang dibagi ke dalam 2 sesi bersama Ph. D Student UKM dari Jabatan Syariah sebanyak 3 orang. Fasilitas di dalamnya juga sangat canggih dengan 2 Smart TV untuk mempermudah melihat presentase dari arah depan dan belakang.
Satu hal lagi mereka bangga menggunakan bahasa Melayu bahkan menjadi bahasa pengantar wajib di kampus tersebut, meskipun begitu UKM tetap menempati peringkat ke-2 di Malaysia dan 126 Dunia. Akan tetapi, mereka juga menguasai bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa internasional dengan sangat fasih, terbukti dari tanggapan setiap “Pensyarah” (Dosen Tim Penilai) ketika ada “Pembentang” (Presenter) menggunakan kedua bahasa tersebut. Sesuatu yang langka kami temui di Indonesia, umumnya hanya menguasai English atau Arabic tidak sekaligus keduanya secara fluent.
Mungkin sudah banyak yang menulis lawatannya ke Negeri Jiran, akan tetapi kami ingin sedikit berbagi hal yang kami temui di sana. Masih penasaran dengan kelanjutannnya, ikuti terus update-nya, terima kasih sudah membaca.
Husnul Khatimah
*) Mahasiswa Program Doktor Ekonomi Syariah Universitas Ibn Khaldun Bogor
Di Sudut Kota Santri, Penjara Suci Para Penuntut Ilmu Syar’i, Institut Muslim Cendekia (Dulunya bernama STIBA Ar Raayah)
Sukabumi, 17 September 2025.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
