Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nanik Ika

Stop Tawuran antar Pelajar

Eduaksi | Wednesday, 09 Mar 2022, 13:02 WIB

Tawuran antar pelajar sudah menjadi persoalan klasik yang tidak pernah terselesaikan dengan baik dan sering muncul di pemberitaan berbagai media diantaranya yang dikutip dari republika.co.id (08/03/22) tawuran antar pelajar sekolah menengah pertama (SMP) terjadi di Jalan Poris Indah, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang, Ahad (6/3) melukai sebanyak tiga orang, sementara enam orang pelajar diamankan pihak kepolisian.

Sekitar seminggu sebelumnya Aggota Satlantas Polres Semarang menggagalkan aksi tawuran yang melibatkan sejumlah siswa SMP, di jalan utama Bawen-Salatiga, di wilayah Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Senin (14/2) petang. Delapan siswa SMP diamankan berikut sejumlah peralatan yang diduga akan digunakan sebagai senjata dalam aksi tawuran ini. Beberapa di antaranya adalah senjata tajam (sajam) jenis sabit dan sabuk gir sepeda motor.(republika.co.id, 15/02/22). Jika diamati tawuran antar pelajar ini bukan dikenal lagi sebagai kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan sekolah akan tetapi telah melebar ke jalan-jalan umum bahkan tidak jarang merusak fasilitas umum.

Terus berulangnya kasus tawuran serta penggunaan senjata tajam hingga memakan korban jiwa, mestinya mendorong evaluasi mendasar pada sistem pembangunan generasi (Pendidikan di keluarga, sekolah dan lingkungan)

Namun sayangnya corak kehidupan saat ini sangat dipengaruhi oleh cara pandang dari barat yaitu paham sekularisme liberalisme paham ini mengantarkan manusia pada kondisi bahwa kehidupan mereka dipisahkan dari agama, pemisahan ini melahirkan kebebasan dalam diri manusia manusia, sehingga manusia bisa berbuat sesuka hati mereka tanpa takut jika perbuatan mereka merugikan orang lain termasuk kemaksiatan dan mendapat dosa. Akhirnya paham sekularisme liberalisme ini memunculkan kondisi remaja seperti sekarang yaitu kematangan fisik yang tidak diimbangi dengan kematangan dalam hal ketaatan, alhasil untuk mendapatkan eksistensinya tawuran antar pelajar menjadi solusi mereka.

Cara pandang paham sekularisme liberalisme sangat berbeda dengan corak pendidikan jika diatur dengan cara pandang Islam. Islam memandang bahwa generasi muda adalah aset bangsa. Sehingga pendidikan Islam tidak hanya dicukupkan dalam lingkungan keluarga saja, tapi juga di masyarakat dan negara.

Dalam keluarga Islam telah memerintahkan para orangtua untuk mendidik anak mereka dengan ketakwaan dan ketaatan anak-anak bisa diajarkan secara Dini. Islam memerintahkan agar masyarakat hidup dalam kondisi saling tolong menolong dan Amar ma'ruf nahi mungkar sehingga suasana yang terbentuk dalam masyarakat tidak lain adalah suasana yang terbentuk dalam masyarakat tidak lain adalah suasana keimanan bukan suasana menunjukkan eksistensi dengan jalan yang salah seperti tawuran. Sedangkan negara berperan untuk menyediakan pendidikan yang berbasis akidah Islam sehingga dari lembaga pendidikan terbentuk generasi yang memiliki syahsiyah Islam yaitu pola pikir dan pola sikap sesuai dengan ajaran Islam. Sudah saatnya kembali kepada syari'at Islam kaffah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image