Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Natalia Ais Walinono

Makan Bergizi Gratis, Solusi atau Sekadar Tambal Sulam

Politik | 2025-01-08 09:46:05
Sumber: Pinterest/@Tempodotco

Presiden Prabowo Subianto telah meluncurkan program makan bergizi gratis di sekolah sebagai salah satu kebijakan unggulannya. Kebijakan ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan gizi buruk yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, hampir 22% anak-anak Indonesia mengalami kekurangan gizi. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mereka, tetapi juga memengaruhi kemampuan belajar dan masa depan mereka. Program makan bergizi gratis juga telah diterapkan di berbagai negara. Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat bahwa 76 negara telah menjalankan kebijakan serupa dengan hasil yang cukup positif. Presiden Prabowo, dalam pernyataannya pada 22 Mei 2024 pada wawancara khusus tvOne, menekankan bahwa program ini tidak hanya akan membuat anak-anak lebih sehat, tetapi juga meningkatkan semangat dan kemampuan belajar mereka. Selain itu, program ini dianggap dapat menjadi stimulus bagi pembangunan ekonomi karena bahan bakunya diambil dari desa-desa setempat. Dengan anggaran sebesar Rp10.000 per anak per hari, kebijakan ini diharapkan membawa manfaat besar bagi generasi muda dan masyarakat desa.

Namun, kebijakan ini menuai pertanyaan mengenai efektivitasnya. Meski memiliki manfaat yang menjanjikan, program ini juga menghadapi kritik, terutama terkait dengan akar permasalahan yang menyebabkan kekurangan gizi pada anak-anak Indonesia. Program makan bergizi gratis memang dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, sehingga mereka dapat tumbuh dan belajar dengan lebih baik. Anak-anak yang mendapatkan gizi cukup akan memiliki kesehatan yang lebih baik dan konsentrasi belajar yang lebih tinggi. Dalam jangka panjang, kebijakan ini dapat meningkatkan prestasi akademik siswa, yang pada gilirannya mendukung pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.

Di sisi lain, kebijakan ini juga memberikan dampak positif pada perekonomian lokal. Dengan menggunakan bahan baku yang diambil dari desa-desa setempat, pemerintah mendukung petani dan produsen lokal. Hal ini membantu meningkatkan pendapatan masyarakat desa sekaligus menciptakan siklus ekonomi yang sehat. Namun, manfaat ini harus diimbangi dengan pengelolaan anggaran yang efisien, mengingat jumlah dana yang diperlukan sangat besar, mencapai triliunan rupiah per tahun.

Kendati demikian, kebijakan ini menghadapi kritik karena dianggap hanya mengatasi gejala, bukan akar masalah. Kekurangan gizi pada anak-anak sering kali disebabkan oleh kemiskinan struktural, akses pendidikan yang rendah, dan kurangnya kesadaran gizi di tingkat keluarga. Masalah ini tidak dapat diselesaikan hanya dengan memberikan makan bergizi gratis di sekolah. Salah satu tantangan utama dalam program ini adalah kebutuhan akan pengelolaan yang efisien. Pengadaan dan distribusi bahan makanan memerlukan infrastruktur yang memadai. Di daerah-daerah terpencil seperti Kalimantan dan wilayah timur Indonesia, biaya transportasi yang tinggi menyebabkan harga bahan baku menjadi mahal. Masalah ini menunjukkan perlunya investasi besar dalam perbaikan infrastruktur transportasi agar distribusi bahan makanan berjalan lancar dan efisien.

Selain itu, kebijakan ini memunculkan risiko menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah. Alih-alih memelihara kondisi kemiskinan dengan memberikan bantuan langsung, pemerintah seharusnya membangun akses yang memungkinkan masyarakat memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pemberdayaan ekonomi, misalnya melalui penciptaan lapangan kerja dan pelatihan keterampilan, dapat membantu keluarga meningkatkan pendapatan mereka sehingga mampu memenuhi kebutuhan gizi anak-anak tanpa bergantung pada bantuan pemerintah. Masalah lain yang perlu diperhatikan adalah sistem pendidikan Indonesia. Banyak guru, terutama yang berstatus honorer, masih menerima gaji rendah. Kondisi ini memengaruhi motivasi mereka dalam mengajar, sehingga berdampak pada kualitas pendidikan. Dengan meningkatkan kesejahteraan guru, memberikan pelatihan, dan memperbaiki kurikulum, pemerintah dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi siswa.

Edukasi gizi kepada keluarga juga menjadi langkah penting dalam menyelesaikan masalah ini. Dengan memberikan pengetahuan tentang pentingnya pola makan sehat, orang tua dapat lebih memahami bagaimana memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka. Program edukasi ini dapat dilengkapi dengan subsidi bahan makanan sehat bagi keluarga kurang mampu. Kebijakan makan bergizi gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesehatan dan semangat belajar anak-anak Indonesia, sekaligus memberikan dampak positif pada perekonomian lokal. Namun, efektivitas kebijakan ini sangat bergantung pada bagaimana kebijakan tersebut diimplementasikan dan bagaimana pemerintah menangani masalah mendasar lainnya. Alih-alih hanya berfokus pada bantuan langsung, pemerintah perlu mempertimbangkan pendekatan yang lebih komprehensif.

Dengan membangun sistem pendidikan yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan guru, memperbaiki infrastruktur, dan memberdayakan masyarakat, Indonesia dapat menciptakan generasi yang tidak hanya sehat tetapi juga mandiri dan berkualitas. Langkah-langkah strategis ini tidak hanya akan membantu mengatasi masalah gizi buruk, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh bagi masa depan bangsa. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia dapat memastikan bahwa setiap anak mendapatkan kesempatan terbaik untuk tumbuh, belajar, dan berkontribusi bagi kemajuan negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image