Interteks dalam Sastra Indonesia Modern
Pendidikan dan Literasi | 2025-09-21 21:04:18
Pengertian
Dalam pengertian yang agak awam, intertekstualitas dianggap sebagai proses pembandingan suatu teks tertentu dengan teks lain yang juga tertentu. Hawthorn (1992:85) menyatakan bahwa istilah transtekstualitas lebih sesuai untuk itu: pengungkapan hubungan-hubungan yang lebih jelas antara teks-teks tertentu, atau antara dua teks tertentu. Tidak jarang pengertian ini juga mengandung peng-ertian mencari atau menjelaskan asal-usul suatu teks.
Konsep-Konsep
- Intentional fallacy : Konsep pertama itu menyata-kan bahwa karya sastra sama sekali harus dipisahkan dari 'maksud' pengarang ketika menciptakannya; juga harus dijauhkan dari segala sesuatu yang merupakan konteks sosial waktu diciptakannya. Dalam menganalisis teks sastra, biografi pengarang, misalnya, sama sekali tidak boleh dipergunakan untuk menentukan 'makna'-nya.
- Affective fallacy : Konsep kedua mengharamkan keterlibatan pribadi pembaca dalam menghadapi teks sastra. Kritik ini menyatakan bah-wa kritikus harus membuang jauh-jauh dampak moral dan psikolo-gis yang mungkin ditimbulkan karya sastra terhadap pembaca.
Pendekatan
- Luxemburg dkk., (1984: 61) menyatakan bahwa dekonstruksi berkaitan dengan penelitian mengenai intertekstualitas, yakni kegiatan mencari berkas-berkas teks-teks lain dalam suatu teks.
- Julia Kris-teva menyatakan bahwa setiap teks mengambil bentuk sebagai su-atu mosaik acuan/kutipan, setiap teks merupakan penyerapan dan transformasi teks-teks lain (Culler, 1975:139).
- Hawthorn (1992:85) menyatakan bahwa istilah transtekstualitas lebih sesuai untuk itu: pengungkapan hubungan-hubungan yang lebih jelas antara teks-teks tertentu, atau antara dua teks tertentu.
- Genette (Allen, 2000:221; Chandler, 2000) memberi makna lain pada istilah transtektualitas. Ia mengusulkan istilah transtekstualitas sebagai sesuatu yang lebih luas cakupannya dari intertekstualitas. Ia membuat daftar lima subtipe: (i) interteks-tualitas: kutipan, plagiarisme, alusio; (ii) paratekstualitas: hubungan antara teks dan 'parateks'-nya, seperti judul, sampul buku, ucapan terima kasih, dan lain-lain; (iii) arkitekstualitas: penamaan teks se-bagai satu bagian dari satu atau lebih genre; (iv) metatekstualitas: komentar kritis secara implisit maupun eksplisit dari suatu teks terhadap teks lain; dan (v) hipotekstualitas atau hipertekstualitas: hubungan antara sebuah teks dengan sebuah teks yang mendahulu-inya (hipoteks) yang dijadikan landasan, tetapi yang dirombak dan diperbaikinya dalam bentuk parodi, satire, pengembangan, atau terjemahan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
