Menjaga Martabat Bangsa Arab Pasca Serangan terhadap Qatar
Politik | 2025-09-20 10:38:04
Serangan Israel ke Qatar tentunya mengagetkan warga dunia. Bagaimana tidak, warga dunia pun bertanya-tanya akan banyak hal dari peristiwa tersebut. Terlebih, Qatar dikenal memiliki kedekatan istimewa dengan Amerika Serikat.
Serangan Israel ke Doha, ibu kota Qatar, bukan hanya sekadar aksi militer. Itu adalah tamparan keras terhadap wibawa dan martabat bangsa Arab. Doha bukan hanya kota modern yang menjadi simbol kemajuan ekonomi dan diplomasi kawasan. Doha juga menjadi wajah peradaban Arab di mata dunia. Menyerang Doha berarti menginjak harga diri bangsa Arab, menodai kehormatan bersama, dan meruntuhkan marwah bangsa Arab yang telah dijaga selama berabad-abad.
Bangsa Arab, dengan sejarah panjangnya sebagai pusat ilmu, perdagangan, dan peradaban, tentu tidak bisa menganggap enteng serangan semacam itu. Sebab, luka di Doha bukan hanya luka bagi rakyat Qatar, tetapi luka kolektif bagi seluruh umat Arab. Sama halnya dengan menyakiti satu tubuh, rasa sakitnya akan dirasakan oleh semua anggota tubuh lainnya. Bahkan, luka itu pun dirasakan oleh bangsa lain di luar Arab, seperti Indonesia.
Serangan Israel ke Doha jelas merupakan pesan provokatif. Serangan itu menjadi sebuah upaya untuk merendahkan martabat Arab, menantang persatuan mereka, dan menunjukkan bahwa kedaulatan bangsa Arab bisa diganggu sesuka hati.
Namun, di balik ancaman itu, bangsa Arab memiliki pilihan: membiarkan kehormatan mereka diinjak, atau bangkit bersatu menunjukkan bahwa serangan terhadap satu negara Arab sama artinya dengan serangan terhadap seluruh bangsa Arab. Sebab, marwah dan harga diri tidak bisa ditawar, dan martabat tidak boleh runtuh hanya karena keangkuhan satu negara. Bukan hanya bangsa Arab, umat Islam di berbagai dunia pun tergugah menanggapi keangkuhan negara yahudi tersebut.
Mungkin sudah saatnya bangsa Arab dan umat Islam memperkuat komitmen persatuannya di tengah ancaman yang sudah jelas di depan mata. Ini adalah momentum menentukan sikap bersama agar kesewenang-wenangan terhadap dunia Arab dan umat Islam tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Salah satu aksi bersama yang bisa dilakukan adalah bersama-sama melarang pesawat Israel, baik komersil maupun militer untuk melintas di wilayah negara Arab. Sebab, ruang udara adalah salah satu jalur strategis dalam hubungan antarnegara. Jika negara-negara Arab sepakat menutup ruang udara mereka bagi Israel, dampaknya akan sangat besar, baik secara politik, ekonomi, maupun keamanan.
Dari sisi geopolitik, larangan ini akan menjadi sinyal kuat bahwa Israel benar-benar dikucilkan di kawasan regional. Seluruh penerbangan sipil maupun kargo Israel akan terisolasi dari akses langsung ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Lebih dari itu, pesan politiknya akan sangat jelas, yakni Israel tidak diterima dalam tatanan kawasan sehingga tekanan internasional terhadap kebijakan mereka semakin kuat.
Secara ekonomi dan logistik, kerugian yang akan dialami Israel akan lebih nyata. Israel akan kehilangan akses jalur penerbangan tercepat menuju Asia, Afrika, dan sebagian Eropa. Pesawat Israel harus memutar jauh melalui Laut Tengah, Eropa, atau bahkan jalur selatan melewati Samudra Hindia. Konsekuensinya, antara lain:
- Biaya bahan bakar meningkat tajam, karena jalur lebih panjang.
- Waktu tempuh penerbangan lebih lama, mengurangi daya saing maskapai Israel.
- Harga tiket dan ongkos kargo melonjak, yang pada akhirnya membebani masyarakat dan dunia usaha di Israel.
- Ekspor dan impor terganggu, karena barang tidak bisa sampai dengan cepat, terutama produk yang sensitif waktu, seperti hasil pertanian atau barang industri berteknologi tinggi.
Dari sisi keamanan, isolasi ruang udara juga mempersempit ruang gerak militer Israel. Pesawat tempur dan angkatan udara mereka akan kesulitan melakukan operasi jarak jauh atau manuver strategis ke luar kawasan, karena semua jalur potensial tertutup oleh larangan terbang. Kondisi ini tentu melemahkan posisi strategis Israel di kawasan.
Bayangkan Israel seperti seorang pedagang di pasar yang biasanya lewat jalan pintas untuk menuju tokonya. Selama ini, ia bisa sampai lebih cepat, hemat tenaga, dan hemat ongkos. Namun, tiba-tiba semua jalan pintas ditutup oleh para tetangga. Ia terpaksa memutar jauh melewati jalan besar yang padat dan mahal ongkosnya. Hasilnya, ia datang terlambat, dagangan cepat rusak, ongkos transportasi membengkak, dan pembeli pun mulai enggan berbelanja karena harga dagangannya lebih mahal.
Begitulah kira-kira kerugian besar yang akan dialami Israel jika seluruh negara Arab kompak menutup ruang udara mereka. Bukan hanya soal tambahan biaya penerbangan, tetapi juga bentuk isolasi diplomatik dan strategis yang sangat terasa dampaknya bagi keberlangsungan negara tersebut.
Jika bangsa Arab bisa melakukannya, selain kerugian besar yang bisa dialami Israel, wibawa dan martabat bangsa Arab akan terjaga. Kawasan Timur Tengah pun terbebas dari kekhawatiran serangan di masa depan. Pertanyaannya, apakah negara-negara Arab berani? Apalagi, jika Amerika sebagai pelayan Israel mengintervensi dan melakukan tekanan terhadap negara-negara Arab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
