Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Brave Lake

Kasus Raya, Bayang Kegagalan Negara Melindungi Balita

Politik | 2025-09-15 12:43:26

Kematian seorang balita perempuan bernama Raya mengungkapkan betapa lemahnya sistem perlindungan anak dan layanan kesehatan di Indonesia. Ia meninggal dalam keadaan yang sangat tragis, dengan tubuhnya dipenuhi cacing gelang. Ini bukan hanya disebabkan oleh penyakit, tetapi juga akibat kelalaian dari berbagai pihak yang seharusnya melindungi kesejahteraan dan keselamatan anak-anak seperti Raya. Maka kasus ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem perlindungan yang ada (tribunnews.com - 21/8/2025).

Raya berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Orang tuanya, Rizaluddin dan Endah, berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Rumah mereka pernah runtuh dan hanya bisa diperbaiki berkat bantuan dari masyarakat, yang menggambarkan betapa rentannya kondisi tempat tinggal mereka. Keadaan semakin sulit karena salah satu orang tua diduga mengalami masalah kesehatan mental, sehingga pengasuhan terhadap Raya tidak optimal. Setiap hari, Raya bermain di bawah rumah panggung yang kotor dan dipenuhi kotoran ayam, yang kemudian menyebabkan infeksi pada tubuhnya. Kondisi lingkungan yang tidak sehat ini lah yang memperburuk keadaan Raya (beritasatu.com - 20/8/2025).

Pada 13 Juli 2025, Raya dibawa ke rumah sakit oleh Yayasan Rumah Teduh setelah kondisinya semakin memburuk. Namun, penanganan medis terhambat karena keluarga Raya tidak memiliki dokumen identitas dan jaminan kesehatan (beritasatu.com - 20/8/2025). Biaya pengobatan yang sangat tinggi, yang dalam 9 hari membengkak hingga puluhan juta, semakin memberatkan keluarga yang sudah tidak mampu. Yayasan Rumah Teduh akhirnya menanggung biaya perawatan Raya, meskipun kondisinya terus menurun. Tragisnya, Raya meninggal pada 22 Juli 2025, tanpa sempat mendapatkan perawatan yang memadai.

Setelah kasus ini mencuat di publik pada Agustus 2025, perhatian dari pejabat dan pihak berwenang mulai muncul (kumparan.com - 23/8/2025). Lambatnya respons ini jelas menunjukkan bahwa sistem perlindungan sosial kita gagal memberikan bantuan saat anak-anak sangat membutuhkannya. Kasus Raya menjadi bukti bahwa pelayanan kesehatan di negara ini masih jauh dari inklusif dan belum mampu menjangkau semua lapisan masyarakat, terutama mereka yang berada di posisi paling bawah dan rentan.

Kegagalan ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem pelayanan kesehatan dan perlindungan sosial, agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan. Pentingnya perhatian lebih terhadap keluarga miskin dan rentan, serta peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas tanpa diskriminasi, menjadi langkah krusial untuk mencegah kasus-kasus serupa di kemudian hari. Dengan memperbaiki sistem ini, diharapkan anak-anak seperti Raya bisa terlindungi dan mendapatkan kesempatan hidup yang lebih baik.

Sistem yang seharusnya melindungi hak hidup dan kesehatan setiap warga justru terjebak dalam birokrasi yang kaku dan sering kali tidak manusiawi. Tanpa dokumen penting seperti kartu keluarga, KTP, atau BPJS, akses ke layanan medis hampir mustahil, bahkan dalam situasi darurat di mana setiap detik sangat berharga. Tampaknya negara lalai dalam menjalankan tanggung jawabnya untuk melindungi warga, terutama yang paling rentan seperti anak-anak dan keluarga miskin.

Anak-anak seperti Raya tumbuh dalam lingkungan yang tidak mendukung kesehatan mereka, tanpa pendampingan yang memadai dari petugas kesehatan atau lembaga sosial, dan tanpa jaminan kesehatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Akibatnya, nyawa mereka terancam oleh sistem yang lebih mengutamakan prosedur administratif daripada keselamatan dan kesejahteraan manusia. Keadaan ini adalah hasil langsung dari sistem kapitalisme yang memperlakukan layanan kesehatan sebagai barang dagangan yang bisa dibeli dan dijual, bukan sebagai hak dasar yang seharusnya dimiliki setiap warga negara.

Dalam sistem ini, hanya mereka yang memiliki sumber daya ekonomi yang besar, koneksi yang kuat, atau dokumen lengkap yang bisa mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas. Sementara itu, rakyat kecil terus terpinggirkan dan dibiarkan menghadapi penyakit dan kematian tanpa perlindungan yang seharusnya mereka dapatkan. Kapitalisme menciptakan kesenjangan yang besar antara mereka yang mampu membayar untuk layanan kesehatan yang baik dan mereka yang tidak mampu, sehingga memperlebar jurang antara kaya dan miskin.

Di sisi lain, rumah sakit beroperasi seperti perusahaan yang mencari keuntungan, dan pasien diperlakukan sebagai konsumen yang harus membayar untuk setiap layanan yang diberikan. Negara lebih cenderung mendukung pasar dan kepentingan ekonomi daripada rakyatnya yang membutuhkan perlindungan dan bantuan. Selama sistem ini terus dipertahankan, tragedi seperti yang dialami Raya akan terus terjadi, dan anak-anak lain akan menjadi korban dari ketidakpedulian sistem terhadap kebutuhan dasar mereka.

Kesehatan adalah hal yang sangat penting dan merupakan tanggung jawab negara. Negara tidak hanya harus menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas, tetapi juga memastikan kesejahteraan rakyatnya, terutama bagi mereka yang lemah dan tidak berdaya. Tidak seharusnya ada warga yang terhalang untuk mendapatkan pengobatan hanya karena alasan administratif atau ekonomi, seperti yang terjadi dalam kasus tragis yang menimpa Raya. Dengan memperbaiki sistem ini dan menjadikan rakyat sebagai prioritas, kita berharap tragedi serupa tidak akan terulang, dan setiap warga negara bisa menikmati hak atas kesehatan yang layak.

Negara yang ideal, yang menjamin kesejahteraan rakyat, hanya bisa terwujud dalam sistem yang adil dan berlandaskan nilai-nilai Islam. Islam memiliki prinsip yang jelas mengenai tanggung jawab negara terhadap rakyatnya, di mana pemimpin negara diharuskan untuk memprioritaskan kesejahteraan dan kebutuhan dasar setiap warga. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, "Pemimpin adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas urusan mereka" (HR. Bukhari dan Muslim), maka pemimpin negara harus memastikan kebutuhan dasar rakyat, termasuk layanan kesehatan yang berkualitas, tanpa memandang status sosial atau ekonomi.

Dalam sistem Islam, negara tidak boleh bersikap pasif atau menyerahkan tanggung jawab ini kepada mekanisme pasar yang hanya berorientasi pada keuntungan. Sebaliknya, negara harus aktif dalam menyediakan layanan publik yang dibutuhkan oleh rakyatnya, termasuk layanan kesehatan yang merata dan berkualitas untuk semua lapisan masyarakat. Islam juga membangun sistem sosial yang kuat berdasarkan ukhuwah atau persaudaraan, di mana setiap individu merasa bertanggung jawab terhadap sesamanya. Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya" (HR. Bukhari dan Muslim).

Sistem Islam dalam Daulah Islam yang mengandalkan zakat, sedekah, dan baitul mal memastikan bahwa tidak ada warga yang terjebak dalam kemiskinan atau kesakitan tanpa mendapatkan bantuan. Zakat berperan sebagai alat redistribusi kekayaan dari mereka yang mampu kepada yang membutuhkan, sementara baitul mal bertugas mengelola dana publik demi kepentingan rakyat. Sejarah mencatat bahwa pada masa Daulah Islam, layanan kesehatan disediakan secara gratis dengan kualitas terbaik tanpa diskriminasi.

Rumah sakit didirikan di berbagai wilayah Daulah Islam sebagai pusat medis dan riset yang tidak hanya melayani orang kaya, tetapi juga masyarakat luas tanpa batasan berdasarkan identitas atau kekayaan. Pasien yang telah sembuh bahkan diberikan bantuan hingga mereka benar-benar mandiri, menunjukkan betapa pedulinya negara terhadap kesejahteraan setiap warganya. Ini adalah sistem yang berlandaskan akidah Islam, di mana pelayanan kepada rakyat adalah amanah, bukan barang dagangan.

Dengan sistem ini, Islam menawarkan solusi nyata untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan, di mana setiap individu mendapatkan hak-haknya tanpa terkecuali. Sistem Islam membuktikan bahwa dengan menerapkan nilai-nilai Islam secara menyeluruh, negara dapat menjadi pelindung dan pelayan rakyat yang sesungguhnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image