Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dr. H. Dana, M.E.

Tips Silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri

Agama | 2025-03-28 20:55:39

Oleh: Dr. Dana, M.E., M.I.Kom.

Idulfitri adalah momen istimewa bagi umat Islam, di mana tradisi silaturahmi menjadi bagian tak terpisahkan dalam merayakan hari kemenangan. Masyarakat saling mengunjungi, mempererat tali persaudaraan, dan berbagi kebahagiaan setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa. Namun, di balik kebiasaan ini, ada satu hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu kepekaan sosial dalam bersilaturahmi. Jangan sampai tujuan baik untuk mempererat hubungan justru berujung pada menyakiti perasaan orang lain yang dikunjungi, Silaturahmi seharusnya membawa kebahagiaan, bukan menambah beban batin bagi yang sedang berada dalam kondisi sulit.

Tidak dapat disangkal bahwa Idulfitri sering kali menjadi ajang bagi sebagian orang untuk mengenakan pakaian baru, memakai perhiasan, atau bahkan membawa kendaraan baru saat mudik ke kampung halaman. Semua ini sah-sah saja selama diperoleh dengan cara yang halal dan tidak melanggar ajaran agama. Namun, yang perlu diingat adalah tidak semua orang kondisi ekonominya sama. Bisa saja ada saudara atau kerabat yang hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar saja harus berjuang dengan keras, sehingga melihat kemewahan yang ditampilkan secara mencolok bisa menimbulkan perasaan minder atau sedih.

Kepekaan sosial dalam bersilaturahmi bukan berarti seseorang tidak boleh menikmati hasil jerih payahnya atau merasa bersalah atas nikmat yang diperoleh. Namun, kecerdasan emosional diperlukan agar kebahagiaan Idulfitri bisa dirasakan oleh semua pihak. Rasulullah SAW mengajarkan untuk selalu menjaga perasaan orang lain, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sepele. Salah satu bentuk akhlak mulia adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar tidak menimbulkan kesenjangan yang bisa merusak keindahan silaturahmi.

Islam adalah agama yang penuh keindahan dan keseimbangan. Sekalipun suatu perbuatan tidak bertentangan dengan syariat, tetap menjaga perasaan orang lain adalah sikap terpuji yang harus diperhatikan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda,

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti” (HR: Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa Islam menekankan kepedulian terhadap sesama, bukan hanya dalam aspek hukum, tetapi juga dalam aspek sosial dan emosional. Dengan memahami ini, kita diajarkan untuk tidak hanya menjalankan sesuatu yang benar menurut aturan, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap orang lain. Itulah indahnya Islam, yang selalu menyeimbangkan antara hak individu dan kewajiban sosial. Sebagai contoh, jika seseorang mengetahui bahwa saudara yang dikunjungi berada dalam kondisi ekonomi sulit, maka sebaiknya orang itu bersikap lebih sederhana saat berkunjung. Tidak perlu menunjukkan secara berlebihan apa yang dimiliki, bukan karena tidak mensyukuri nikmat Allah yang diberikan, tetapi karena menghormati perasaan saudara yang kurang beruntung. Sikap seperti ini bukan berarti berpura-pura atau menutupi nikmat yang diberikan Allah, melainkan bagian dari adab dalam berinteraksi dengan sesama. Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika bersilaturahmi, di antaranya:

1. Menjaga Perasaan yang Dikunjungi.

Jika berkunjung ke saudara yang kurang mampu, berpakaianlah dengan sederhana dan hindari membicarakan hal-hal yang bisa menimbulkan perasaan terluka serta kesenjangan sosial saudara yang diuknjungi.

2. Menghindari Sikap Pamer.

Tidak perlu menampilkan barang baru secara berlebihan, cukup bersikap wajar dan tidak mencolok agar tidak menimbulkan perasaan iri atau minder orang yang dikunjungi.

3. Lebih Banyak Mendengarkan daripada Bercerita.

Saat bersilaturahmi, lebih baik mendengarkan cerita kondisi saudara kita daripada sibuk menceritakan pencapaian diri sendiri.

4. Memberikan Hadiah atau Bantuan.

Jika memungkinkan, membawa sesuatu yang bermanfaat bagi saudara yang dikunjungi bisa menjadi cara yang baik untuk berbagi kebahagiaan tanpa merendahkannya.

5. Menjaga Topik Perbincangan.

Hindari topik yang sensitif seperti perbandingan ekonomi, pekerjaan, atau hal-hal yang bisa membuat persaan saudara atau teman yang dikunjungi merasa kurang beruntung.

6. Jangan Terjebak pada Formalitas dan Gengsi.

Silaturahmi seharusnya dilakukan dengan ketulusan, bukan ajang adu gengsi. Jangan merasa harus menunjukkan kesempurnaan dengan makanan mewah atau pakaian mahal. Yang terpenting adalah kebersamaan dan saling menghormati tanpa membuat orang lain merasa canggung atau terbebani.

Jika selama bulan Ramadan bisa belajar mengendalikan hawa nafsu, mengapa di hari kemenangan justru memperturutkan ego? Jika Ramadan mengajarkan untuk peduli dan berbagi, mengapa Idulfitri justru menjadi momen yang membuat saudara kita merasa kecil? Kemenangan sejati bukan tentang apa yang dikenakan atau dimiliki, tetapi tentang bagaimana seseorang bisa menjaga hati agar tetap lembut dan penuh empati.

Wallahu a’lam bish-shawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image