Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Titik Nadir Sosial, Soleh Sosial Saat Idul Fitri Menuju Kehidupan Lebih Baik

Agama | 2025-03-30 15:07:50

Abdul Rohman, Mahasiswa Institut Agama Islam Al Ghuraba Jakarta

Rapat Pembahasan Panitia ZIS

Hari yang di nanti telah datang, hari nan istimewa yaitu hari raya Idul Fitri 2025, momen bahagia bagi umat Islam semua di seluruh bagian dunia. Warga muslim Indonesia bahagia setelah informasi resmi dari pemerintah telah disampaikan bahwa hari senin, tanggal 31 maret 2025 adalah hari raya Idul Fitri.

Momen manusia untuk awal memulai menerapkan pelajaran, pemahaman dan ujian saat menjalani puasa selama satu bulan di bulan Ramadan. Pembakaran hawa nafsu pada diri manusia, menahan diri dari hawa nasfu jahat manusia, dan akhirnya yang hadir dari diri manusia adalah ketaatan atas segala perintah Allah, berupa salat tarawih, salat lima waktu, zakat, sedekah, dan infaq serta mematuhi kehidupan hukum, sosial, dan ekonomi.

Timbul pertanyaan setelah momen Idul Fitri, apakah manfaat Idul Fitri bagi kehidupan bagi lingkungan, bernegara dan bangsa, serta bagaimana Idul Fitri memberikan peluang bagi setiap individu manusia menjadi pribadi muslim yang saleh.

Kita semua memahami bahwa Idul Fitri adalah saatnya manusia kembali ke fitrah, yang bermakna bahwa keadaan manusia yang suci, murni dan dekat dengan Allah sebagai penciptanya serta berarti manusia juga meninggalkan segala kebiasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam serta dapat membedakan yang baik dan buruk. Dan hari raya Idul Fitri adalah momen kembali manusia menjadi fitri yaitu dalam keadaan suci dan murni.

Ada juga dalam istilah Bahasa Arab yaitu Nadir yang berarti jarang atau langka, yang mempunyai makna seperti dalam kontek ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang unik atau langka seperti fenomena sedangkan dalam istilah agama bahwa Nadir adalah sesuatu yang istimewa seperti keajaiban dan mukjizat.

Permasalahan kehidupan keseharian manusia dalam mata penglihatan kita, baik langsung maupun lewat media telah kita saksikan bahwa pada lingkungan sekitar, wilayah lebih luas bahkan antar negara telah banyak terjadi hal – hal ketidaknormalan, kurang harmonis serta tak idealis, seperti: peperangan, ketimpangan ekonomi, kejahatan, pembunuhan, perampasan hak, korupsi, kemiskinan, kekerasan, diktator, KKN, kerusakan alam, kekeringan, kelaparan, kesehatan, penyakit dan permasalahan sosial lainnya.

Saatnya manusia memahami inilah hari raya Idul Fitri, sebuah perayaan besar dalam kalender umat Islam, saat manusia menjadi Fitrah untuk mengambil momen Nadir untuk menuju kehidupan lebih baik karena dalam Al Quran sebagai rujukan kitab umat Islam dan Rasulullah sebagai panutan umat Islam berbicara Fitrah dan Fitri dalam banyak hadis.

Titik Nadir manusia untuk menuju lebih baik

Tarbiyah (kurikulum) puasa Ramadan telah usai selama satu bulan jadi mari kita implementasikan kedalam keseharian. Kesalehan manusia akan lebih berarti bagi orang lain jika terimplementasikan dalam hidup, tak berarti apa – apa jika manusia hanya mengharap pahala dari Allah, yang ada adalah kesalehan agama bagi keuntungan pribadi.

Bahasa Nadir (mukjizat) ini hadir dalam bahasan ini karena problematik dunia ini telah sedemikian rumit, maka kita semua memahami momen Idul Fitri ini untuk mengambil Nadir dengan harapan dalam mengatasi beberapa permasalah yang banyak tadi diatas, baik dalam negeri, luar negeri serta hubungan manusia lingkungan sekitar dan manusia seluruh dunia.

Beberapa faktor momen untuk mengambil Nadir karena jika tidak, maka permasalahan yang banyak tadi diatas akan terus – menerus menghantui kehidupan. Pertama, hal – hal yang menjadi masalah jika titik Nadir sosial terjadi, akan timbul kemiskinan, kekerasan dan konflik, pengangguran, penyakit dan kesehatan, keterasingan dan kesepian.

Maka tak akan terjadi titik Nadir (fenomena) sosial karena manusia akan menjadi lebih senang berbagi selama Ramadan, mengeluarkan zakat, infaq lebih banyak karena akan mendapat pahala berkali lipat, manusia tak mau melakukan kekerasan karena sedang puasa, tak mau berkonflik karena puasa adalah menahan diri, tak mau jadi pengangguran karena ada peluang untuk berdagang takjil, penyakit dan kesehatan karena menahan nafsu makan berlebihan, keterasingan dan kesepian akan sirna karena ramai manusia berkumpul di masjid dan musola serta saatnya manusia bersilaturahmi walau hanya lewat media sosial.

Karena titik Nadir sosial manusia adalah suatu situasi satu kelompok atau seseorang dalam masyarakat mengalami hal kemunduran dan penurunan didalamnya hal sejahtera, kebahagiaan manusianya atau kualitas hidup. Saat ini kita bisa lihat beberapa masyarakat yang sejahtera, bahagia dan seberapa kualitas hidup untuk itu titik Nadir sosial dipahami dan permasalahnya perlu diatasi.

Soleh Sosial Dalam Kehidupan

Permasalahan dunia begitu luas, sekitaran lingkungan pun sama, kehidupan negara jika diikuti akan membuat pusing kepala, untuk itu mari kembali pada momen Idul Fitri lewat soleh sosial mengatasi hal – hal diatas. Beberapa ciri – ciri soleh sosial diantaranya: empati, komunikasi efektif, kemampuan mendengarkan, kemampuan menyelesaikan konflik, dan kemampuan bekerja sama.

Dengan rasa empati manusia akan membangkitkan hati yang keras akan menjadi lembut dan merasa ikut meratapi hal yang terjadi kesulitan, komunikasi efektif hanya membahas hal diperlukan dan menyelesaikan masalah, kemampuan mendengarkan adalah menjadi teman baik dalam kehidupan bukan membuat putus hubungan, kemampuan menyelesaikan konflik dengan begitu banyak orang akan makin membutuhkan solusi dari kita, dan kemampuan bekerja sama adalah menjadi manusia yang solutif bagi segala permasalahan bukan menjadi provokatif sehingga timbul segala macam masalah.

Beberapa contoh perilaku soleh sosial: membantu orang lain, mendengarkan orang lain, menyelesaikan konflik dengan damai, dan bekerja sama dengan siapa saja. Adapun manfaat soleh sosial begitu nyata jika semua masyarakat memahami ciri – ciri soleh sosial dan menjalani beberapa contoh sosial.

Pada kedua bahasan diatas titik Nadir sosial dan soleh sosial tetap saja didalamnya ada nilai silaturahim yang mesti dipahami pada awalnya dan dilakukan dengan istiqomah. Rasulullah sendiri sangat menekankan silaturahim dan melarang untuk memutus silaturahim, dalam beberapa hadis didalam Riwayat, Rasulullah bersabda: tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahmi (HR. Bukhari), pada riwayat lain, Rasulullah bersabda, memutus silaturahim adalah salah satu dosa besar yang dapat menghancurkan kehidupan seseorang (HR Muslim) dan Riwayat Abu Daud: Rasulullah bersabda, barang siapa yang memutus silaturahmi maka Allah akan memutuskan hubunganya dengan-Nya (HR Abu Dawud).

Karena Rasulullah juga mengancam bagi orang yang memutus silaturahim, sesuai dengan beberapa riwayat, Rasulullah bersabda: memutus silaturahim adalah dosa yang lebih besar dari pada membunuh (HR Bukhari), dalam riwayat lain, orang yang memutus silaturahim tidak akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat (HR Muslim) dan riwayat Abu Dawud, memutus silaturahim adalah salah satu cara untuk mendapatkan kemurkaaan Allah (HR Abu Dawud).

Pada akhirnya hari raya Idul Fitri sebuah momen Nadir (langka) dapat membuat segala permasalahan dapat teratasi karena disaat itu manusia menjadi saling sapa, komunikasi, saling berbagi, saling terbuka, bekerja sama dan juga memaafkan segala kesalahan. Seperti dalam satu riwayat Tirmidi, Rasulullah bersabda, meminta maaf adalah obat bagi jiwa, dan meninggalkan permusuhan adalah obat bagi hati (HR Tirmidzi).

Pengekangan hawa nafsu, menahan diri (puasa), mengenal Nadir sosial, soleh sosial, memahami silaturahim dan menjadi pemaaf, semoga rangkaian uraian ini mudah dipahami, agar Indonesia serta dunia menjadi lebih damai dan tenang karena momen Nadir (langka) ini menjadi mukjizat bahwa dunia bisa sedamai, sejahtera masyarakatnya dan bekerja sama tanpa konflik melalui momen hari raya Idul Fitri karena idealnya manusia fitrah dan fitri itu adalah berjiwa suci dan murni tanpa ada hati dan jiwa jahat didalamnya, semata – mata apa yang dilakukan dalam pikiran dan jiwa serta langkahnya demi pendekatan kepada Allah.

Jika satu manusia memahami titik Nadir dan soleh sosial lalu memberikan ajaran kepada orang lain dan terus – menerus berantai maka Indonesia tak perlu lama menjadi Indonesia Emas bukan Indonesia yang penuh dengan konflik sekitar bahkan luas.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image