Kenapa Sosiologi Hukum Islam Penting Buat Dipelajari Zaman Sekarang?
Agama | 2025-09-14 17:33:39Kalau dengar kata “sosiologi hukum Islam”, mungkin kesannya ribet ya, kayak gabungan dua jurusan beda dunia, satu ngomongin hukum Islam, satu lagi ngomongin masyarakat. Padahal sebenarnya seru banget, karena ilmu ini tuh berusaha ngejelasin gimana hukum Islam itu hidup bareng-bareng dengan manusia, kebiasaan, budaya, bahkan konflik sosial yang ada di sekitar kita.
Jadi gini, biasanya kalau belajar hukum Islam (fiqh), kita fokus banget ke dalil, ayat, hadis, terus tafsir ulama. Itu penting sih, tapi kadang suka lupa kalau hukum Islam itu nggak pernah hidup di ruang hampa. Dia ketemu sama manusia, masuk ke kampung, kota, negara, dan akhirnya nyatu sama kehidupan sehari-hari. Nah, di situlah sosiologi hukum Islam nongol. Dia ngajak kita buat ngeliat hukum Islam bukan cuma dari “teksnya”, tapi juga dari realitanya: gimana sih hukum itu dipahami, diterima, bahkan ditolak sama masyarakat.
Jadi, Apa Sebenarnya Sosiologi Hukum Islam Itu?
Singkatnya, ini ilmu yang bikin kita ngerti kalau hukum Islam itu fenomena sosial juga, bukan cuma kumpulan aturan di kitab. Bedanya sama fiqh tradisional, kalau fiqh lebih ke “apa hukumnya menurut Qur’an dan Hadis”, sedangkan sosiologi hukum Islam lebih ke “gimana hukum itu beneran dijalankan di dunia nyata”.
Misalnya, ada aturan soal pernikahan, perceraian, atau waris. Nah, di masyarakat, nggak semua orang jalannya sesuai buku teks. Kadang ada adat, ada tekanan sosial, ada juga pengaruh budaya luar. Jadi sosiologi hukum Islam mau tahu: kenapa ada yang nurut, kenapa ada yang bandel, kenapa ada yang modifikasi aturannya biar sesuai keadaan.
Hal-Hal yang Jadi Sorotan di Sosiologi Hukum Islam
Kalau mau gampang, ada beberapa poin penting:
- Hukum sebagai norma sosial Hukum Islam itu nggak cuma aturan yang kaku, tapi sering nyatu sama norma sosial. Contoh: soal pakaian. Banyak orang pakai hijab bukan cuma karena sadar hukum agama, tapi juga karena ada dorongan sosial. Kalau nggak pakai, kadang dapat komentar dari lingkungan.
- Pluralisme hukum Di negara Muslim, hukum Islam ketemu dengan hukum negara modern, hukum adat, bahkan hukum internasional. Kadang rukun, kadang bentrok. Nah, masyarakat biasanya pintar “main selamat”, pilih aturan mana yang lebih menguntungkan.
- Peran institusi Ada pengadilan agama, ada dewan fatwa, ada kampus atau pesantren. Semua punya peran dalam menjaga atau menafsirkan hukum Islam. Sosiologi hukum Islam bakal nanya: gimana sih lembaga ini bisa dapat kepercayaan masyarakat? Kok ada yang nurut, ada juga yang ngeyel?
- Perubahan dan adaptasi Hukum Islam itu nggak mati, dia hidup. Jadi, dia bisa adaptasi sama isu baru kayak globalisasi, hak asasi manusia, atau problem keluarga modern. Ada juga konsep keren kayak maqasid al-shariah (tujuan hukum Islam) yang sering dipakai buat ngejelasin kenapa hukum bisa direformasi biar sesuai zaman.
Bedanya Sama Fiqh Tradisional
Kalau pakai bahasa yang lebih mudah:
- Fiqh tradisional, fokus ke teks, nyari hukum apa yang bener menurut Qur’an dan Hadis.
- Sosiologi hukum Islam, fokus ke praktik, gimana hukum itu beneran jalan di masyarakat.
Fiqh banyak pakai metode analisis dalil, sedangkan sosiologi hukum Islam main di lapangan, pakai wawancara, survei, ngeliat fenomena sosial. Jadi kayak gabungan “teori plus realita”.
Kenapa Ilmu Ini Penting Banget?
Nah, ini yang sering dilupain. Kalau kita cuma lihat hukum Islam dari kitab, kita bisa kaget ketika ketemu praktik di lapangan. Misalnya, kok masih banyak pernikahan dini? Kok cerai gampang banget di satu daerah, tapi ribet di tempat lain? Kok hukum waris kadang jalan, kadang nggak?
Dengan sosiologi hukum Islam, kita bisa:
- Lebih menghargai perbedaan praktik antar masyarakat Muslim.
- Paham kenapa reformasi hukum itu kadang susah, karena ada hambatan sosial.
- Ngebantu bikin kebijakan hukum Islam yang lebih nyambung sama realitas.
Intinya, sosiologi hukum Islam ngajarin kita kalau hukum itu bukan dogma mati, tapi sesuatu yang hidup, dinamis, dan berinteraksi terus sama budaya, politik, dan kehidupan sehari-hari.
Jadi, fix, belajar sosiologi hukum Islam tuh kayak lagi diajak jalan-jalan ke dua dunia sekaligus: dunia kitab hukum Islam dan dunia realitas sosial. Dari situ kita bisa paham, ternyata hukum Islam itu nggak cuma ngomong soal “apa hukumnya”, tapi juga “kenapa orang bisa begitu” dan “gimana cara hukum itu beneran bekerja di masyarakat”.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
